Sunday, November 27, 2011

Tahapa-Tahapan Konseling Eklektik

Konseling eklektik sebenarnya tidak menganut tahapan yang spesifik.
Carkhuff mengemukakan model konseling sistematik pada eklektik ini disusun menjadi enam tahap yaitu tahap eksplorasi masalah, tahap perumusan masaslah, tahap identifikasi alternative, tahap perencanaan, tahap tindakan atau komitmen, tahap penilaian dan upan balik (Gilliland,1984). Keenam tahap diatas akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Tahap Eksplorasi Masalah Pada tahap ini konselor menciptakan hubungan sebaik mungkin dengan klien, membina hubungan saling percaya, menggali kepercayaan klien lebih dalam mendengar apa yang menjadi perhatian klien, menggali pengalaman klien dan merespon isi, perasaan dan arti dari apa yang di bicarakan kien.

TEORI KONSELING EKLEKTIK

Eklektisme (eclectism) adalah pandangan yang berusaha menyelidiki berbagai sistem metode, teori, atau doktrin,yang dimaksudkan untuk memahami dan bagaimana menerapkannya dalam situasi yang tepat. Eklektiksme berusaha untuk mempelajari teori-teori yang ada dan menerapkannya dalam situasi yang dipandang tepat.
Pendekatan konseling eklektik berarti konseling yang di dasarkan pada berbagai konsep dan tidak berorientasi pada satu teori secara eksklusif. Eklektisme berpandangan bahwa sebuah teori memiliki keterbatasan konsep,prosedur, teknik. Karena itu eklektisme “dengan sengaja” mempelajari berbagai teori dan menerapkan sesuai keadaan rill klien. Konseling eklektik dapat pula disebut konseling integratif.
Konseling eklektik dapat pula disebut dengan pendekatan konseling integratif. Perkembangan pendekatan ini dimulai sejak tahun 1940-an, yaitu ketika F.C.Thorne menyumbangkan pemikirannya dengan mengumpulkan & mengevaluasi semua metode konseling yang ada. Brammer & Shostrom (1982) sejak 1960 mengembangkan model konseling yang dinamakan “actualization counseling” & telah membawa konseling ke dalam kerangka kerja yang luas, yang tidak terbatas pada satu pendekatan tapi mengupayakan pendekatan yang integratif dari berbagai pendekatan, dan pada akhir 1960-an hingga 1977, R.Carkhuff juga telah mengembangkan konseling eklektik, dengan melakukan testing & riset secara komperhensif, sistematik, & integratif. ahli lain yang turut membantu perkembangan konseling eklektik di antaranya G.Egan (1975) dengan istilah Systemic helping, prochaska (1984) dengan nama Integrative eclectic.

PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING


A.  Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling

Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Peserta didik sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan peserta didik tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.

Kewajiban Konselor

KONSELOR YANG BERTUGAS DI SEKOLAH/MADRASAH DIWAJIBKAN MENGUASAI DAN MENYELENGGARAKAN HAL-HAL BERIKUT:
  1.    Menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan profesional konseling
a.    Konselor menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, yaitu pelayanan dasar, pelayanan pengembangan, dan pelayanan teraputik.
1)    Pelayanan dasar dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-emosional. Orang tua dan orang-orang yang dekat (significant persons) memiliki peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar peserta didik.
2)    Pelayanan pengembangan dimaksudkan mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya. Dengan pelayanan pengembangan yang cukup baik peserta didik akan dapat menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya dengan  wajar, tanpa beban yang memberatkan, memperoleh penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki, serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan pelaksanaan pelayanan pengembangan bagi peserta didik. Di sekolah/madrasah, konselor, guru,  dan tenaga kependidikan  memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan pengembangan terhadap peserta didik.
3)    Pelayanan teraputik dimaksudkan untuk menangani pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan. Permasalahan tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan belajar, karir, serta kehidupan keberagamaan. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, konselor memiliki peran dominan. Peran konselor dapat menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar dan pengembangan.

b.    Konselor menguasai spektrum pelayanan profesional konseling, meliputi:
1)    Wawasan keilmuan, keterampilan keahlian, kode etik, dan organisasi profesi konseling.
2)    Paradigma, visi dan misi pelayanan konseling
3)    Bidang pelayanan konseling
4)    Fungsi, prinsip, dan asas konseling
5)    Jenis layanan, kegiatan pendukung, dan format pelayanan konseling
6)    Operasionalisasi kegiatan  konseling terhadap berbagai sasaran pelayanan

Saturday, November 26, 2011

Contoh Laporan Studi Kasus

I.             Keluhan Orang Tua
Anak mudah sekali marah, saat marah anak tersebut suka sekali memcaci maki dan suka berbicara tidak sopan kepada temanya maupun kepada orang lain yang lebih tua. Anak tersebut juga suka membantah ibunya, akan tetapi terkadang anak tersebut sangat manis dan sopan pada orang lain, terutama sangat manja dengan ayah dan pengasuhnya.

