Wednesday, December 16, 2009

SEBAB DAN AKIBAT MASALAH KELUARGA

Anggota keluarga yang datang untuk konseling biasanya memerlukan bantuan karena krisis yang tidak dapat mereka tangani sendiri. Krisis tersebut dapat dilihat dari persamaan berikut ini:
abc=x
a. = Peristiwa atau situasi yang membuat stres
b. = Sumber-sumber kekuatan dalam keluarga
c. = Cara anggota keluarga memandang situasi yang terjadi

Secara bersama-sama, ketiga poin tersebut menentukan keseriusan krisis yang mereka alami, yaitu x.
Dari gambaran di atas, konseling keluarga akan mencakup:
a) Membantu anggota keluarga mengurangi stres/tekanan,
b) Memberikan cara bagaimana menangani krisis dengan lebih baik,
c) Menolong melihat situasi dari sudut pandang yang baru atau berbeda.

Pendekatan kepada setiap keluarga harus dilakukan secara berbeda-beda karena setiap tekanan yang dialami setiap keluarga adalah unik. Setiap keluarga juga mempunyai kemampuannya sendiri-sendiri dalam mempelajari keterampilan baru untuk mengatasinya, karena masing-masing anggota keluarga mempunyai tingkat kematangan spiritual dan emosi yang berbeda.
Karena keunikan ini, maka tidak mudah merangkum penyebab-penyebab dari masalah keluarga dalam beberapa kalimat saja. Namun bagi kebanyakan keluarga, beberapa faktor di bawah ini adalah penyebab masalah keluarga yang sering kali timbul:
1. Kurangnya Kemampuan Berinteraksi Antarpribadi dalam Menanggulangi Masalah.

Dalam usahanya untuk menghadapi masa transisi dan krisis, banyak keluarga mengalami kesulitan menangani karena kurangnya pengetahuan, kemampuan, dan fleksibilitas untuk berubah. Menurut seorang konselor yang berpengalaman, keluarga yang mengalami kesulitan beradaptasi sering kali berkutat pada halangan-halangan yang ada dalam keluarga. yaitu sikap dan tingkah laku yang menghambat fleksibilitas dan menghalangi penyesuaian kembali dengan situasi yang baru. Jenis halangan-halangan tersebut dapat muncul dengan tipe yang berbeda- beda:
җ Halangan dalam komunikasi timbul jika masing-masing anggota keluarga tidak tahu bagaimana mereka harus membagikan perasaan mereka dengan anggota keluarga lainnya atau bagaimana mengungkapkan perasaan mereka dengan jelas. Beberapa keluarga mempunyai topik-topik pembicaraan yang dianggap tabu. Mereka tak pernah membicarakan tentang uang, seks, hal-hal rohani, atau perasaan mereka. Sementara itu keluarga yang lain tak pernah tertawa selama mereka di rumah, jarang berbicara tentang apa yang mereka pikirkan, tidak dapat mendengarkan orang lain, atau tidak dapat berkomunikasi tanpa berteriak atau tanpa menggunakan sarkasme dan bentuk-bentuk komunikasi lain yang merusak. Ada juga keluarga yang menyampaikan pesan ganda, kata-kata mereka mengungkapkan satu hal tetapi tindakan mereka berkata lain. Hal yang sulit bagi sebuah keluarga untuk menghadapi krisis adalah jika masing-masing dari anggota keluarga tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
җ Halangan dalam hal keakraban/kedekatan merupakan ciri dari keluarga yang mempunyai hubungan yang tidak erat satu sama lain. Kadang-kadang anggota keluarga merasa takut untuk bersikap akrab. Mereka jarang meluangkan waktu untuk bersama-sama, tidak saling percaya atau tidak menghormati anggota keluarga yang lain, jarang berbagi masalah, dan punya kesulitan dalam menangani krisis karena mereka tidak pernah belajar untuk bekerja sama dengan akrab.
җ Halangan dalam hal aturan keluarga yang tidak tertulis, bahkan sering kali tidak dikatakan, namun biasanya merupakan hukum-hukum yang diterima tentang siapa tidak boleh melakukan apa. Hampir semua keluarga tidak mempunyai aturan yang baku sehingga hal ini sering kali membingungkan terutama bagi anak-anak. Ada juga keluarga yang mempunyai aturan yang kaku sehingga menghambat pertumbuhan individu-individu dalam keluarga. Keluarga yang religius, keluarga yang ingin maju secara sosial, keluarga yang mempunyai paling sedikit satu anggota tetap, keluarga militer, dan beberapa keluarga minoritas lainnya diidentifikasikan sebagai keluarga yang sering kali mempunyai aturan kuat yang dapat mencegah fleksibilitas, mengabaikan sumber-sumber pertolongan dari luar, dan menghambat kemampuan untuk mengatasi masalah pada saat-saat tekanan terjadi dalam keluarga.
җ Halangan sehubungan dengan sejarah keluarga, termasuk rahasia keluarga yang tidak boleh diungkapkan oleh anggota keluarga atau berita-berita yang "tidak didiskusikan oleh keluarga." Kadang-kadang anggota keluarga menyembunyikan rahasia-rahasianya dari anggota keluarga lainnya -- misalnya kehamilan yang tidak sah, anak cacat yang diaborsi, pernikahan dini dan perceraian, atauhutang yang tidak dibicarakan. Sikap seperti ini akan membuat beberapa anggota keluarga bersikap berjaga-jaga, sementara yang lainnya merasa curiga akan adanya sesuatu yang tidak mereka ketahui. Kadang-kadang rahasia tersebut diketahui oleh seluruh anggota keluarga tetapi mereka merahasiakannya terutama untuk menjaga kehormatan keluarga. Semuanya ini akan menghalangi kejujuran untuk mengatasi krisis dimana faktor kejujuran sangat penting.
җ Halangan mengenai tujuan yang berhubungan dengan masalah ekonomi, akademis, sosial, politik, atau tujuan-tujuan lainnya yang ditetapkan oleh beberapa anggota keluarga bagi mereka sendiri atau bagi anggota keluarga yang lain. Ada seorang pendeta yang mengharuskan ketiga anak laki-lakinya masuk dalam pelayanan. Ketika seorang dari mereka memberontak secara terang-terangan atas keinginan ayahnya ini, dan yang satunya menolak tapi dengan sikap pasif, maka sang pendeta menanggapinya dengan penuh kemarahan. Mempunyai cita-cita dan ambisi keluarga merupakan hal yang sehat, tetapi jika tujuan dan ambisi tersebut dipertahankan secara kaku atau ketika seorang anggota keluarga menetapkan cita-cita bagi anggota yang lain, hal ini justru akan menimbulkan kesulitan terutama ketika hasil yang dicapai tidak seperti yang diharapkan. Hidup jarang sekali berjalan dengan mulus dan keluarga yang tidak mampu menyesuaikan cita-cita yang dimiliki sering kali terlibat dalam masalah-masalah keluarga.
җ Halangan mengenai nilai-nilai yaitu cara berpikir yang sebelumnya diterima keluarga tetapi kemudian ditolak oleh salah satu/banyak anggota keluarga lainnya. "Semua keluarga kita masuk ke perguruan tinggi", "Perempuan dalam keluarga kita tidak boleh bekerja diluar rumah", "Tidak boleh ada anggota keluarga kita yang minum-minuman keras", "Semua orang dalam keluarga kita adalah Presbiterian", merupakan contoh nilai-nilai yang dipegang teguh namun sering kali ditentang oleh beberapa anggota keluarga, terutama anggota keluarga yang lebih muda. Ketika keluarga tidak mau atau mampu beradaptasi dengan perubahan, konflik sering kali timbul. Dari daftar halangan di atas, mungkin bisa ditambahkan halangan-halangan yang berhubungan dengan orang ketiga ((triangulation) dan pelimpahan kesalahan (detouring). Dua istilah teknis tersebut menggambarkan tingkah laku yang seringkali nampak dalam keluarga. Triangle atau segitiga adalah kelompok tiga orang dimana dua anggotanya mengucilkan anggota yang ketiga. Ibu dan anak perempuannya misalnya, membentuk suatu koalisi melawan sang ayah. Salah satu dari pasangan suami-istri merangkul salah satu dari anaknya untuk melawan pasangannya. Kadang-kadang seorang suami dapat bersekutu dengan wanita simpanannya untuk melawan istrinya. Keluarga triangulasi seperti ini jarang sekali berfungsi dengan baik. Pelimpahan kesalahan (detouring) adalah istilah lain dari mencari 'kambing hitam'. Dengan mengkritik anak laki-lakinya yang memberontak, anak perempuannya yang menolak untuk makan, atau guru sekolah yang tidak kompeten, dapat membuat kedua orang tua terus sibuk beradu argumen satu sama lain. Masalah yang lebih mendasar, seperti konflik perkawinan, dikesampingkan atau diabaikan sehingga dua pasangan tersebut berjuang bersama melawan musuh mereka. Masalah "detouring" ini kelihatannya menjadi masalah yang sering muncul dalam keluarga-keluarga di gereja. Memerangi dosa, atau terlibat dalam politik gereja, untuk sementara waktu dapat membuat anggota keluarga melupakan rasa sakitnya sehubungan dengan masalah serius yang sedang dihadapi keluarga mereka.

2. Kurangnya Komitmen Terhadap Keluarga.

Menjadi sangat sulit untuk membangun kebersamaan keluarga dan menangani masalah jika satu atau lebih dari anggota keluarga tidak mempunyai keinginan atau waktu untuk terlibat. Orang-orang dimotivasi oleh karir bekerja dalam perusahaan yang mengharapkan pekerjanya memberikan 100% komitmen. Pekerjaan yang dilakukan menuntut kesediaan mereka bekerja keras dan dalam waktu yang panjang bagi "keluarga" perusahaan.
Para pekerja ini seringkali kehabisan energi untuk membangun hubungan dalam keluarga mereka sendiri atau untuk menangani masalah-masalah yang berubah dari waktu ke waktu. Konselor yang menangani masalah keluarga kadang-kadang berjuang dengan masalah etika saat ia harus memaksa anggota keluarga yang enggan berpartisipasi untuk memecahkan masalah keluarga. Sering anggota keluarga yang sibuk tersebut dapat dibujuk untuk datang paling tidak untuk satu pertemuan, dan waktu-waktu tersebut merupakan sarana untuk membujuknya memberikan komitmen lebih besar terhadap isu-isu dalam keluarga.
Namun, sering juga konselor keluarga harus bekerjasama dengan anggota keluarga yang bersedia saja, karena menyadari bahwa menangani anggota keluarga yang terlalu sibuk dan tidak memiliki motivasi untuk terlibat akan lebih sulit.
3. Peran yang Kurang Jelas dari Anggota Keluarga.

Setiap keluarga menetapkan peran masing-masing anggotanya. Beberapa peran ini termasuk aktivitas; misalnya siapa yang akan membuang sampah keluar rumah, siapa yang mencatat keuangan, siapa yang memasak, atau siapa yang membawa anak-anak ke dokter gigi. Peran lain bersifat emosional; seperti beberapa anggota menjadi pemberi semangat, menjadi penghibur, pemecah masalah, atau penasihat masalah etika. Biasanya peran-peran dimulai perlahan-lahan di awal perkawinan tetapi kadang-kadang timbul konflik tentang siapa yang akan melakukan apa. Konflik ini akan meruncing jika masing-masing anggota memegang perannya secara kaku atau kalau ada kebingungan peran.
Ahli psikologi, Paul Vitz, akhir-akhir ini mengadakan penelitian ulang terhadap buku-buku pegangan yang digunakan di sekolah dasar. Pada hampir lima belas ribu halaman dari buku-buku yang ditelitinya tersebut tak satupun yang menyinggung tentang hal keagamaan dan gambaran tentang keluarga diberikan secara samar-samar. Salah satu dari buku pegangan itu mendefinisikan keluarga sebagai "sekelompok orang" dan di dalam buku-buku itu istilah "suami" atau "istri" tak pernah digunakan, istilah "perkawinan" hanya disinggung satu kali saja, istilah "ibu rumah tangga" tidak ditemukan, dan tidak disinggung satupun peran traditional gender (jenis kelamin) dalam keluarga secara jelas.
Keluarga memang sedang mengalami perubahan. Model keluarga lama dimana perempuan menikah sekali untuk selamanya kepada seorang pria, kemudian bekerja sama dengan pasangannya membesarkan dua atau tiga anak-anaknya, merupakan gambaran keluarga yang semakin jarang dilihat dalam kebudayaan kita sekarang ini. Lebih sering kita melihat keluarga dengan orang tua tunggal; ketidakstabilan perkawinan yang menjurus pada perceraian, pernikahan lagi (remarriage) dan pembentukan keluarga tiri; hubungan orang tua - anak yang terbalik dimana yang masih muda mengadopsi tingkah laku sebagai orang tua (memelihara, mendukung, atau merawat) dan orang tua berusaha menyenangkan anak-anaknya atau mencari persetujuan dari anaknya; koalisi orang tua - anak dimana masing-masing pasangan bersekutu dengan satu atau dua anak-anaknya untuk melawan pasangannya. atau hubungan orang tua - anak yang terlalu ikut campur sehingga orang tua terperangkap dalam aktivitas-aktivitas anak, urusan sekolah, dan gaya hidup anak. Jadi bukanlah hal yang mengherankan bila ada beberapa anggota keluarga, termasuk anak-anak, yang merasa bingung dengan peran yang harus dijalankannya dan tidak mampu berbuat apa-apa ketika krisis menciptakan tekanan, dan tak seorang pun tahu siapa yang seharusnya melakukan apa.

4. Kurangnya Kestabilan Lingkungan.
Masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga kerap kali berasal dari luar rumah. Kita telah membahas tentang berbagai krisis, perubahan pandangan sosial tentang keluarga, dan tekanan pekerjaan yang membuat kekacauan di beberapa keluarga. Televisi telah merubah pola komunikasi dalam rumah tangga, karena menggantikan rasa kebersamaan, dan menyajikan banyak program yang memberikan gambaran negatif tentang keluarga. Selain itu ditambah dengan maraknya gerakan-gerakan, penggabungan perusahaan, kehilangan pekerjaan yang tidak diharapkan atau trend ekonomi yang membuat beberapa anggota keluarga terpaksa berada jauh dari keluarga mereka untuk bekerja. Hal lain yang menambah ketidakstabilan jika kedapatan adanya penyakit AIDS di anggota keluarga, keputusan dari satu anggota keluarga (sering kali adalah si ayah) untuk lari dan meninggalkan rumah, munculnya kekerasan dalam rumah tangga, penggunaan obat-obatan atau alkohol, atau adanya campur tangan keluarga mertua dan orang-orang lain yang dapat mengganggu kestabilan keluarga.

Artikel di atas diterjemahkan dari sumber -*-:
Judul Buku: Christian Counseling, a Comprehensive Guide
Penulis : Gary R. Collins, Ph.D.
Penerbit : Word Publishing
Halaman : 440 - 442
*TELAGA *-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*
Konflik sudah menjadi bagian dari pengalaman setiap keluarga, namun apa penyebab konflik itu? Bagaimana kita sebagai pasangan Kristen dapat menghadapi atau mengatasi konflik itu? Simak tanya-jawab dengan Dr. Paul Gunadi berikut ini:
-*- MENGATASI KONFLIK DALAM RUMAH TANGGA -*-

T: Dalam kehidupan rumah tangga, dengan latar belakang suami-istri yang berbeda, tentu ada konflik yang kadang-kadang muncul. Sering kali lebih gampang memunculkan konflik daripada mengatasinya. Kami ingin tahu terlebih dahulu, apa yang menjadi sumber-sumber konflik atau penyebab konflik itu, Pak?

J: Sudah tentu kalau membicarakan sumber konflik kita dapat menemukan daftar yang panjang sekali. Tapi saya kira hampir semua atau kebanyakan konflik mempunyai satu tema yang serupa, yaitu kita merasa pasangan kita tidak lagi seperti yang kita harapkan. Dengan kata lain, kita sering mendengar orang berkata: "Engkau tidak hidup seperti yang aku harapkan." Bentuk dan wujudnya bisa berbeda-beda, tapi saya kira salah satu akarnya adalah ini.
------
T: Mungkin harapan kita terhadap pasangan kita terlalu tinggi atau kita tidak pernah mengomunikasi harapan itu kepadanya.

J: Nah, di sini muncul satu kata kunci yaitu harapan. Jadi, saya percaya setiap kita ketika menikah sebenarnya membawa sekantong harapan yang akhirnya kita bebankan pada pasangan kita untuk dipenuhi. Nah, kita boleh menyadarinya atau tidak, tetapi yang pasti kita masuk ke pernikahan membawa harapan-harapan ini.
------
T: Tapi, apakah harapan itu seharusnya dikomunikasikan untuk mengurangi tingkat konflik itu?

J: Seyogyanya sebelum menikah, suami dan istri dapat membicarakan apa-apa yang diharapkan. Harapan-harapan itu dikomunikasikan dan mulai mencoba memenuhinya, kalau tidak bisa memenuhinya perlu dibicarakan atau dikompromikan. Memang kita tidak bisa membicarakan harapan dengan tuntas tapi setidak-tidaknya harus ada sebagian besar atau garis besar harapan yang telah terungkapkan. Yang berbahaya adalah kalau harapan-harapan ini tidak pernah dibicarakan, karena ada anggapan ini tidak penting atau nanti akan beres dengan sendirinya. Lalu mereka menikah. Setelah menikah barulah harapan-harapan itu muncul karena harapan-harapan tersebut ternyata memang ada. Waktu harapan-harapan itu tidak dipenuhi kita menjadi sangat jengkel.
------
T: Lalu bagaimana kalau sudah sama-sama marah ... emosi biasanya lebih dahulu mengendalikan kita, ya?
J: Betul. Nah, pada waktu marah, yang penting adalah kita menyadari bahwa kita marah sebetulnya karena kita menganggap pasangan kita gagal memenuhi tuntutan kita dan yang satunya akan berkata kita gagal untuk mengerti dia. Akhirnya kita menganggap kegagalan memenuhi tuntutan dan kegagalan mengerti sebagai suatu pelanggaran. Nah, kita akan masuk ke firman Tuhan untuk melihat metode penyelesaiannya. Saya akan membuka Galatia 6:1,"Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan."
Kata pelanggaran yang digunakan dalam ayat tersebut sebetulnya berarti jatuh atau mengambil langkah yang salah. Memang dalam konteks Galatia 6, yang sedang dibicarakan Paulus adalah kejatuhan manusia ke dalam dosa. Namun konsep ini bisa diterapkan juga dalam keluarga, jadi maksud saya adalah pasangan kita atau anak kita bisa jatuh, bisa gagal memenuhi tuntutan kita. Apa yang harus kita lakukan ketika menemukan pasangan atau anak kita bisa jatuh, bisa gagal memenuhi tuntutan atau harapan kita? Yang pertama adalah Tuhan tidak memerintahkan kepada kita untuk memarah-marahi pasangan kita atau anak kita. Firman Tuhan malah meminta kita harus memimpin orang itu ke jalan yang benar. Kata memimpin ke jalan yang benar sebetulnya berasal dari istilah medis dalam bahasa aslinya. Istilah medis yang diterjemahkan menjadi merestorasi, memulihkan, atau mengembalikan ke keadaan semula. Istilah medis sesungguhnya berarti meluruskan tulang yang patah, jadi Tuhan meminta kita untuk meluruskan tulang yang patah itu atau orang yang gagal hidup sesuai dengan harapan yang kita minta darinya. Jadi inilah langkah yang Tuhan minta.
Berikutnya adalah Tuhan memberikan syaratnya, siapa yang boleh memimpin orang ke jalan yang benar? Tuhan berkata 'orang yang rohani'. Saya mengambil definisi 'orang yang rohani' dari Galatia 5:22-23 yang kita juga sudah kenal, yaitu orang yang mempunyai buah Roh, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Ayat 25 berkata bahwa jika kita hidup oleh Roh baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. Jadi maksud 'orang yang rohani' adalah orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh.
------
T: Salah satu buah Roh yang disebutkan adalah kelemahlembutan. Biasanya di dalam pertengkaran kalau ada salah satu yang mulai bersikap lemah lembut, konflik itu akan cepat diredakan.
J: Tepat sekali Pak. Jadi Tuhan menambahkan syarat perawatannya yaitu dilakukan dalam roh lemah lembut, bukankah tulang yang retak kalau diperlakukan dengan kasar malah patah.
Jadi orang yang dalam keadaan gagal atau jatuh kita marah-marahi atau perlakukan dengan kasar, biasanya makin parah. Termasuk pasangan atau bahkan anak-anak kita, waktu mereka jatuh kalau kita kasari, mereka makin parah. Kenapa Tuhan meminta kita untuk bersikap lemah lembut? Karena kita semua sama-sama rawannya, jadi Tuhan berkata agar kita sama-sama menjaga diri supaya jangan kena pencobaan.



-*- MENGATASI KELUARGA YANG SERING BERTENGKAR -*-

Problem Menggejala Dalam:
-------------------------
o Pertengkaran yang terjadi disebabkan oleh hal-hal yang sepele dan yang tidak berarti apa-apa.
o Komunikasi yang saling melukai.
o Lelah dengan kehidupan sehingga muncul keinginan untuk saling menghindar, bahkan pada saat pertengkaran muncul ide perceraian.
o Anak-anak yang bermasalah.
o Penyelewengan dan ketidaksetiaan dalam pernikahan.

Penyebab:
---------
o Kebiasaan memaksakan kehendak.
o Kepribadian ego-sentrik, pembosan dan 'low self-esteem' (harga diri yang rendah), sehingga cenderung tidak mensyukuri anugerah Tuhan terhadap pernikahan tersebut.
o Konflik yang tidak terselesaikan dengan baik dan menciptakan sistem komunikasi yang makin memburuk.
o Kehidupan rohani yang tidak sehat, sehingga naik turunnya perasaan yang menentukan tingkah lakunya.
o Tidak mempunyai teman bersekutu untuk membagi perasaan.

Dampak:
-------
o Tidak memiliki gairah dalam kehidupan, menurunnya semangat kerja dan keinginan untuk lebih banyak di luar rumah.
o Berkembangnya pikiran yang negatif terhadap pasangannya, sehingga menutup kesempatan-kesempatan untuk berubah dan bertumbuh sebagai pribadi dewasa yang diperkenan Allah (sistem memberikan label pada pasangannya, misalkan: pribadi yang brengsek, dsb.).
o Sengaja membawa diri ke dalam pencobaan dengan memakai kata-kata yang memancing pasangannya untuk berbuat dosa.

Perspektif Alkitab:
-------------------
o Kebiasaan bertengkar tidak diperkenan oleh Allah. (Amsal 27:15).
o Tidak mengkomunikasikan melainkan mereka-reka yang jahat dalam hati. (Amsal 18:1-2; 15:4; 14:1)
o Memberikan reaksi sebelum mendengar dengan benar, adalah satu kebodohan. (Amsal 15:23; 18:13; 25:11)
o Tuhan memanggil orang percaya untuk dapat menguasai dirinya. (Amsal 16:32; 25:28)

Prinsip Bimbingan:
------------------
o Menolong klien untuk mengerti tujuan yang indah dari pernikahan yang ditetapkan Allah, sehingga tidak membiarkan diri terjerat dalam kebiasaan yang merusak atau merugikan.
o Menolong klien menyadari kelemahan emosinya dan menemukan strategi untuk mengontrol dirinya.
o Menolong klien untuk belajar berkomunikasi dengan pasangannya dalam pola dialogis (bisa menerima dan menghargai perbedaan dan keunikan masing-masing dan belajar membedakan antara yang primer dan sekunder)
o Menolong klien untuk menanggalkan kebiasaan dan keinginan untuk mengubah pasangannya.





*TIPS **-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

-*- KONSELING KELUARGA -*-
Alkitab mengajarkan bahwa Allah telah membentuk kita untuk hidup saling berhubungan satu dengan yang lain. Oleh karena itu tidak ada satu masalah pun yang tidak mempengaruhi keluarga dan yang tidak dipengaruhi oleh keluarga. Saat mengetahui bahwa masalah-masalah yang tidak terungkapkan dipengaruhi oleh dinamika keluarga secara serius, maka konselor harus mencoba untuk melibatkan para anggota keluarga dalam proses konseling. Beberapa garis besar untuk melakukan hal tersebut:

* Mempersiapkan konselee
------------------------
Pertama-tama konselor perlu mempersiapkan orang yang akan dikonseling. Konselee kadang takut jika permasalahannya diketahui oleh keluarganya. Oleh karena itu, sebelum konselor melibatkan orang lain, dia harus terlebih dulu mendapat ijin dari konselee.
* Ciptakan sekutu
-----------------
Saat mendekati anggota keluarga dari konselee, konselor dapat mencoba menciptakan persekutuan yang konstruktif dengan anggota keluarga yang mungkin menjadi sumber permasalahan konselee. Mintalah pihak ketiga (keluarga konselee) untuk bersama-sama dengan konselor mencari tahu bagaimana memahami konselee. Dengan demikian, anggota keluarga akan menjadi sekutu konselor dan akan memberikan kerja samanya dengan baik untuk menolong konselee.
* Gunakan rasa takut/ancaman dengan tepat
-----------------------------------------
Bila permasalahan konselee cukup serius dan keluarganya menolak untuk datang mengikuti konseling (menolong), maka konselor perlu membuat ancaman yang masuk akal untuk menegaskan seriusnya permasalahan. Tujuannya adalah supaya keluarga konselee mau memberikan kerjasamanya untuk menolong konselee keluar dari permasalahannya.

TIGA PERINGATAN
Saat mulai terlibat dalam permasalahan keluarga, konselor perlu waspada terhadap tiga bahaya:

* Sabotase
----------
Karena keluarga telah membangun satu pola tertentu dalam meresponi masalah yang dihadapi, maka mereka ragu-ragu untuk mengubah sistem interaksi yang ada, meskipun hal itu menyebabkan salah seorang anggota keluarganya menderita stress berat. Jika konselor terlalu memaksa keluarga itu untuk berubah, maka mereka cenderung akan melakukan sabotase terhadap proses penyembuhan yang sedang dijalaninya. Oleh karena itu jangan terlalu cepat menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang menantang atau terlalu cepat menyarankan perubahan.

* Kolusi
--------
Konselor perlu hati-hati berasumsi tentang keluarga konselee yang selalu sependapat. Jika semua anggota sependapat terhadap masalah yang sedang dihadapi, belum berarti mereka pasti benar. Kadang-kadang keluarga terlalu mudah ditipu dan percaya pada orang-orang sebelumnya telah berusaha menolong masalah konselee.

* Masalah segitiga (triangling)
-------------------------------
Hindari masalah "segitiga", yaitu ketika konselor dan konselee bersama mencoba menyelesaikan masalah dari pihak ketiga (misalnya:"Bisakah anda menolong suami saya agar berhenti dari kecanduannya minum-minuman keras?"). Jika konselor mencoba menyelesaikan masalah pihak ketiga atas permintaan konselee, tentu saja pihak ketiga akan bereaksi melawan, karena sepertinya konselor membuat gang dengan konselee untuk melawannya. Hal itu biasanya menciptakan konflik yang lebih parah lagi.

Tuesday, December 15, 2009

PENGERTIAN PSIKOLOGI KLINIS

Yaitu gangguan psikologi yang menganggu keadaan fisik.
Macamnya:
gangguan berat
turunnya fungsi sosial (orang yang biasanya bisa bekerja sampai yang tidak bisa bekerja), sampai gangguan yang bersifat psikotik (gila).
Realitanya buruk (tidak realitas)
Membahayakan diri sendiri atau orang lain besar
Memerlukan bantuan orang lain
Insight buruk (tidak tahu dirinya sendiri)

gangguan ringan
• funsi sosial terganggu tapi masih bisa digunakan
• realitanya masih baik
• membahayakan dirinya atau orang lain kecil
• untuk pengobatannya dengan keinginan sendiri
OBSERVASI DALAM PSIKOLOGI KLINIS
Penampilan
Memakai bahasa non verbal yaitu bahasa tubuh, juga asertivitas yaitu ketrampilan sosial untuk mensejahterakan seseorang tanpa kita menderita.