II.          Identitas
Nama                              : Ada Dech (Di isi sebenar nya )
Tempat/ Tanggal Lahir   : Di isi sebenar nya
Agama                            : Di isi sebenar nya
Pendidikan                     : Di isi sebenar nya
Jenis Kelamin                 : Di isi sebenar nya
Alamat                           : Di isi sebenar nya
Urutan Dalam Keluarga : Di isi sebenar nya
Status Anak                   : Di isi sebenar nya

Friday, November 25, 2011

Moral Remaja

A. Pengertian Moral
Elizabeth B. Hurlock (1999:74) mendefinisikan moral sebagai bentuk tingah laku yang sesuai dengan aturan-aturan kelompok social. “Moral” berasal dari kata “mores” yang berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Sikap yang bermoral dikendalikan atau didasari oleh konsep-konsep atau pengetahuan-pengetahuan tentang moral yang telah menjadi pegangan atau panutan bagi kelompok sosial di mana individu tersebut berada.
Moral adalah kebiasaan atau aturan yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Moral merupakan seperangkat aturan yag menyangkut baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah, dan tidak bertetangan dengan hati nurani dalam menjalani kehidupan sosial.
Berdasarkan pengertian di atas, terdapat empat hal pokok yang berkaitan dengan moral, yaitu : mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya seperti aturan hokum, kebiasaan kelompok sosial; mengembangkan hati nurani; mempelajari untuk merasakan malu atau bersalah jika sikap individu tidak sesuai dengan aturan yang ada pada kelompok sosial; dan belajar berinteraksi sosial untuk mempelajari moral yang ada dalam kehidupan kelompok sosial.

TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK (Carl Rogers)

TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK
(Carl Rogers)
A. SEJARAH SINGKAT
Carl Rogers (1902 – 1988)
Lahir di Illinois dan sejak kecil menerima penanaman yang ketat mengenai kerja keras dan nilai agama Protestan. Kelak kedua hal ini mewarnai teori-teorinya. Setelah mempelajari teologi, ia masuk Teacher’s College di Columbia Uni, dimana banyak tokoh psikologi mengajar. Di Columbia Uni ia meraih gelar Ph.D.
Rogers bekerja sbg psikoterapis dan dari profesinya inilah ia mengembangkan teori humanistiknya. Dalam konteks terapi, ia menemukan dan mengembangkan teknik terapi yang dikenal sebagai Client-centered Therapy. Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu, teknik ini adalah pembaharuan karena mengasumsikan posisi yang sejajar antara terapis dan pasien (dalam konteks ini pasien disebut klien). Hubungan terapis-klien diwarnai kehangatan, saling percaya, dan klien diberikan diperlakukan sebagai orang dewasa yang dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggungjawab atas keputusannya. Tugas terapis adalah membantu klien mengenali masalahnya, dirisnya sendiri sehingga akhrinya dapat menemukan solusi bagi dirinya sendiri.

Gangguan dan Penyakit Jiwa

1.      Psikosomatik
Adalah penderita yang menemukan kelainan-kelainan atau keluhan pada tubuhnya yang disebabkan oleh faktor-faktor emosional melalui syarat yang menimbulkan perubahan yang tidak mudah pulihnya, misalnya :
·         sulit tidur jika banyak masalah
·         hilang nafsu makan
·         makan berlebihan.

2.      Kelainan kepribadian
Penderita sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Misalnya :
·         Orang suka marah-marah
·         Terlalu cepat mencintai seseorang
·         Memiliki kecurigaan yang berlebihan terhadap orang lain
3.      RetardaMental

Model-Model Konseling

1.                   Terapi Tingkah Laku Menurut Marquis
Terapi tingkah laku adalah suatu teknik yang menerapkan informasi-informasi ilmiah guna menemukan pemecahan masalah manusia. Jadi tingkah laku berfokus pada bagaimana orang-orang belajar dan kondisi-kondisi apa saja yang menentukan tingkah laku mereka.
Istilah terapi tingkah laku atau konseling behavioristik berasal dari bahasa Inggris Behavior Counseling yang untuk pertama kali digunakan oleh Jhon D. Krumboln (1964). Krumboln adalah promotor utama dalam menerapkan pendekatan behavioristik terhadap konseli, meskipun dia melanjutkan aliran yang sudah dimulai sejak tahun 1950, sebagai reaksi terhadap corak konseling yang memandang hubungan antar pribadi, antara konselor dan konseli sebagai komponen yang mutlak diperlukan dan sekaligus cukup untuk memberikan bantuan psikologis kepada seseorang.
Aliran baru ini menekankan bahwa hubungan antar pribadi itu tidak dapat diteliti secara ilmiah, sedangkan perubahan nyata dalam prilaku konseli memungkinkan dilakukan penelitian ilmiah. Perubahan dalam perilaku itu harus diusahakan melalui suatu proses belajar atau belajar kembali yang berlangsung selama proses konseling. Oleh karena itu proses konseling dipandang sebagai suatu proses pendidikan yang terpusat pada usaha membantu dan kesediaan dibantu untuk belajar perilaku baru, dan dengan demikian mengatasi berbagai macam masalah.
Perhatian difokuskan pada perilaku-perilaku tertentu untuk dapat diamati, yang selama proses konseling melalui prosedur-prosedur dan teknik-teknik tertentu akhirnya menghasilkan perubahan yang nyata, yang juga dapat disaksikan dengan jelas. Jadi perilaku manusia merupakan hasil suatu proses belajar dan karena itu dapat diubah dengan belajar baru. Dengan demikian, proses konseling pada dasarnya sebagai suatu proses belajar.

Daftar Temuan