PENGERTIAN PSIKOLOGI KLINIS

Yaitu gangguan psikologi yang menganggu keadaan fisik.
Macamnya:
gangguan berat
turunnya fungsi sosial (orang yang biasanya bisa bekerja sampai yang tidak bisa bekerja), sampai gangguan yang bersifat psikotik (gila).
Realitanya buruk (tidak realitas)
Membahayakan diri sendiri atau orang lain besar
Memerlukan bantuan orang lain
Insight buruk (tidak tahu dirinya sendiri)

gangguan ringan
• funsi sosial terganggu tapi masih bisa digunakan
• realitanya masih baik
• membahayakan dirinya atau orang lain kecil
• untuk pengobatannya dengan keinginan sendiri
OBSERVASI DALAM PSIKOLOGI KLINIS
Penampilan
Memakai bahasa non verbal yaitu bahasa tubuh, juga asertivitas yaitu ketrampilan sosial untuk mensejahterakan seseorang tanpa kita menderita.

Isi pikiran
Adanya waham ; yaitu keyakinan yan tidak harus benar tetapi diyakini oleh klien.
Realitas ; OWTS
• Orientasi terhadap seseorang
• Menanyakan waktu pada klien
• Menanyakan tempat
• Suasana

Fungsi peran
Misal : menanyakan apakah bisa tidur atau tidak?
Heteroanalisis
Yaitu: analisis yang banyak, keterangan yang didapat selain dirinya.
Misal: polisi
Tanda-tanda yang bisa memberikan: keluarga, orang dekat yang bisa dipercaya.

TANDA-TANDA:
Cemas : sukar tidur, mimpi buruk
Depresi : mudah tidur, tetapi kalau dini sudah bangun tidak dapat tidur lagi, kalau mimpi dalam keadaan sendirian.


NEUROSA
A. Pengertian neurosa
Yaitu : kesalahan penyesuaian secara emosional karena tidak dapat diselesaikannya konflik tak sadar.
Kecemasan yang timbul dirasakan secara langsung atau diubah sebagai mekanisme yang menimbulkan gejala-gejala subjektif dan mengganggu.
Penderita neurosa sebenarnya sangat terganggu dan mempunyai unsur-unsur kepribadian.
Penderita neurosa ini mempunyai penilaian realitas dan tidak ada penurunan.
Psikodinamika:
Pada gangguan neurosa : reaksi abnormal untuk menghilangkan kecemasan.
* kecemasan terjadi karena adanya konflik yang tidak dapat diatasi secara benar dan akan muncul sesuai dengan tipe kepribadian seseorang.
* karena konflik tersebut tidak dapat diatasi secara benar maka kecemasan dan ketegangan selalu ada.
* untuk menggunakan individu tersebut, menggunakan defend mechanism.
Psikoterapi digunakan agar penderita menggunakan defend mechanism yang benar dan membuang DM yang salah.
Untuk dapat memahami penderita neurosa maka psikolog harus dapat memahami predisposisi.
Gejala sekarang dan situasi pada masa kanak-kanak yang masih belum teratasi secara emosional.

B. JENIS NEUROSA
1. NEUROSA CEMAS
Ditandai dengan kecemasan yang tidak terikat pada satu benda atau mengambang.
Bila hebat sekali maka akan terjadi panik. Dalam keadaan panik akan berbahaya dan bertindak agresif.
Pada penderita ini, gejala somatik tampak jelas, sedangkan gejala psikologis adalah was-was, merasa tidak aman, dan kondisi tegang terus-menerus.
Pada gangguan seksual, terjadi ejakulasi dini.

2. NEUROSA HISTERIONIK
Yaitu fungsi badan atau mental yang hilang tanpa dikehendaki, tanpa kelainan otot.
Gejala ini akan timbul terutama pada penderita yang mengalami tekanan emosional yang hebat dan memiliki arti simbolik mengenai konfliknya.
Misal: ketika seorang pasien tidak suka dengan mertuanya, dan ketika pasien mendengarkan lagu kesukaan metuanya, pasien merasa tidak senang dan akan mengalami histerionik yaitu misalnya buta.
Treatment : diberi sugesti, contohnya dilatih berdiri secara tegas.

3. NEUROSA DEPRESIF
Merupakan gangguan perasaan dengan ciri-ciri :
Berkurangnya semangat, harga diri rendah,sering menyalahkan diri sendiri, ganguan makan dan tidur dan makan.
Neurosa depresif berakar pada rasa bersalah yang tidak disadari, Ambivalensi (ragu-ragu).
Orang dengan neurosa depresif biasanya ragu-ragu dengan orang yang ditakuti dan karena pada norma masyarakat.

4. NEUROSA NEURASTENIA
Ditandai : kelesuan umum yang menaun, mudah lelah, kehabisan tenaga.
Kepribadian premorbit biasanya merasa ditolak, terus menerus tak terima orang lain tetapi pada pekerjaan yang berminat, penderita ini lupa akan lelahnya dan menyesaikan pekerjaan sanpai selesai.

5. NEUROSA PERSONALISASI
Keadaan dimana seseorang didominasi oleh ketidakwajaran (unreality). Dan asing terhadap dirinya sendiri. Misalnya tubuh/lingkungannya tidak wajar,merasa aneh,seperti mimpi, sering merasa ditinggalkan/sendirian, kadangkala ia merasa diluar dirinya.

6. NEUROSA HIPOKONRIK
Tidak ada gangguan organik.
Pikiran penderita ini terpaku pada kesehatan fisik, contoh : tiba-tiba sakit ini berbeda dengan gangguan pisikomatik yaitu benar-benar ada gangguan genetic atau organik.

GANGGUAN MAKAN
Pengertian gangguan makan
Yaitu : gangguan kehilangan nafsu makan kemudian kesulitan pemberian makan pada bayi dan anak-anak tetapi kadang ada pada penderita skizophrenia.
Macamnya :

1. ANOREXIA NEUROSA
Yaitu penurunan berat badan secara sengaja yang dimulai atau dipertahankan oleh si penderita.
Biasanya pada gadis atau wanita muda.
Kekuranan gizi yang terus menerus akan menyebabakan hormone atau metabolisme tubuh.
Berat badan tetap 15% dibawah normal.
Pengurangan berat badan dilakukan sendiri tanpa ada yang memerintah dengan mengurangi lemak.
Penderita ini kadang kala terjadi olahraga yang berlebihan, merangsang diri untuk muntah, makan obat penurun berat badan.
Gangguan psikologis yang patologis terdapat pada distorsi citra tubuh, takut gemuk yang terus menerus.
Indeks masa tubuh yang benar :

Pada wanita biasanya teadpat Aminore, pada pria terjadi penurunan gairah seks.
Jika terjadi pada pria pubertas, perkembangan pubertas tertunda. Pada wanita, buah dada tidak berkembang. Pada pria, genitalnya tetap kecil. Kesembuhan bisa sempurna meskipun menarche terlambat.Gangguan ini mungkin disertai depresi dan obsesif.

2. BULIMIA NEUROSA
Ditandai oleh serangan berulang dari perilaku makan yang berlebihan dan pre okupasi yang berlebihan tentang berat badan sehingga penderita menggunakan cara yang sangat tepat de ngan mengurangi efek kegemukan kemudian penderita merangsang diri untuk muntah. Muntah yang berulang-ulang yang diusahakan secara sengaja oleh penderita.
Dampaknya :

Kekacauan elektrolit dan komplikasi fisik sehingga berat badannya jadi kacau.
Tanda yang tampak :
Penderita pre okupasi, keinginan makan yang tidak tertahankan tetapi berusaha untuk merangsang muntah, memakai pencahar, puasa berkala, obat penekan nafsu makan, menentukan ambang batas sendiri.
Penyakit berkisar antara beberapa bulan sampai beberapa tahun.
Kadang penderita ini mengalami gejala depresi, pencemas, pefeksionis.
Treatment : harus sesuai dengan penyebabanya.

PROBLEM SEXUAL
Organik
Psikogenik
mood : depresi dan mania
kehilangan minat dan semangat, mengurangi motorik
probem sexual : kehilangan minat
depresi : penurunan selera
mania : peningkatan suasana hati lebih meningkat serta peningkatan selera.
cemas
mudah ereksi, tetapi terjadi ejakulasi dini pada laki-laki, pada wanita ada peningkatan selera.
psikologi yang lain
ditangani dengan psikoterapi
misalnya : gangguan waham; keyakinan yang salah.

gangguan paranoid
secara keseluruhan gangguan sexual ada peningkatan, dorongan, aktivitas tetapi juga ada penurunan aktivitas.
Bersifat individual.
Hal-hal yang mempengaruhi problem sexual :
Defend mechanism, kesehatan, factor religi.
Perbedaan :
Pada laki-laki: peningkatan biologis, ejakulasi dini, kehilangan kemampuan ereksi
Pada wanita : tidak punya selera atau sebaliknya selera meningkat, factor kecemasan, penurunan mood.
Bagaimana seorang psikolog berperan dalam problem sexual :
kita mengetahui jenis ganguan problem sex
bila mencoba alur analisis (bertanya pada yang besangkutan)mengenai riwayat gangguan sex itu sendiri.
kalau misanya ada problem homosex, kitaharus memahami problem gangguan tersebut (apakah karena factor kesalahan belajar, contoh : dulu tertarik pada lawan jenis, tetapi sering dikecewakan shingga trauma) karena bawaan dari kecil.kalau semua sudah ditangani dengan pisiko terapi dan farmakologi.

GANGGUAN PERKEMBANGAN
Omzetnya bervariasi pada masa kanak-kanak keterlambatan perkembangan yang berhubungan erat dengan kematangan biologis berlangsun terus menerus dengan pertumbuhan yang khas fungsi yang terganggu bahasa, koordinasi motorik gangguan tersebut misalnya : gangguan bicara dan bahasa yang mudah terlihat pada anak usia 2 tahun tidak muncul kata-kata yang bisa diucapkan misalnya : “mimik,maem” pada usia 3 tahun tidak tahu kata majemuk sederhana atau mengalami gangguan exspresi bahasa.

GANGGUAN BELAJAR
Gangguan pola normal penguasaan ketrampilan karena proses kognitif.

GANGGUAN MEMBACA
Pada anak sekolah 6-7 tahun, ada kata-kata yang dilupakan, bacaan lamban, salah mengawali, memutarbalikkan kata-kata, dalam membaca tidak tahu isinya, tidak dapat menyimpulkan apa yang dibaca, kesalahan mengeja atau menulis secara lantang.

GANGGUAN AVASIA
Kehilangan berbahasa (diam).

GANGGUAN BERHITUNG
Berkaitan dengan retardasi mental tetapi kekurangannya adalah ketidakmampuan dasar berhitung sesuai dengan usianya.
Pada usia selanjutnya, sulit mengerti konsep berhitung yang mendasari, tidak mengenal angka, tidak mengenal lambang, tidak mampu meletakkan titik decimal.

GANGGUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KHAS
Koordinasi motorik anak dalam gerak halus dan kasar harus sesuai dengan teman-teman sekitar.
Yang mudah dilihat : cara berjalan yang aneh, mudah tersandung, kesulitan menyusun bentuk bangunan, kesulitan dalam sekolah (menulis).
Ada beberapa kasus karena berat lahir (premature).

GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF
Abnormalitas kualitatif dalam pola interaksi sosial dan komunikasi, gerakan terbatas, stereotype yang berulang.
Akan nampak sekali kondisinya pada usia 5 tahun.
Biasanya fase perkembangan sejak bayinya abnormal, Autistik masa kanak (bisa dilihat pada usia 3 tahun dalam bidang social, komunikasi, perilaku kurangnya respon timbal balik sosio-emosional, kurangnya respon terhadap emosi orang lain, orang kreatif dan fantasi dalam berfikir, pada prilaku cendrung tipis, tak bisa bermain dengan orang lain, terhadap kekekalan yang lain, terhadap kelekatan yang aneh terhadap benda yang lembut (mis : bantal), menolak perubahan dalam tata ruang, kadang ada fobia , gangguan makan dan tidur, agresifitas, kadang ada prilaku menciderai diri sendiri, perilaku menyakiti diri lebih banyak.

Yang mudah dihapal :
Pada usia 3 bulan pertama tidak respon terhadap lingkungan dan sosio emosional.

SYNDROM RETT
Banyak terjadi pada wanita, pada awal perkembangan normal atau mendekati normal tetapi kemudian timbul gangguan berupa kehilangan kehilangan keterampilan tangan dan kemampuan bicara menurun, gerakan memeras
Gerakan tangan yang bertujuan hilang (tidak bisa langsung ),
Fungsi sosialisasi berhenti tetapi perhatian terhadap lingkungan masih.

SYNDROM ASPERDER
Kendala interaksi social timbal balik contoh : autistic dan disertai keterbatasan perhatian dan aktivitas. Tetapi kemampuan berbahasa dan kognitif pernah berkembang, kecerdasannya normal tetapi biasanya canggung, kadang muncul episode psikotik dalam masa dewasa

GANGGUAN EMOSIONAL PADA ANAK
Merupakan sesuatui yang normal, tetapi kalau focus ketakutan akan menggangu funsi social.
Anxietas : ketakutan berpisah
Tanda-tanda gangguan cemas :
• Ketakutan yang tidak realitas
• Kekawatiran terhadap tokoh yang diakrabinya
• Peristiwa buruk contoh : diculik
• Pikiran terus menerus tentang perpisahan
• Kalau tidur sendiri tanpa orang yan diakrabi takut,siang hari juga takut
• Mimpi tentang perpisahan
• Apabila terjadi perpisahan, muncul gejala fisik contoh : mual
• Kesedihan yang berlebihan tentang perpisahan
• Seringkali ngadat (ngambek) pada saat maupun selama perpisahan

GANGGUAN ANXIETAS PADA ANAK
Anak juga bisa mengalami phobia misalnya ketakutan pada hewan

GANGGUAN ANXIETAS SOSIAL PADA ANAK
Tanda-tanda :
• Merasa curiga pada orang yang tidak kenal dan mengganggu fungsi sosialnya
• Takut berpisah dengan orang yang diakrabi dan ketakutan tersebut merupakan ketakutan yang tidak normal sebelum umur 6 tahun.
GANGUAN PERSAINGAN ANTAR SAUDARA (Sibling Rivali Disolder)
v Gangguan emosional dengan kelahian adik yang bersifat ringan tetapi ininya lama
v Tanda-tanda :
• Adanya rasa bersaing
• Onsen setelah beberapa bulan adik lahir merupakan ganguan emosional yang ditandai perasaaan sedih mungkin juga pemusuhan dan disfory (sedih)


GANGGUAN FUNGSI SOSIAL PADA ANAK
Penarikan diri yang serius
v Bentuk

MULTISME ELEKTIF
Gambaran :
anak hanya mau bergaul dengan orang-orang tertentu tetapi anak tersebut sebetulnya mampu berbicara, tetapi alasan situasi tetap tidak mau
pendekatan : disentisiasi (sedikit demi sedikit )

GANGGUAN KELEKATAN
Gambaran :
Ditandai dengan takut dan kewaspadaan yang berlebih dengan orang lain dan upaya untuk menenangkan tidak bisa
Kadang kala terjadi reaksi agresif pada diri sendiri dan lemahnya interaksi social dengan kelompok seusianya gangguan seperti ini dampaknya lama dan perlu pendampingan berkepanjangan kadang sampai dewasa masih butuh konsultasi.

SOSIAL WIDHONAL
Adalah penarikan diri anak yang tidak mau bersosialisasi.
Bisa karena ditolak dengan teman-teman yang lain, yang dimanifestasikan anak dengan mengisolasi diri yang ditunjukkan dengan perilaku (sangat malu, gampang tersinggung, lebihbaik bermain sendiri). Tetapi bisa juga anak yang ditinggalkan dan ditolak oleh teman-temannya. Adakalanya bawaan anak mempunyai aktivitas sendiri yaitu aktivitas social.

Anak tersebut melalui motif pendekatan social rendah meskipun bahkan menolak,jika anak bermain sendiri sebelum usia sekolahmelalui kecemasan atau kecenderungan akan cemas. Anak seperti ini harus segera mendapat perhatian dari orangtua atau guru karena pada usia sekolah akan menarik diri, takut, cemas dan menarik diri dari social.
(keadaan sama sampai remaja).

Pada usia remaja ditandai dengan kepribadian schizoid yaitu suka menyendiri, menarik diri dari lingkungan social, menyukai pekerjaan dan melakukan sendiri, hanya punya teman intim setengah orang saja, ekspresi emosi rendah, sifat introvern, sedikit berteman, emosi positif rendah, rasa humor rendah, terpisah dari lingkungan, secara emosional mereka tampak datar, terbatas, dingin, kekerasannya tampak hebat.

GANGGUAN KEPRIBADIAN MENGHINDAR
Harga diri rendah, takut dinilai negative oleh orang lain, menghindari lingkungan social dan kognitif.
Ciri khas : berdiam diri pada lingkungan social atau kontak social, menghindari kontak personal, sangat sensitif terhadap kritik, menunjukkan sedikit hasrat aveksi, penerimaan dan persahabatan sulit.
Perasaan takut ditolak membuat dia tidak mau bersosialisasi, maka hanya mau bersosialisasi dengan partner jika menjamin akan menerima.

DEFEND MEKANISM
Adalah kewaspadaan.
Sering gugup, ini mengakibatkan hubungan social tidak memuaskan baik dari diri dan orang lain, hal ini merusak kualitas hubungan dan beakibat penolakan, biasanya membatasi stimuni lingkungan dan mengundurkan diri dari pengalaman bersosialisasinya.

KEADAAN SOSIAL
Ini juga terlihat pada fobia social (gangguan internalisasi yang melibatkan rasa takut yang nyata dan menetap akan situasi social atau situasi kinerja yang dapat terjadi karena rasa malu.
Misal : kalau dia harus pidato di depan umum.
Mereka takut akan tanggapan orang lain dan mempunyai motivasi besar untuk menghindar dari orang lain, mereka tidak aman jika berhubungan dengan orang lain, tetapi mungkin orang tersebut membangun hubungan yang menyenangkan dengan orang lain, tetapi bisa juga karena menarik diri, tidak mampu atau merasa bodoh.

GANGGUAN CEMAS MASA ANAK-ANAK
Perjalanan penarikan diri :
Ketidakamanan hubungan perlekatan orangtua dengan anak
Kewaspadaan social dan gaya perilaku menarik diri
Perasaan tidak aman dan kewaspadaan yang berlebihan serta penyendirian akan berdampak pada kemampuan menyesuaikan diri social emosional.

STRES DAN GANGGUAN FISIK
Factor yang mempengaruhi :
Umur ; semakin tua seseorang semakin mudah mengalami stress.
Jenis kelamin ; pada wanita karena menstruasi menyebabakan stress yang berdampak pada kondisi fisik.
Jumlah beban ; sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, semakin tidak sesuai semakin menimbulkan stressor yang dirasakan.
Stress adalah sesuatu yang mengganggu.
Dampaknya ;
Dampak pada pekerjaan ; turunnya motivasi, prestasi kerja yang menurun.
P= f M*A*O
Dampak pada fisik ; hipertensi, gula, letih, depresi, cemas, pusing.
Dampak pada mental ; iritabel (perilaku), panic (cemas), depresi (diri sendiri:pasif dan aktif)
Cara mengatasi ; datang ke dokter, apabial belum sembuh dating ke psikolog.
Intervensi yang sesuai ; rasional emosi (terapi).
Stress pada pekerjaan bisa berdampak fisik dan mental:
Fisik : mual, muntah, capek yang tidak hilang-hilang.
Mental : depresi, cemas, gampang marah, vatabel.

TERAPI RASIONAL-EMOTIF (Albert Ellis)
Berdasarkan konsep ; manusia sebagai korban pola pikir sendiri yang tidak rasional.
Konsep manusia menurut Ellis ;
Manusia mengkondisioning diri sendiri terhadap perasaan yang mengganggu.
Kecenderungan biologis sama halnya dengan kecenderungan cultural untuk berpikir salah dan tidak berguna, misalnya: kecewa
Keyakinan yang salah dan mengganggu=mengecewakan diri sendiri.
Kemampuan mengubah proses kognitif, emosi dan perilaku memungkinkan unutk bereaksi berbeda dengan biasanya, menolak, mengecewakan diri sendiri, melatih diri mempertahankan gangguan sesedikit mungkin.
Menurut Patterson:
Pribadi itu unik ; rasional dan tidak rasional.
Hambatan emosi dan psikologis diakibatkan oleh cara berpikir tidak rasional.
Pikiran tidak rasional berakar dari hal-hal tidak logis yang dipelajari sejak awal.
Pikiran menyertai emosi, jika emosi terganggu pikiran tidak rasional.
Hambatan emosi berlanjut karena verbalisasi internal.
Manusia memiliki kemampuan memahami keterbatasannya, melawan kecenderungan menolak diri.
Pikiran negative harus dilawan pikiran logis dan rasional.
Terapi sebagai usaha reedukasi :
Tugas
Mengajarkan strategi untuk memperkuat proses pikir.
Tujuan terapi :menghilangkan cara berpikir tidak logis, mengganti dengan sesuatu yang logis dan rasional.
Terapis perlu memahami perilaku pasien.
Langkahnya :
Menunjukkan bahwa cara berpikir pasien tidak logis.
Menunjukkan, mempertahankan berpikir tidak logis
Mengubah cara berpikir pasien dengan membuang cara berpikir tidak logis.
Peran dan kegiatan terapis :
Membawa paisen pada akar persoalan.
Mendorong pasien mengemukakan pikirannya.
Menunjukkan dasar cara berpikir tidak logis.
Analisis logis.
Mengemukakan keyakinananya salah dan dapat menimbulkan gangguan emosi dan perilaku.
Pergunakan humor atau cara lain.
Pikiran dapat diganti dengan yang lebih rasional.
Mengajari pasien menggunakan pendekatan ilmiah.
Secara singkat : pendekatan langsung untuk menyerang dan menghilangkan pikiran negative.
Fungsi kognitif dengan : tugas (Assigment Homework) yaitu perubahan kata dan bahasa.
Fungsi emosi dengan :
Teknik imajinasi dengan visualisasi atau menggambarkan yang baik.
Bermain peran (role play).
Latihan menghadapi hal-hal memalukan (shame-attacking experience).
Terapi rasional-emotif dapat digunakan untuk :
Depresi, ansietas, gangguan karakteriologis, sikap melawan, masalah seks, percintaan, perkawinan, pengasuhan, masalah perilaku pada anak dan remaja.
Dapat digunakan sebagai terapi individual, kelompok, terapi jangka pendek,dan terapi keluarga.
Dilaporkan efektif dan berhasil.

DELINIUM, DEMENSIA, DAN AMNESIA
Penyebab :
kondisi medis umum
gangguan penggunaan zat
§ untuk mendiagnosis, para psikolog sering menggunakan mini mental state examination contoh: orang bertanya nama, tempat yang ada. Sekarang tahun berapa?
§ Untuk menguji atensi atau perhatian, kurangi 7 dari 100
§ Untuk menguji memory, mengatakan tadi saya bicara apa?
§ Untuk tes bahasa, klien memberi nama benda yang ada.
§ Mengulang kata-kata yang tidak ada artinya, contoh: 3 kata (gedung batu rambut)
§ Untuk mengetes pemahaman, anda bisa menyuruh pasien mengambil kertas, lipat jadi 2, taruh dilantai
§ Membaca dan melakukan perintah, contoh: tutup telinga kanan
§ Pasien diminta menulis apa saja, contoh: buat kalimat
DELINIUM
Tanda pertama:
Adanya gangguan dari kesadaran yang bisa dilihat dari fungsi kognitifnya.
Gangguan perilakunya premor.
Tidak terkoordinirnya sebuah perilaku.
Kencing yang tidak biasa.
Biasanya mendadak hanya beberapa jam atau hari dan kemudian menghilang.
Penyebab utama:
Terganggunya sistem-sistem tubuh diluar susunan sistem syaraf pusat.
Contoh: gagal ginjal, gagal hati.
Tetapi juga sebagai penyebab dari gangguan system syaraf pusat.
Contoh: epilepsi, ayan.
DEMENSIA
Adanya gangguan fungsi kognitif tetapi kesadarannya tidak terganggu terutama intelegensi, ingatan, persepsi, pertimbangan, kemampuan social. Dapat mempengaruhi kepribadian penderita.
Penyebab: obat dan toksin (demensia dari alkoholik)
Tipe: Alzeimer
Adanya kelainan penyakit otak Atrofi (sel otak yang mati)
Ditandai dengan pelupa yang berlebihan dan sulit diperbaiki karena adanya kerusakan otak, tidak bisa bicara, daya ingat dan pengenalan terganggu, kadang kala ada Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik), Agnosia (kegagalan mengenal suatu benda).
AMNESIA
Lupa yang patologik, tiba-tiba kehilangan kemampuan mengingat peristiwa yang terjadi atau informasi yang baru didapat.
Berlangsung 6-24 jam.
Gangguan daya ingat ini menyebabkan gangguan yang sangat bermakna dalam fungsi sosialnya.
Rancu dalam gangguan buatan, contoh: pura-pura lupa.
Tandanya: hasil psikotes tidak konsisten. Orang yang melakukan gangguan buatan disertai dengan bukti primer atau sekunder (tidak di pidana).

PENYALAHGUNAAN ZAT, KETERGANTUNGAN
Gangguan yang didasari oleh factor psikologis yang terganggu, contoh: kepribadian cemas.
Intinya : menggunakan obat atau zat-zat tertentu yang tidak sesuai dengan kondisi medis.
Tahap ketergantungan:
Coba-coba, situasional, ikut-ikutan teman, tergantung pada zat (efek makin hari makin bertambah karena enak).
Psikodinamika :
Orang yang dependen, temannya “pakai”, dia harus ikut.
Factor lain: predisposisi (keluarga, secara biologis terlahir karena adanya bawaan dari kebutuhan zat-zat di dalam tubuhnya

Kesehatan Mental

I. Pendahuluan
Beberapa tingkah laku masyarakat yang beraneka ragam mendorong para ahli Ilmu Psikologi untuk menyelidiki apa penyebab perbedaan tingkah laku orang-orang dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, juga menyelidiki penyebab seseorang tidak mampu memperoleh ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupannya. Usaha ini kemudian melahirkan satu cabang termuda dari ilmu Psikologi, yaitu Kesehatan mental (Mental Hygiene) (Yusak Burhanuddin, 1999: 10).
Kesehatan mental, sebagai disiplin ilmu yang merupakan bagian dari psikologi agama, terus berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari masyarakat yang selalu membutuhkan solusi-solusi dari berbagai problema kehidupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi belum mampu memenuhi kebutuhan ruhani, bahkan menambah permasalahan-permasalahan baru, seperti kecemasan dengan kemewahan hidup. Akibat lain adalah rasionalitas teknologi lebih diutamakan sehingga nilai kemanusiaan diabaikan. Demikian ungkap Sayyid Husain Nasr.
Pada bagian lain, berbagai persoalan hidup yang melanda bangsa Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan krisis multi dimensi di berbagai pelosok nusantara. Belum tuntas permasalahan ekonomi, muncul konflik berbau Sara, baru saja meredam pertikaian tersebut, bangsa kita dilanda berbagai bencana, semakin memperbukuk kondisi mental bangsa ini. Menurut Sururin persoalan kesehatan mental perlu perhatian serius semenjak adanya asumsi bahwa 2% bangsa Indonesia terganggu jiwanya.
Di samping itu, adanya perhatian manusia yang besar terhadap kesejahteraan hidupnya, serta adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya dilakukan pembinaan kesejahteraan hidup bersama ikut mempercepat perkembangan ilmu kesehatan mental.
II. Kesehatan Mental
A. Pengertian Secara Etimologis dan Terminologis
Secara etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu “mens” atau “mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu kesehatan mental) (Yusak Burhanuddin, 1999: 9).
Menurut Kartini Kartono dan Jenny Andary dalam Yusak (1999: 9-10), ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa rakyat.
Sebagaimana seorang dokter harus mengetahui faktor-faktor penyebab dan gejala-gejala penyakit yang diderita pasiennya. Sehingga memudahkan dokter untuk mendeteksi penyakit dan menentukan obat yang tepat. Definisi mereka berdua menunjukan bahwa kondisi mental yang sakit pada masyarakat dapat disembuhkan apabila mengetahui terlebih dulu hal-hal yang mempengaruhi kesehatan mental tersebut melalui pendekatan hygiene mental.
Dalam perjalanan sejarahnya, pengertian kesehatan mental mengalami perkembangan sebagai berikut :
b. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa (neurosis dan psikosis).
Pengertian ini terelihat sempit, karena yang dimaksud dengan orang yang sehat mentalnya adalah mereka yang tidak terganggu dan berpenyakit jiwanya. Namun demikian, pengertian ini banyak mendapat sambutan dari kalangan psikiatri (Sururin,2004: 142)
Kembali pada istilah neorosis, pada awalnya kata tersebut berarti ketidakberesan dalam susunan syaraf. Namun, setelah para ahli penyakit dan ahli psikologi menyadari bahwa ketidakberesan tingkah laku tersebut tidak hanya disebabkan oleh ketidakberesan susunan syaraf, tetapi juga dipengaruhi oleh sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang lain, maka aspek mental (psikologi) dimasukkan pula dalam istilah tersebut.
c. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. Pengertian ini lebih luas dan umum, karena telah dihubungkan dengan kehidupan sosial secara menyeluruh. Dengan kemampuan penyesuaian diri, diharapkan akan menimbulkan ketentraman dan kebahagiaan hidup.
d. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk mengatasi problem yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
e. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin, sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain, terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, maupun menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan yang bias, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat menggunakan potensi-potensi yang ada semaksimal mungkin (Sururin,2004: 144).
Kesehatan mental (mental hygiens) adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan ruhani (M. Buchori dalam Jalaluddin,2004: 154) Menurut H.C. Witherington, kesehatan mental meliputi pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan Psikologi, kedokteran, Psikiatri, Biologi, Sosiologi, dan Agama (M. Buchori dalam Jalaluddin,2004: 154)
Kesehatan Mental merupakan kondisi kejiwaan manusia yang harmonis. Seseorang yang memiliki jiwa yang sehat apabila perasaan, pikiran, maupun fisiknya juga sehat. Jiwa (mental) yang sehat keselarasan kondisi fisik dan psikis seseorang akan terjaga. Ia tidak akan mengalami kegoncangan, kekacauan jiwa (stres), frustasi, atau penyakit-penyakit kejiwaan lainnya. Dengan kata lain orang yang memiliki kesehatan mental juga memiliki kecerdasan baik secara intelektual, emosional, maupun spiritualnya.
B. Pengertian Jiwa (mental) Sebagai Objek Kajian Kesehatan Mental
Di dalam Ensiklopedia Indonesia, Hassan Shadily dkk. (1992: 2787) menulis bahwa kata “Jiwa” berasal dari kata “Psyche” yang berarti jiwa, pikiran, hidup. Dalam agama, jiwa merupakan sebagian dari kerohanian manusia, dalam arti kesanggupan merasakan sesuatu. Suatu makhluk baru dikatakan berjiwa, jika sanggup mengalami, merasa, berkemauan, dan sebagainya (Hassan Shadily dkk.,1991: 1597). Jiwa adalah energi mental yang memiliki kekuatan untuk dapat memotivasi terjadinya proses perilaku yang menjadi bentukan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. (http://id.wikipedia.org/wiki/Jiwa)
Demikianlah pengertian jiwa (mental) secara umum. Di dalam memahami jiwa ini, penulis teringat dengan unsur-unsur pada struktur jiwa manusia menurut Sigmund Freud, yakni id, ego,dan super ego (Abdul Mujib,1999: 99). Dan yang menarik adalah unsur ego dan super ego. Dikatakan demikian karena keduanya dapat dihubungkan dengan jiwa (mental). Ego dikenal sebagai eksekutif kepribadian (pengontrol tindakan) yang bersifat rasional-logis. Sedangkan Super ego berperan dalam penentuan nilai moral suatu tindakan.
Lantas, dimanakah letak hubungannya dengan jiwa?, penulis memahami bahwa jiwa (mental) cukup rawan mengalami kegoncangan atau ketidakstabilan. Maka dari itu, jiwa (mental) sangat memerlukan pondasi atau pegangan yang mampu mengokohkannya bahkan menjadikannya sebagai jiwa yang sehat. Ego dan super ego sangat berpotensi untuk menjadi penopang dan pendorong jiwa (mental) ke arah demikian.
Di dalam mengkaji dan memahami Ilmu Kesehatan Mental, jiwa (mental) yang dijadikan objek kajian ilmu ini tidaklah cukup diartikan sebagai kondisi kejiwaan manusia yang dikaji dari kesehatan pada jaringan syaraf otak atau secara fisik saja. Sehingga jika salah satu simpul saraf otak rusak seseorang akan menderita kelainan jiwa (gila). Sedangkan tidak semua tingkatan gangguan kejiwaan manusia berakibat gila. Sementara pengertian sakit jiwa adalah kondisi kejiwaan seseorang yang tidak mampu mengaktualkan tiga potensi dalam dirinya yaitu adaptasi, regulasi dan interaksi.(http://www.waspada.co.id)
Maka dari itu, jiwa (mental) dalam hal ini adalah pusat kepribadian manusia yang memiliki kepekaan dalam berinteraksi dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungan di luar dirinya untuk menentukan sikap yang baik dan benar. Ary Ginanjar Agustian (2002: 65), menggambarkan kondisi mental yang ideal didasari dari “penjernihan emosi” sehingga memunculkan kecerdasan emosi dan spiritual (Emotional Spiritual Quotient).
Hal tersebut menunjukkan begitu penting penatatan potensi emosi spiritual pada masing-masing individu yang berpusat pada sumber spiritual manusia, yaitu Tuhan. Dengan demikian seseorang akan terbimbing dengan kesadaran pribadi mengenali energi jiwanya guna meraih ketenangan atau keharmonisan diri.
Melalui pengkajian jiwa (mental) dirinya sendiri, manusia mampu membimbing dirinya untuk mencintai diri sendiri. Secara fitrah manusia tidak mau dirinya bobrok dan kacau. Apalagi dirinya disakiti dan merasa ditindas. Semua orang yang bermental sehat hidup di dunia menginginkan ketenangan dan kebahagiaan diri bukan sebaliknya. Wajar jika manusia akan membela diri ketika ada hal-hal yang dapat membahayakan dirinya.
C. Pengertian Jiwa (mental) yang Sehat
Seorang ahli bijak pernah berkata: ''Kesehatan itu mahkota, tak bisa merasakannya kecuali orang sakit." Nikmat sehat memang menjadi sangat mahal. Apalah artinya bergelimang kekayaan, rumah mewah dengan jabatan dan kekuasaan yang tinggi serta anak-anak yang tampan bila tidak disertai nikmat kesehatan. Karena itulah, semua manusia berlomba untuk mendapatkan nikmat sehat (www.republika.com)
Di dalam hadis-hadisnya, Rasulullah Saw. menjelaskan kesehatan dan kestabilan jiwa (mental) seseorang memiliki beberapa indikasi antara lain adanya rasa aman. Ini disebutkan dalam sabdanya: ''Siapa yang menyongsong pagi hari dengan perasaan aman terhadap lingkungan sekitar, kondisi tubuh yang sehat, serta adanya persediaan makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dia telah memperoleh seluruh kenikmatan dunia.'' (HR Tirmidzi).
Pada umumnya pribadi yang normal memiliki mental yang sehat. Demikian sebaliknya, bagi yang pribadinya abnormal cenderung memiliki mental yang tidak sehat (Yusak Baharuddin, 1999: 13). Orang yang bermental sehat adalah mereka yang memiliki ketenangan batin dan kesegaran jasmani.
Untuk memahami jiwa yang sehat, dapat diketahui dari beberapa ciri seseorang yang memiliki mental yang sehat. Dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1959 memberikan batasan mental yang sehat adalah sebagai berikut :
1. Dapat menyesuaikan diri secara konstuktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu buruk banginya.
2. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
3. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
4. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan.
6. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran dikemudian hari.
7. Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
8. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.
Kriteria tersebut disempurnakan dengan menambahkan satu elemen spiritual (agama). Sehingga kesehatan mental ini bukan sehat dari segi fisik, psikologik, dan sosial saja, melainkan juga sehat dalam art spiritual.
Dan tidak kalah pentingnya adalah mengetahui sekaligus memahami prinsip-prinsip dari kesehatan mental itu. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip kesehatan mental adalah dasar yang harus ditegakkan orang dalam dirinya untuk mendapatkan kesehatan mental yang baik serta terhindar dari gangguan kejiwaan. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri (self image)
Prinsip ini dapat dicapai dengan penerimaan diri, keyakinan diri dan kepercayaan pada diri sendiri. Citra diri positif akan mewarnai pola hidup, sikap, cara pikir dan corak penghayatan, serta ragam perbuatan yang positif pula.
2. Keterpaduan antara Integrasi Diri. Adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam diri, kesatuan pandangan (falsafah) dalam hidup dan kesanggupan mengatasi stres (Sururin,2004: 146).
3. Perwujudan Diri (aktualisasi diri)
Inilah proses pematangan diri. Menurut Reiff, orang yang sehat mentalnya adalah orang yang mampu mengaktualisasikan diri atau mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan cara yang baik dan memuaskan.
4. Mau menerima orang lain, mampu melakukan aktifitas sosial dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal.
5. Berminat dalam tugas dan pekerjaan
Suka pada pekerjaan tertentu walaupun berat maka akan mudah dilakukan dibandingkan dengan pekerjaan yang kurang diminati.
6. Agama, cita-cita, dan falsafah hidup. Demi menggapai ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan.
7. Pengawasan diri
Hal ini dapat dilakukan terhadap keinginan-keinginan dari ego yang bersifat biologis murni. Sehingga dapat dikendalikan secara sehat dan terarah.
8. Rasa benar dan tanggung jawab. Ini penting bagi tingkah laku.Dengan demikian muncul rasa percaya diri dan bertanggung jawab penuh atas segala tindakan sehingga tidak menutup kemungkinan kesuksesan diri akan diraih.
Pengertian mengenai kesehatan beragam ungkapnya Pengertian sehat atau kesehatan menurut dokter mungkin sedikit banyak akan berbeda dengan perawat, fisioterapi, apoteker atau tenaga peramedis lainnya. Meskipun mereka bersama-sama mengabdi pada bidang kesehatan. Adapun pengertian tentang kesehatan :
o Dalam indeks buku The International Dictionary Of Medicine and Biology (Freund.1991) mendefinisikan kesehatan sebagai suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu organisme atau bagiannya yang dirincikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit.
o WHO mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental ( rohani ) dan social, bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.(Smeet. 1994).
o Pembahasan mengenai konsep kesehatan lebih difokuskan pada model-model kesehatan yang muncul. Model-model kesehatan itu antara lain model barat dan model timur.
Menurut Eisenberg (Helman, 1990) yang dimaksud dengan model adalah cara merekontruksi realita, memberikan makna kepada fenomena-fenomena alam yang pada dasarnya bersifat chaos. Model kesehatan barat dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu model biomedis atau sering disebut sebagai model medis ( Joesoet, 1990; Freund, 1991; Helman, 1990; Tamm, 1993), model spikiatris (Helman, 1990) dan model psikosomatis (Tamm, 1993) sedangkan model kesehatan timur umumnya disebut model kesehatan holistic (Joesoet, 1990) yang menekankan pada keseimbangan (Helman,1990).
Model biomedis (Freud, 1991) memiliki 5 asumsi.
1. Terdapat perbedaan yang nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakini berada pada suatu bagian tubuh tertentu.
2. Bahwa penyakit dapat direduksi pada gangguan fungsi tubuh, entah secara biokimia atau neurofisiologi.
3. Keyakinan bahwa setiap penyakit disebabkan oleh suatu agen khusus yang secara potensial dapat didefinisikan.
4. Melihat tubuh sebagai suatu mesin.
5. Konsep bahwa obyek yang perlu diatur dan dikontrol.
Asumsi ini merupakan kelanjutan dari asumsi bahwa tubuh adalah suatu mesin yang perlu mendapatkan pemeliharaan. Model psikosometik menyatakan penyakit berkembang melalui saling terkait secara berkesinambungan antara factor fisik dan mental yang saling terkait satu sama lain melalui jaringan yang kompleks. Holisme dalam arti yang sempit melihat organisme manusiawi sebagai suatu sistem kehidupan yang semua komponennya saling terkait dan saling tergantung. Sementara menurut arti luas pandangan holistis menyadari bahwa sistem tersebut merupakan suatu bagian integral dari sistem-sistem yang luas dimana organisme individu berinteraksi terus menerus dengan lingkungan fisik dan sosialnya yaitu tetap terpengaruh oleh lingkungan.
Seseorang dikatakan sehat tidak cukup dilihat hanya dari segi fisik, psikologis dan sosial saja, tapi juga harus dilihat dari segi spiritual dan agama. Inilah yang kemudian disebut Dadang Hawari sebagai dimensi sehat itu, yaitu : Bio-psiko-sosial-spiritual. Jadi seseorang yang sehat mentalnya tidak hanya sebatas pengertian terhindarnya dia dari gangguan dan penyakit jiwa baik neurosis maupun psikosis, melainkan patut pula dilihat sejauh mana seseorang itu mampu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, mampu mengharmoniskan fungsi-fungsi jiwanya, sanggup mengatasi problem hidup termasuk kegelisahan dan konflik batin yang ada, serta sanggup mengaktualisasikan potensi dirinya untuk mencapai kebahagiaan.
Istilah kesehatan mental sendiri memperoleh pengertian yang beragam seiring perkembangannya :
1. Sebagai kondisi atau keadaan sebagaimana gambaran diatas.
2. Sebagai ilmu pengetahuan cabang dari ilmu psikologi yang bertujuan mengembangkan potensi manusia seoptimal mungkin dan menghindarkannya dari gangguan dan penyakit kejiwaan.
Seseorang dapat berusaha memelihara kesehatan mentalnya dengan menegakkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan, yaitu :
1. Mempunyai self image atau gambaran dan sikap terhadap diri sendiri yang positif.
2. Memiliki interaksi diri atau keseimbangan fungsi-fungsi jiwa dalam menghadapi problema hidup termasuk stress..
3. Mampu mengaktualisasikan secara optimal guna berproses mencapai kematangan.
4. Mampu bersosialisasi dan menerima kehadiran orang lain
5. Menemukan minat dan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan
6. Memiliki falsafah atau agama yang dapat memberikan makna dan tujuan bagi hidupnya.
7. Mawas diri atau memiliki control terhadap segala kegiatan yang muncul
8. Memiliki perasaan benar dan sikap yang bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya.
Manusia sebagai mahkluk yang memiliki banyak keterbatasan kerap kali mengalami perasaan yang takut, cemas, sedih, bimbang dan sebagainya. Dalam psikologi gangguan atau penyakit jiwa akrab di isitilahkan dengan psikopatologi. Ada dua macam psikopatologi :
1. Neurosis
2. Psikosis.
Sementara dari H. Tarmidzi membagi psikopatologi menjadi 6 macam, selain 2 yang sudah disebutkan diatas dia mengemukakan yang lainnya : Psikomatik, kelainan kepribadian, deviasi seksual, dan retardasi mental.
Neurosis adalah gangguan jiwa yang penderitanya masih menyadari atas kondisi dirinya yang tengah terganggu. Sedangkan psikosis adalah penyakit jiwa yang parah , yang ditingkatkan ini penderita tidak lagi sadar akan dirinya.
Dengan demikian penyakit adalah suatu yang dimiliki organ, sedangkan penyakit illness adalah suatu yang dimiliki manusia yaitu respon subjektif pasien dan segala suatu yang meliputinya. Menurut Cassell, Kleininan’s (Freund, 1991) mendefinisikan disease mengacu peda kondisi biofisik – masalah seperti yang dilihat dari perspektif praktisi biomedis. Sebaliknya illness mengacu pada bagaimana orang yang sakit dan anggota keluarganya atau jaringan social yang lebih luas merasakannya, dan bereaksi terhadap simtom-simtom dan ketidakmampuannya.
Kategori atau Penggolongan Kesehatan Mental
1. Gangguan Somatofarm
Gejalanya bersifat fisik, tetapi tidak terdapat dasar organic dan factor-faktor psikologis.
2. Gangguan Disosiatif
Perubahan sementara fungsi-fungsi kesadaran, ingatan, atau identitas yang disebabkan oleh masalah emosional.
3. Gangguan Psikoseksual
Termasuk masalah identitas seksual (impotent, ejakulasi, pramatang, frigiditas) dan tujuan seksual.
4. Kondisi yang tidak dicantumkan sebagai gangguan jiwa.
Mencakup banyak masalah yang dihadapi orang-orang yang membutuhkan pertolongan seperti perkawinan, kesulitan orang tua, perlakuan kejam pada anak.
5. Gangguan kepribadian
Pola prilaku maladaptik yang sudah menahun yang merupakan cara-cara yang tidak dewasa dan tidak tepat dalam mengatasi stres atau pemecahan masalah.
6. Gangguan yang terlihat sejak bayi, masa kanak-kanak atau remaja.
Meliputi keterbelakangan mental, hiperaktif, emosi pada kanak-kanak, gangguan dalam hal makan.
7. Gangguan jiwa organik
Terdapat gejala psikologis langsung terkait dengan luka pada otak atau keabnormalan lingkungan biokimianya sebagai akibat dari usia tua dan lain-lain.
8. Gangguan penggunaan zat-zat
Penggunaan alkohol berlebihan, obat bius, anfetamin, kokain, dan obat-obatan yang mengubah prilaku.
9. Gangguan Skisofrenik
Serangkaian gangguan yang dilandasi dengan hilangnya kontak dengan realitas, sehingga pikiran, persepsi, dan prilaku kacau dan aneh.
10. Gangguan Paranoid
Gangguan yang ditandai dengan kecurigaan dan sifat permusuhan yang berlebihan disertai perasaan yang dikejar-kejar.
11. Gangguan Afektif
Gangguan suasana hati (mood) yang normal, penderita mungkin mengalami depresi yang berat, gembira yang abnormal, atau berganti antara saat gembira dan depresi.
12. Gangguan Kecemasan
Gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala utama atau rasa cemas dialami bila individu tidak menghindari situasi-situasi tertentu yang ditakuti.
CONTOH-CONTOH PERILAKU MENYIMPANG
1. Kleptomania (mencuri terpaksa)
Dalam hal ini orang terpaksa mencuri barang orang lain. Sebenarnya ia merasa gelisah dengan perlakuan mencuri itu, akan tetapi ia tidak dapat menghindarkan dirinya dari tindakan itu, walaupun barang-barang tersebut tidak dibutuhkannya.
Yang banyak menderita gejala ini adalah anak-anak karena orangtuanya terlalu keras, disiplin atau kurang memperhatikan. Contohnya: seorang anak yang memiliki cukup uang mencoba mencuri disebuah toko, anehnya barang-barang yang dicuri tersebut tidak digunakan akan tetapi dibagi-bagikan kepada temannya dan tidak jarang barang-barang tersebut disimpan sebagai koleksi.
2. Fetishism
Pada gejala ini orang terpaksa mengumpulkan dan menyimpan barang-barang kepunyaan orang lain dari seks yang berlainan. Misalnya seorang laki-laki yang suka menyimpan saputangan, sepatu atau rambut wanita yang baginya mempunyai arti atau nilai seksuil dalam perasaannya.
3. Compusife (yang berhubungan dengan seksuil)
Gejala ini ada 2 macam yaitu:
o Ingin tahu tentang kelamin dari orang berlainan seks
o Ingin memamerkan kelamin sendiri
Dalam hal yang pertama seseorang akan berusaha untuk melihat atau memperhatikan bentuk tubuh dan kelamin orang lain dengan berbagai cara atau juga memegang-megangnya. Dalam hal ini yang kedua orang merasa terdorong untuk memamerkan tubuh dan kelaminnya tanpa merasa malu. Pada umumnya gejala tersebut diakibatkan oleh pengalaman yang tidak menyenangkan waktu kecil atau mungkin pula sebagai ungkapan dari keinginan yang tertekan yang pelaksanaannya dan merasa takut kalau keinginannya itu terasa kembali.

Sunday, December 06, 2009

KONDISI UNSYIAH SAAT DILANDA HUJAN




inilah Kampus kebanggaan Rakyat Aceh yang saat ini masi kurang layak untuk menyandag gelar "Jantoeng Hatee Rakyat Aceh", dimana saat ini tampak kurang terawat oleh pengurus Unsyiah..>.
dimana kepedulian orang terhadap ini,,,
masa tempat kaum Intelektual muda bisa tak terurus...
apakah mereka (Eksekutif Muda ) telah sibuk dengan nikmatnya kekuasaan / jabatan mereka??
bagai mana selanjutnya hal ini akan di perbaiki..??
akankah mereka akan turun untuk ikut membantu pembanguna yang ada..??

Sunday, November 08, 2009

Mekanisme pertahanan ego

Dalam aliran psikoanalisis dari Sigmund Freud, mekanisme pertahanan ego adalah strategi psikologis yang dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau bahkan suatu bangsa untuk berhadapan dengan kenyataan dan mempertahankan citra-diri. Orang yang sehat biasa menggunakan berbagai mekanisme pertahanan selama hidupnya. Mekanisme tersebut menjadi patologis bila penggunaannya secara terus menerus membuat seseorang berperilaku maladaptif sehingga kesehatan fisik dan/atau mental orang itu turut terpengaruhi. Kegunaan mekanisme pertahan ego adalah untuk melindungi pikiran/diri/ego dari kecemasan, sanksi sosial atau untuk menjadi tempat "mengungsi" dari situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi.
Mekanisme pertahanan dilakukan oleh ego sebagai salah satu bagian dalam struktur kepribadian menurut psikoanalisis Freud selain id, dan super ego. Mekanisme tersebut diperlukan saat impuls-impuls dari id mengalami konflik satu sama lain, atau impuls itu mengalami konflik dengan nilai dan kepercayaan dalam super ego, atau bila ada ancaman dari luar yang dihadapi ego.
Faktor penyebab perlunya dilakukan mekanisme pertahanan adalah kecemasan. Bila kecemasan sudah membuat seseorang merasa sangat terganggu, maka ego perlu menerapkan mekanisme pertahanan untuk melindungi individu. Rasa bersalah dan malu sering menyertai perasaan cemas. Kecemasan dirasakan sebagai peningkatan ketegangan fisik dan mental. Perasaan demikian akan terdorong untuk bertindak defensif terhadap apa yang dianggap membahayakannya. Penggunaan mekanisme pertahanan dilakukan dengan membelokan impuls id ke dalam bentuk yang bisa diterima, atau dengan tanpa disadari menghambat impuls tersebut.

Tuesday, September 29, 2009

Menata Mimpi

Anda ingin sukses?
Apakah hanya sekedar ingin?
Atau sekedar memimpikan kesuksesan?
Atau bahkan mimpi saja tidak berani?

Filosofi Sun Tzu yaitu teori politik peperangan yang sangat terkenal, ternyata relevan dengan teori pengembangan diri dalam meraih prestasi, meraih sukses diri.
Pada bab pertam Sun Tzu membagi perkembangan diri ke dalam empat bagian sebagai suatu proses yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu: mengenal diri sendiri, memposisikan diri, mendobrak diri dan aktualisasi diri.

1. Mengenal diri yaitu dengan mengetahui kelemahan dan keungulan diri. Tanpa mengetahui potensi diri dan kelemahan diri maka jalan kesuksesan sulit diraih. Sebaliknya dengan mengenali potensi dan kelemahan diri, kita merancang kesuksesan dengan jalan yang lapang.

2. Memposisikan diri artinya kita harus menentukan peranan kita, memastikan tarjet dengan jelas dan menguatkan tekad diri. Ada lima poit penting dalam posisi diri yaitu : kesadaran, kebutuhan, keputusan, kesiapan dan perjuangan. Artinya dengan tekad yang kuat kemudian berfikir stategis dan beradni mengambil keputusan. Di sini mungkin akan dijumpai penderitaan, tekad yang kuat akan mengalahkan kesedihan dan terus berjuang mencapai cita-cita.

3. Mendobrak diri. Ada lima langkah dalam mendobrak diri : kecepatan bertindak, berani mengambil resiko, komitmen, kekuatan kegagalan dan kekuatan belajar.

4. Aktualisasi diri. Pencapaian kesuksesan yang kita rancang harus dilakukan dengan : profesionisme, memanfaatkan kesempatan, menjalin relasi dan koneksi, kekuatan doa dan kekayaan mental.

Kesuksesan milik anda, milik saya dan milik semua orang yang benar-benar menyadari, menginginkan dan memperjuangkan dengan sepenuh hati (Andre Wongso).

Sukses bisa kita raih tapi harus kita rancang. Mimpi untuk sukses harus ditata.
Mari kita tata mimpi kita meraih kesuksesan.

Menata Mimpi

Anda ingin sukses?
Apakah hanya sekedar ingin?
Atau sekedar memimpikan kesuksesan?
Atau bahkan mimpi saja tidak berani?

Filosofi Sun Tzu yaitu teori politik peperangan yang sangat terkenal, ternyata relevan dengan teori pengembangan diri dalam meraih prestasi, meraih sukses diri.
Pada bab pertam Sun Tzu membagi perkembangan diri ke dalam empat bagian sebagai suatu proses yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu: mengenal diri sendiri, memposisikan diri, mendobrak diri dan aktualisasi diri.

MENYIKAPI KEGAGALAN

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Alam Nasyroh : 5-6).

KEBIASAAN


iNFOKUS
Bagaimana membuat kebiasaan dalam hidup?
Menurut para ahli apabila sesuatu dilakukan selama 90 hari berturut-turut maka hal itu akan menjadi kebiasaan di hari ke 91 dan seterusnya.
Agar kehidupan anda berkualitas, biasakanlah membuat target 90 hari dalam semua aspek kehidupan anda. Misal dalam aspek karya terbaik yang ingin anda hasilkan, aspek keuangan, kesehatan, keluarga, hidup bermasyarakat dan kehidupan spiritual.
Target 90 hari anda harus terukur dan menantang. Tidak boleh anda membuat target yang umum, misalnya; dalam 90 hari kedepan saya harus lebih baik dibandingkan hari ini. Target seperti itu tidak akan mendorong anda untuk bergerak.
Adapun kendala yang kita hadapi ketika membuat target 90 hari yang terukur dan menantang adalah terlalu banyak target yang ingin kita capai sehingga kita bingung menentukan prioritas. Jangan hentikan, teruskan membuat target tersebut. Buatlah sebanyak yang anda mau. Bila sudah, gunakan hukum pareto (20/80), artinya pilih 20% dari target trsebut yang kita-kira memberikan dampak 80%. Dan jadikanlah 20% itu pilihan target yang akan anda capai dalam 90 hari kedepan.

Ditulis oleh Mazfatah Suparman

Friday, July 24, 2009

Kelainan Seks Bercumbu Dengan Mayat


Pertama, necrophilic homicide, penderitanya harus membunuh terlebih dahulu untuk mendapatkan mayat dan memperoleh kepuasan seksual.

Kedua, regular necrophilia, si penderita hanya menggunakan mayat yang sudah mati untuk memperoleh kesenangan seksual.

Ketiga, necrophilic fantasy, si penderita berfantasi berhubungan seks dengan mayat, tetapi tidak melakukannya.

Berdasarkan riset terhadap 122 kasus yang terjadi, sebagian besar penderitanya masuk dalam golongan kedua. Separuh dari mereka bekerja di kamar mayat atau perusahaan pemakaman

Seorang penggali kubur di Italia mengaku bergairah dan melakukan masturbasi setelah menguburkan mayat gadis muda yang cantik. Agar mencapai klimaks ia harus menyentuh mayat si gadis.

Kegiatan seksual tak lazim itu dilakukan setelah sepi dan tak ada orang di sekitar kuburan. Dalam pengakuannya, ia mengatakan sudah bercumbu dengan ratusan mayat yang dikuburkannya.

Dalam seminggu, ia melakukan aktivitas seks dengan mayat antara 4-5 kali. Ia bahkan pernah mengisap darah dan urin dari mayat anak perempuan yang masih remaja.

Sejarah mencatat hal serupa terjadi di Mesir ribuan tahun lalu. Para suami yang takut mayat istrinya diperlakukan tak senonoh oleh pembalsem, menyimpan mayat istrinya di rumah sampai benar-benar membusuk.

Salah satu yang menjadi legenda hingga kini adalah Raja Herod yang membunuh istrinya, kemudian berhubungan seks dengan mayatnya selama lebih dari 7 tahun.

Jenis kelamin penderita necrophilia, 90 persen laki-laki dan heteroseksual. Hanya sebagian kecil yang melibatkan kaum gay dan wanita.

Salah satunya, kisah seorang wanita yang bertugas membalsem mayat di sebuah perusahaan pemakaman. Selama 4 bulan masa kerjanya ia sudah berhubungan seks dengan banyak mayat lelaki.

Sumber :http://www.kapanlagi.com/clubbing/showthread.php?t=67017

Tuesday, July 21, 2009

Bimbingan Karir

Dasar-dasar Tujuan dan Prinsip-prinsip Bimbingan Karir
I. Dasar-dasar Pelaksanan Bimbingan Karir Disekolah.
Pelaksanaan layanan bimbingan karir disekolah kepada setiap pendidik dituntut untuk memahami dengan mendalam dan seksama mengenai dasar-dasar atau pokok-pokok pikiran yang melandasi pelaksanaan bimbingan karir di sekolah.
Dasar-dasar atau pokok pikiran yang melandasi pelaksanaan bimbingan karir disekolah diantaranya:
a) Perkembangan anak didik menuntut kemampuan melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
b) Sebagian hidup manusia berlangsung dalam dunia kerja
c) Bimbingan karir diperlukan agar menghasilkan tenaga pembangunan yang cakap dan terampil dalam melakukan pekerjaan untuk pembangunan
d) Bimbingan karir diperlukan berdasarkan bahwa setiap pekerjaan atau jabatan menuntut persyaratan tertentu untuk melaksanakannya. Pekerjaan atau jabatan itupun menuntut persyaratan tertentu dari individu-individu yang melaksanakannya.
e) Bimbingan karir dilaksanakan disekolah atas dasar kompleksitas masyarakat dan dunia kerja
f) Manusia mampu berfikir secara rasional
g) Bimbingan karir dilandaskan pada nilai-nilai dan norma-norma yang cakup dalam falsafah pancasila
h) Bimbingan karir menjunjung tinggi nilai-nilai martabat manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

II. Tujuan-tujuan Bimbingan Karir Disekolah
Secara umum tujuan bimbingan karir disekolah ialah membantu siswa dalam pemahaman dirinya dan lingkungannya dalam pengmbilan keputusan, perencanaan dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada karir dan cara hidup
Sedangkan tujuan khusus yang menjadi sasaran bimbingan karir disekolah diantaranya:
a) Bimbingan karir dilaksanakan disekolah bertujuan agar siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang dirinya sendiri (self concept)
b) Bimbingan karir dilaksanakan di sekolah bertujuan agar siswa dapat meningkatkan pengetahuannya didunia kerja
c) Bimbingan karir dilaksanakan disekolah bertujuan agar siswa dapat mengembangkan sikap dan nilai diri sendiri dalam menghadapi pilihan lapangan kerja serta dalam persiapan memasukinya.
d) Bimbingan karir dilaksanakan disekolah bertujuan agar siswa dapat meningkatkan keterampilan berfikir agar mampu mengambil tentang jabatan yang sesuai dengan dirinya dan tersedia dalam dunia kerja
e) Bimbingan karir dilaksanakan disekolah bertujuanagar siswa dapat menguasai keterampilan dasar yang penting dalam pekerjaan terutama kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, berprakarsa dan sebagainya.

III. Prinsip-prinsip Bimbingan Karir Disekolah
Secara umum bimbingan karir disekolah diantaranya:
a) Seluruh siswa hendaknya mendapat kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam pencapaian karirnya secara tepat
b) Setiap siswa hendaknya memahami bahwa karir itu adalah suatu jalan hidup dan pendidikan adalah suatu persiapan hidup.
c) Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang cukup memadai terhadap diri sendiri dan kaitannya denga perkembangan sosial, pribadi dan perencanaan pendidikan karir.
d) Siswa perlu diberikan pemahaman tentang dimana dan mengapa mereka berada dalam suatu alur pendidikannya.
e) Pemahaman tentang hubungan antara pendidikan dan karirnya
f) Siswa pada setiap tahap pendidikan hendaknya memiliki penjalanan yang berorientasi pada karir secara berarti dan realistik
g) Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan untuk menguji konsep
h) Program bimbingan karir hendaknya memiliki tujuan untuk merangsang perkembangan pendidikan siswa
i) Program bimbingan karir disekolah diintegrasikan secara fungsional dalam program pendidikan dan bimbingan konseling
j) Program bimbingan karir disekolah hendaknya berpusat dikelas.

Tinjauan Sejarah Bimbingan Karir Secara Kronologis
Joy Brewer dalam bukunya yang berjudul “History of Vocational Konvidance (1942). Menyusun sejarah bimbingan karir secara cronologis sebagai berikut:

1836 Edward Hazen dalam bukunya yang berjudul The Panorama of Professions and Trades mengemukakan masalah-masalah yang menyangkut gerakan pengajaran jabatan atau karir di sekolah.

1841 Glaslow dalam bukunya The Book of Trades melaporkan bahwa tiap hari sabtu digunakan oleh selidah untuk mengunjungi pabrik dan took.

1899 John Sidney Stoddard dalam bukunya What Shall I Do? Mengungkapkan serangkaian laporan dari kelas imajiner terhadap lima puluh pekerjaan yang berbeda disimpan dari keuntungan dan kerugiannya.

1908 William A Wheatley menganjurkan untuk mengorganisir kursus yang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan.

1910 Louis P. Nash dalam A Course of Study on Occupations menguraikan laporannya terhadap sekolah yang mendapat perhatian sepenuhnya dalam bimbingan jabatan atau karir.

1913 Komite selidah di Boston mendirikan suatu Departemen Informasi Jabatan kemudian dikirimkan ke sekolah-sekolah.

1915 W. Curson Ryan Jr. Memberikan komentar yang pertama tentang bimbingan karir dalam Vocational and Convidance Bulletin.
1916 Ginn and Company menerbitkan Occupations yang disusun oleh E.B.Gowin dan W.A. Wheatley dan dipergunakan secara luas oleh sekolah-sekolah.

1923 EJ. Wiley. Melaksanakan, memasukkan program studi jabatan dalam bahan kuliah.

1925. Marie. McNamara. Secara intensif memulai usaha bimbingan di rumah untuk para siswa sekolah menengah.

1930. Sekolah-sekolah di Chicago memperkenalkan kursus-kursus pilihan yang dikerjakan sendiri.

1949 kantor pendidikan Amerika melaporkan bahwa 158.098 orang siswa mengikuti kursus dalam jabatan atau karir.

1952 Sekolah-sekolah umum di Worcester, Mass. Memperkenalkan kursus mengenai pemahaman diri sendiri dan karir pada sekolah menengah dan yang sederajat.

1953. ER. Cvony. Dalam tesisnya An Evaluation of Teaching Job Finding and Job Orientien melaporkan bahwa alumnus SMA yang telah mendapat kursus dalam orientasi pekerjaan dan orientasi pendapatan menunjukkan rasa lebih puas dan mendapat lebih banyak penghasilan.

1955 N. Lowenstein. Dalam tesisnya The Offect Of an Occupation in School on Adjustment to College During the Fresh man Years melarorkan bahwa murid-murid yang telah menamatkan pendidikannya di SMA dan mengikuti kursus lebih baik dari pada yang tidak.

1957.ER. Cuony dan R. Hoppock dalam artikel mereka job Course Pays off Again, melaporkan bahwa dalam jangka waktu lima tahun berselan tindak lanjut penelitian. Orientasi pekerjaan dan pendapatan menunjukkan perkembangan bagi siswa yang mengikuti kursus.

1959 Academi OF Teachers Occupation mengadakan konvensi tahunan di Philadelphia.

1963. The State of Worth Curolina, mengembangkan pengenalandari pekerjaan, jabatan ataau karir berupa kursus pilihan untuk murid-murid kelas tiga SMA.

Dinamika Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Perkembangan Karir.
Beberapa Faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan karir diantaranya :
I. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Diri Individu
Factor-faktor ini meliputi :
a).kemampuan intelegensi
Pada hakikatnya tes intelegensi memiliki kecendrungan untuk mengukur kemampuan pembawaan yang ada pada diri individu. Perbedaan intelegensi itu bukanlah terletak pada kualitasnya tetapi pada taraf intelegensi itu sendiri.
b). Bakat
Bakat merupakan suatu kondisi, suatu kualitas yang dimiliki individu untuk berkembang di masa yang akan mendatang.
c). Minat
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan campuran dari perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut dan kecendrungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
d). Sikap
Sikap adalah suatu kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertent, yang cendrung stabil dimiliki oleh individu dalam mereaksi terhadap dirinya sendiri.
e). Kepribadian
kepribadian diartikan sebagai suatu organisasi yang dinamis di dalam individu dari system-sistem psikofisik yang menentukan penyesuaian-penyesuaian yang unik terhadap lingkungannya.

f). Nilai
nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Dimana nilai bagi manusia dipergunakan sebagai patokan dalam melakukan tindakan.
g). Hobi atau kegemaran
Hobi adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan individu karena kegiatan tersebut merupakan kegemarannya atau kesenangannya.kegemaran seserang dalam bidang karang-mengarang, tulis-menulis artikel,memiliki kecendrungan untuk menentukan arah pilihan jabatan yang sesuai dengan hobinya.
h).prestasi
Penguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang ditekuninya oleh individu berpengaruh terhadap arah pilih jabatan dikemudian hari.
i).Keterampilan
Keterampilan yang dapat pula diartikan sebagai cakap atau cekatan dalam mengerjakan sesuatu atau dapat diartikan sebagai penguasaan individu terhadap suatu perbuatan.
j).Penggunaan waktu senggang.
Kegitan-kegiatan yang dilakukan oleh diluar jam pelajaran disekolah digunakan untuk menunjang hobinya atau rekreasi.
k). Aspirasi dan Pengetahuan Sekolah atau Pendidikan sambungan
Aspirasi dengan pendidikan sambungan yang diinginkan yang berkaitan dengan perwujudan dari cita-citanya.
l). Pengalaman kerja
Pengalaman kerja yang pernah dialami siswa pada waktu duduk di sekolah atau di luar sekolah.
m). Pengetahuan tentang dunia kerja
Pengetahuan yang sementara ini dimiliki anak, termasuk dunia kerja, persyaratan, kualifikasi, jabatan, structural, promosi jabatan, gaji yang diterima hak dan kewajiban tempat pekerjaan itu berada dan lain2.
n). Kemampuan dan keterbatasan fisik dan penampilan lahiriah
Kemampuan fisik dapat berupa tinggi badan, berat badan, gaya bicara, dsb.
o). Masalah dan keterbatasan Pribadi
Masalah atau problema dari aspek diri sendiri ialah selalu ada kecenderungan yang bertentangan apabila menghadapi masalah tertentu.

II. Faktor-faktor sosial yang berpengaruh terhadap pola atau pilih jabatan
Disamping faktor yang ada dalam diri individu kelompok juga memililki kecendrungan yang berpengaruh terhadap pola pilihan jabatan. Kelompok tersebut terbagi:
a. Kelompok Primer
Kelompok primer yaitu kelompok yang erat hubungannya dengan individu. Kelompok ini diwarnai oleh bentuk-bentuk hubungan yang bersifat pribadi dan akrab dan terjadi secara terus menerus; keluarga merupakan bentuk kelompok primer yang memiliki kemantapan dan kompak.
Murray, memandang keluarga itu sebagai suatu lembaga sosial, ia membagi fungsi keluarga itu atas dua dasar pokok, yang masing-masing disebut, basic and secondary yaitu:
• Fungsi dari keluarga itu tidaklah hanya mkerupakan sesatuan biologis, tetapi juga merupakan bagian dari hidup bermasyarakat (social cell).
• Bahwa keluarga itu mempunyai kewajiban untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan.
Faktor-faktor sosial yang berhubungan dengan kelompok primer yang berpengaruh terhadap arah pilih jabatan, diantaranya;
• Jenis pekerjaan dan penghasilan orang tua
• Pendidikan tertinggi orang tua
• Tempat tinggal orang tua
• Status sosial ekonomi orang tua
• Sukku bangsa, agama, dan kepercayaan yang dianut orang tua
• Keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal orang tua
• Harapan orang tua terhadap pendidikan anak
• Sikap dan tanggapan orang tua terhadap teman-teman anaknya
• Pekerjaan yang didambakan dan dicita-citakan orang tua terhadap anaknya
• Kedudukan dan peranan anak dalam keluarga
• Hubungan dan sikap saudaranya terhdap anak
• Nilai-nilai dan norma-norma yang dimiliki dan dianut orang tua.

b. Kelompok Sekunder
Kelompok sekunder yaitu kelompok yang tidak erat hubungannya dengan individu tyetapi mempunyai tujuan yang sama. Kelompok ini didasarkan atas kepentingan-kepentingan tertentu yang mewarnai aktivitas, gerak-gerik kelompok itu.
Keberadaan dan aktifitas kelompok sekunder ini tidak tergantung pada hubungan pribadi secara akrab, meskipun hubungan anggota tetap ada. Kelompok sekunder yang berpengaruh terhadap arah pilih jabatan anak diantaranya:
• Keadaan teman-teman sebaya
• Sifat dan sikap teman-teman sebaya
• Tujuan dan nilai-nilai dari kelompok teman sebaya

Beberapa Teori Pilihan Jabatan Atau Karir
I. Teori Pilihan Jabatan Atau Karir Menurut Anne Roe
Anne Roe. Guru besar pada universitas of Arizona, Amerika. Mengemukakan bahwa:
“Pola pengembangan arah pilih jabatan terutama sangat di tentukan oleh kesan pertama. Yaitu pada masa bayi dan masa awal kanak-kanak, berupa kesan atas perasaan puas dan tidak puas, selanjutnya akan terus berkembang menjadi suatu kekuatan yang berupa energi psikis.”

Sebagaimana tertulis dalam bukunya Theories of Vocational Choice (1956) Anne Roe mengemikakan pandangannya, sebagai berikut:


Hipotesa tentang hubungan antara pengalaman yang lalu dengan pilihan jabatan.
• Dasar hereditas kurang begitu penting
• Kemampuan khusus ditentukan oleh pengamatan individu itu sendiri
• Pilihan pekerjaan seseorang ditentukan pada kesan pertama atas perasaan puas atau tidak

II. Teori Perkembangan Jabatan Menurut Donald E.Super
Donald E.Super merencanakan suatu pendangan tentang perkembangan karir yang berlingkup luas. Karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor-faktor itu sebagian terdapat pada individu sendiri dan sebagian terdapat dalam lingkungan hidupnya, yang semuanya berorientasi satu sama lain dan bersama membentuk proses perkembangan karir seseorang
Menurut Donald E.Super, proses perkembangan karir dibagi atas lima tahap, yaitu:
a) Fase Perkembangan (Growth)
Yaitu suatu fase perkembangan dari saat lahir sampai umur lebih kurang 15 tahun. Dimana anak mengembangkan berbagai potensi, sikap, minat, dan kebutuhan
b) Fase Eksplorasi (Exploration)
Yaitu fase perkembangan dari umur 15 tahun sampai 24 tahun dimana seseorang memikirkan berbagai alternatif jabatan
c) Fase Pemantapan (Establishment)
Yaitu fase perkembangan dari umur 25 sampai 44 tahun yang bercirikan usaha pemantapan diri melalui pengalaman-pengalaman selama menjalani karir tertentu
d) Fase Pembinaan (Maintenance)
Yaitu fase perkembangan dari usia 45 sampai 64 tahun dimana orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannya

e) Fase Kemunduran (Decline)
Yaitu fase dimana seseorang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepas jabatannya.

Kelima tahap/fase ini dipandang sebagai awan bagi munculnya sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam suatu jabatan yang tampak dalam tugas-tugas perkembangan karir (vocational development tasks)

III. Teori Pemilihan Jabatan Menurut Hoppock
Agar seseorang mempunyai pillihan yang tepat terhadap suatu jabatan, Hoppock mengemukakan teori pemilihan jabatan antara lain:
a) Pekerjaan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan atau memenuhi kebutuhan, termasuk fisik dan psikologis
b) Pekerjaan jabatan atau karir yang dipilih adalah jabatan yang diyakini bahwa jabatan itu paling baik untuk memenuhi kebutuhannya
c) Pekerjaan jabatan atau karir tertentu dipilih seseorang apabila untuk pertama kali dia menyadari bahwa jabatan itu dapat membantunya dalam memenuhi kebutuhannya
d) Kebutuhan yang timbul mungkin bisa diterima secara intelektual yang diarahkan pada tujuan tertentu
e) Pemilihan pekerjaan, jabatan, atau karir akan menjadi lebih baik apabila seseorang lebih mampu memperkirakan bagaimana sebaiknya jabatan yang akan datang itu akan memenuhi kebutuhannya.
f) Informasi mengenai diri sendiri mempengaruhi pilihan pekerjaan, jabatan dan karir, karena dengan demikian seseorang akan mengetahui apa yang ia inginkan dan ia mengetahui pekerjaan yang tepat bagi potensi dirinya
g) Informasi mengenai jabatan akan membantu dalam pemilihan jabatan, karena informasi tersebut membantunya dalam menemukan apakah pekerjaan-pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhannya. Dan membantunya dalam mengantisipasi seberapa jauh kepuasan yang dapat diharapkan dalam suatu pekerjaan bila diperbandingkan.kepuasan dalam pekerjaan tergantung pada tercapai atau tidaknya pemenuhan kebutuhan seseorang. Jadi, tingkat kepuasan ditentukan oleh perbandingan antara apa yang diperoleh dan apa yang diinginkan.
h) Kepuasan kerja dapat diperoleh dari suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhan sekarang atau dari suatu pekerjaan yang menyajikan terpenuhinya kebutuhan dimasa mendatang
i) Pilihan pekerjaan selalu dapat berubah

IV. Teori Pilihan Jabatan Menurut John L.Holland
Menurut Holland. Pilihan jabatan mencakup tiga ide dasar, yang masing-masing dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Orang-orang dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh mereka mendekati salah satu diantara enam tipe kepribadian, yakni:
• Tipe realistik (The Realistic Type)
• Tipe peneliti dan pengusut (The Investigative Type)
• Tipe seniman (The Artistic Type)
• Tipe sosial (The Social Type)
• Tipe pengusaha (The Enterprising Type)
• Tipe orang rutin (Conventional Type)
Makin mirip seseorang denga salah satui diantara enam tipe itu, semakin nampaklah padanya cirri-ciri dan corak perilaku yang khas untuk tipe yang bersangkutan.
b) Lingkungan, lingkungan yang didalamnya orang hidup dan bekerja, dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh lingkungan-lingkungan itu mendekati salah satu model lingkungan.
c) Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai menghasilkan keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational homogeneity). Sehingga orang dapat mengembangkan diri dalam lingkungan jabatan tertentu dan merasa puas.


V. Teori Pilihan Jabatan Menurut Peter M.Blau dan Kawan-kawan
Teori Blau dkk, lebih berorientasi pada metode behavioral. Berpendapat bahwa arah pilih pekerjaan adalah ciri-ciri psikis dari individu, proses motivasi dan strata status sosial dari orang tua individu dengan perincian sebagai berikut:
a) Skema konseptual (Conceptual Schema)
Pilihan pekerjaan merupakan suatu proses yang berlangsung lama dan dipengaruhi oleh barbagai faktor penghambat dan penunjang yang lebur dalam proses tersebut
b) Proses pilihan dan seleksi pekerjaan
Pilihan seseorang terhadap suatu pekerjaan didorong oleh adanya faktor kecenderungan untuk mendapatkan sanjaran dan faktor pengharapan terhadap terjadinya perubahan
c) Faktor-faktor yang menentukan dalam memasuki pekerjaan (Determinant of Occupational Entry).
Macam-macam faktor yang menentukan dalam memesuki pekerjaan diantaranya:
• Tuntutan anggota baru untuk dapat lebih maju mandapat hari libur atau cuti
• Faktor kebutuhan fungsional
• Faktor kebutuhan non fungsional
• Ganjaran (reward)
• Faktror informasi pekerjaa yang lengkap
• Keterampilan teknik pekerjaan
• Karakteristik sosial pekerja
• Faktor orientasi nilai masyarakat

VI. Teori Perkembangan Jabatan Menurut David V.Tiedeman
David mengemukakan bahwa: keputusan untuk memilih pekerjaan, jabatan atau karir tertentu merupakan suatu rentetan akibat dari keputusan-keputusan yang diambil individu pada tahap-tahap kehidupannya dimasa lampau


a) Perkembangan dan keputusan pekerjaan
Pengambilan keputusan sangat erat hubungannya dengan periode antipasti dari periode implementasi yang yang menjadi inti dari perkembangan pekerjaan.
Pengambilan keputusan menurut David terbagi atas:
• Periode Antisipasi
Tingkah laku antisipasi itu sendiri bermanfaat danalisis tahap-tahap dalam periode ini. Termasuk yang relevan dalam periode ini yakni:
- Tahap Eksplorasi
- Tahap Kristalisasi
- Tahap Pemilihan
- Tahap Spesifikasi dan Klarifikasi
• Periode Implementasi
Implementasi dan penyesuaian digollongkan menjadi tiga tahap:
- Tahap Induksi
- Tahap Transisi
- Tahap Mempertahankan (maintenance)
b) Ketergantungan antara keputusan yang satu dengan yang lain dan perkembangan pekerjaan (Dependent Decesions and Vocarional)

Perkembangan kerja diidentikkan dengan perkembangan diri (self-development) dengan tujuan yang ingin dicapai ialah untuk mengadakan pilihan memasuki pekerjaan dan kemajuan dalam pendidikan dan pekerjaan yang ditempuh.
Antisipasi pada suatu saat tertentu memandang kepada satu atau lebih keputusan yang berpengaruh pada pola tindakan seseorang, menyangkut:
• Suatu keputusan tertentu yang sedang difikirkan
• Keputusan-keputusan terdahulu yang belum lengkap
• Keputusan-keputusan kemudian yang belum dilaksanakan




Pendidikan Karir
I. Pengertian Pendidikan Karir
Beberapa pengertian pendidikan karir, menurut para pakar:
a. American Institute for Research dalam bukunya: Career Education (1973) mengemukakan:
“Pendidikan karir merupakan perkembangan kecakapan dan pengetahuan yang secara langsung menembus individu siswa agar dapat memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhannya.”

b. Lois – Ellen Datta dan Corinne H.Rieder dalam bukunya Career Education In The National Institute Of Education: A Status Report (1973) mengemukakan:
“Pendidikan karir dapat diartikan sebagai suatu perkembangan dari pengetahuan kemampuan umum dan khusus untuk membantu individu dan kelompok.”

c. Kenneth. B.Hoyt dan Daryl Laramore dalam artikelnya The Counselor’s Role In Career Education (1974) mengemukakan:
“Pendidikan karir adalah totalitas dari usaha, jalan atau cara yang ditempuh dalam proses belajar dan berkaitan dengan pekerjaan.”

d. Edwin L.Herr. mengungkapkan:
“Pendidikan karir merupakan suatu proses perkembangan fasilitas karir untuk semua siswa yang bersumber dari modifikasi pengalaman-pengalaman baik disektor industri, bisnis, maupun rumah tangga.”

e. James C.Hansen, Richard R.Stevie dan Richard W.Warner dalam bukunya: Counseling: Theory and Process (1977). Mengemukakan:
“Pendidikan karir adalah suatu proses atau perkembangan yang bersifat seumur hidup yang bertujuan membantu individu memiliki kecakapan atau mempunyai pemahaman yang jelas tentang alternatif kerja.”

II. Model-model Pendidikan Karir
a) School – Base Comprehensive Career Education
Sebagian besar model ini menekankan pada pengembangan dan memperluas lapangan pendidikan karir. Yang dipelopori oleh Edwin L dengan unsur-unsurnya:


• Kesadaran karir (Career Awareness)
Merupakan bentuk pemahaman akan dunia kerja secara menyeluruh.
• Kesadaran diri (Self - Awareness)
Yaitu berbentuk kesadaran yang dimiliki siswa terhadap dirinya
• Apresiasi dan sikap (Apprecitions Attitudes)
Berupa suatu sistem nilai terhadap karir dan bagaimana peranannya
• Kemampuan pembuatan keputusan (Decision Making Skill)
Yaitu bentuk pemahaman siswa terhadap tahapan pembuatan keputusan
• Kesadaran ekonomis (Economic Awareness)
Yakni kesadaran yang dimiliki siswa terhadap relasi antara faktor ekonomi, pola hidup dan pekerjaan
• Kesadaran kecakapan bekerja dan kompetensi awal (Skill Awareness and Biginning Competence).
Berupa dasar-dasar keterampilan kognitif yang dituntut untuk mengidentifikasi tujuan dari suatu tugas
• Keterampilan kecakapan bekerja (Employability Skill)
Yaitu berbagai bentuk keterampilan yang dituntut guna dapat secara langsung melakukan berbagai tugas secara tepat
• Kesadaran pendidikan (Educational Awareness)
Yaitu suatu bentuk pengenalan dari siswa tentang makna perkembangan keterampilan dasar dan penguasaan pengetahuan

b) Employer Base Career Educational Model
Model pendidikan karir ini basisnya adalah pekerja bermanfaat untuk merencanakan alternatif-alternatif yang lebih komprehensif pada pendidikan umum, yang dipelopori oleh Herr dengan tujuan sebagai berikut:
• Mengulangi dan memperkuat kompetensi pendidikan siswa serta minatnya
• Menyediakan kesempatan kepada siswa dalam berbagai macam kegiatan
• Mengembangkan kekuatan konsep diri (self-concept)
• Menyediakan bermacam-macam informasi yang tepat kepada siswa

c) Homem - Base Career Education Medel
Model ini basisnya adalah keluarga menitikberatkan kepada pemberian penerangan untuk individu.
d) Rural Residential – Based Career Education Model
Model pendidikan karir ini meletakkan basisnya pada pendidikan pedesaan dengan menitikberatkan pada pekerja dibawah umur dan berbagai macam masalah keluarga pedesaan.

III. Tujuan Pendidikan
Institusi program pendidikan karir di sekolah-sekolah pada umumnya bertujuan:
a) Membantu para siswa untuk mengeksplorasi terhadap sekelompok pekerjaan
b) Menyiapkan berbagai informasi tentang karir
c) Menyiapkan dan melengkapi siswa dengan kemampuan umum dan khusus
d) Menyiapkan berbagai bentuk konselor kepada para siswa

IV. Pendidikan Karir dan Konselor
Dalam pelaksanaan pendidikan karir, konselor professional sebagai bagian dari staf yang menangani program pelaksanaan pendidikan karir memiliki perasaaan yang penting dan ikut menentukan keberhasilan pelaksanaan program layanan pendidikan karir.
American Personel and Guidance Association mengemukakan enam statement tentang fungsi konselor dalam pendidikan karir, yakni:
a) Melengkapi kepemimpinan dalam identifikai dan implementasi program
b) Melengkapi kepemimpinan dalam asimilasi dan aplikasi dari metode
c) Melengkapi kepemimpinan dalam identifikasi, klasifikasi dan manfaat diri
d) Melengkapi kepemimpinan dalam menhapus perbedaan ras, suku dan sebagainya
e) Melengkapi kepemimpinan dalam memperluas serta menetapkan bermacam-macam alat perlengkapan yang cocok
f) Melengkapi kepemimpinan dalam mengutamakan pentingnya menempatkan fungsi konseling karir dalam program pendidikan karir.


B. Saran


Buku yang digunakan oleh penulis ini pada dasarnya sudah cukup memadai. akan tetapi, menurut hemat penulis buku ini agak terlalu bertele-tele dalam menjelaskan sesuatu masalah. sehingga hal ini dapat menimbulkan suatu kejenuhan terhadap pembaca dalam mempelajarinya.





DAFTAR PUSTAKA


Karso,1984.Pengantar Kurikulum SMA 1989, Pengelolaan Dan Orientasi,Bandung,Setia Budi.

Mapiare,Andi.1984,Pengantar Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah,Surabaya,Usaha Nasional.

Thayeb Munrihu,Prof.Muhammad.Pengantar bimbingan dan konseling karir,Jakarta.Bumi Aksara

Sukardi,Drs.Dewa Ketut.1989,Bimbingan Dan Konseling Karir di sekolah-sekolah,jakarta,Ghalia indonesia.
W. S, Winkel. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
Bahrul Falah. 1987. Konstribusi Orientasi Nilai Pekerjaan dan Informasi Karier terhadap Kematangan Karier (Skripsi). Bandung : PPB-FIP IKIP Bandung.
Hattari. 1983. Ke Arah Pengertian Bimbingan Karier dengan Pendekatan Developmental. Jakarta : BP3K.
Muslihudin, dkk. 2004. Bimbingan dan Konseling (Makalah). Bandung : LPMP Jawa Barat.

Prayitno Erman Amti. 1997. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud.
.
Gani, R. A. (1987). Bimbingan karir. Jakarta: Angkasa.


Daftar Temuan