Rangkuman Mata Kuliah
MODUL 1
KOMUNIKASI, SIGNIFIKANSI, KONSEPSI DAN SEJARAH
Kegiatan Belajar 1
Komunikasi dan kehidupan Manusia
Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlibat dalam tindakan-tindakan komunikasi. tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi dalam konteks publik secara lokal, nasional, regional dan global atau melalui media massa. Tindakan komunikasi dapat dilakukan scara verbal, non-verbal, langsung dan tidak langsung.
Kegiatan Belajar 2
Definisi dan Karakteristik Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan/atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Pengertian komunikasi mempunyai enam (6) karakteristik pokok sebagai berikut. Pertama, komunikasi adalah suatu proses. Kedua, komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Ketiga, komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat. Keempat, komunikasi bersifat simbolis. Kelima, komunikasi bersifat transaksional. Keenam, komunikasi me-nembus faktor waktu dan ruang.
Pengertian komunikasi berbeda dengan pengertian publisistik, karena komunikasi mencakup berbagai konteks peristiwa yang lebih luas dibandingkan dengan publisistik. Publisistik adalah salah satu bidang kajian komunikasi.
Kegiatan Belajar 3
Sejarah Komunikasi Manusia
Sejarah pekembangan komunikasi manusia dapat ditelusuri sejak sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Sejak zaman itu hingga sekarang, sejarah perkembangan komunikasi manusia dapat dibagi dalam empat (4) era perubahan: era komunikasi tulisan, era komunikasi cetakan, era komunikasi telekomunikasi dan era komunikasi interaktif.
Era komunikasi tulisan terjadi sejak Bangsa Sumeria mulai mengenal kemampuan menulis dalam lembaran tanah liat sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Era komunikasi cetakan diawali dengan ditemukannya mesin cetak hand-pres oleh Gutenberg pada tahun 1456. Era telekomunikasi dimulai sejak penemuan alat telegrap oleh Samuel Morse pada tahun 1844. Era komunikasi interaktif, mulai terjadi pada tahun 1946, dengan ditemukannya Mainframe computer ENIAC dengan 18.000 vacuum tubes oleh para ahli dari universitas Pennsylvania, Amerika Serikat.
Kegiatan Belajar 4
Sejarah Perkembangan Ilmu Komunikasi
Sejarah perkembangan ilmu komunikasi dapat ditelusuri sejak zaman Yunani kuno, beberapa ratus tahun sebelum Masehi. Sejak itu perkembangan ilmu komunikasi dapat dibagi dalam empat (4) periode tradisi retorika. Kedua, periode pertumbuhan yang terjadi dari tahun 1900 hingga Perang Dunia II. Ketiga, periode konsolidasi yakni sejak usainya Perang Dunia II hingga tahun 1960-an. Keempat, adalah periode teknoloi komunikasi yang terjadi sejak tahun 1960-an hingga sekarang.
Di Indonesia, pendidikan ilmu komunikasi baru dimulai pada tahun 1949. Hingga tahun 1970-an bidang kajian komunikasi yang dipelajari umumnya dititikberatkan pada bidang jurnalistik dan penerangan. Pada masa sekarang ini, jumlah perguruan tingi yang semakin luas, tidak hanya terbatas pada bidang jurnalistik dan penerangan.
MODUL 2
PROSES KOMUNIKASI
Kegiatan Belajar 1
Prinsip Dasar Proses Komunikasi
Proses komunikasi melibatkan tujuh elemen. Ketujuh elemen tersebut adalah: sumber, pesan, saluran, penerima, akibat/hasil, umpan balik, dan gangguan. Dalam setiap proses komunikasi, sumber dan penerima pesan komunikasi, masing-msing melakukan tiga (3) kegiatan atau tindakan: encoding (membentuk kode-kode pesan), decoding (memecahkan kode-kode pesan), dan interpreting (mengin-terpretasikan arti pesan).
Proses komunikasi akan berjalan baik, apabila antara sumber dan penerima pesan terdapat pertauan minat dan kepentingan (overlaping of interst). Pertautan minat dan kepentingan ini akan terjadi apabila terdapat persamaan (dalam tingkatan yang relatif) dalam hal kerangka referensi antara sumber dan penerima pesan. Proses komunikasi antara sumber dan penerima ini, dalam praktiknya seringkali tidak dapat berjalan baik karena adanya gangguan, baik gangguan yang bersifat fisik ataupun gangguan yang bersifat psikologis. Berdasarkan tingkat partisipasi dari sumber dan penerima pesan, proses komunikasi dapat dibagi dalam dua jenis atau bentuk komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah.
Kegiatan Belajar 2
Tingkatan Proses Komunikasi
Komunikasi dapat terjadi dalam enam (6) tingkatan: komunikasi intra-pribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi dalam kelompok, komunikasi antarkelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi dengan masyarakat luas. Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lain. Komunikasi dalam kelompok adalah kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Komunikasi antarkelompok adalah kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Komunikasi organisasi mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi dan antar organisasi. Komunikasi dengan masyarakat luas adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok orang/suatu organisasi dengan masyarakat secara luas. Komunikasi dengan masyarakat luas dapat dilakukan dengan dua (2) cara yaitu: melalui media massa dan langsung tanpa melalui media massa.
Kegiatan Belajar 3
Tujuan dan Akibat komunikasi
Tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan yaitu: kepentingan sumber dan kepentingan penerima. Hasil dan akibat komunikasi pada dasarnya menyangkut tiga (3) aspek: aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif. Komunikasi juga mempunyai empat (4) fungsi sosial. Keempat fungsi sosial tersebut adalah: pengawas lingkungan, korelasi di antara bagian-bagian dalam masyarakat untuk mencapai konsensus, transmisi nilai-nilai/warisan sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya (fungsi ini disebut fungsi sosialisasi), serta fungsi hiburan.
Terdapat banyak model yang menjelaskan proses tahapan hasil atau akibat komunikasi yang terjadi di kalangan penerima. Tiga (3) di antaranya adalah model AIDA, model Hierarki, modul Efek dan model Adopsi Inovasi. Ketiga model ini menjelaskan urutan tahapan hasil/akibat komunikasi dari mulai tahap kognitif, ke tahap afektif sampai ke tahap kognitif. Dalam praktiknya ketiga tahap hasil/akibat komunikasi tersebut dapat terjadi secara terbalik atau tidak beraturan.
MODUL 3
MODEL-MODEL KOMUNIKASI
Kegiatan Belajar 1
Pengertian dan Fungsi Model
Model adalah representasi simbolik dari suatu benda, proses, sistem, atau gagasan. Model dapat berbentuk gambar-gambar grafis, verbal, atau matematikal. Perbedaan pokok antara teori dan model adalah: teori merupakan penjelasan, sementara model hanya merupakan representasi, Fungsi model ada empat (4): mengorganisasikan, membantu menjelaskan, heuristik dan memprediksi.
Secara umum, model-model komunikasi dapat dibagi dalam lima kelompok. Kelompok pertama, disebut sebagai model-model dasar. Kelompok kedua menyangkut pengaruh personal, penyebaran dan dampak komunikasi masa terhadap perorangan. Kelompok ketiga meliputi model-model tentang efek komunikasi massa terhadap kebudayaan dan masyarakat. Kelompok keempat berisikan model-model yang memusatkan perhatian pada khalayak. Kelompok kelima mencakup model-model komunikasi tentang sistem, produksi, seleksi dan alur media massa.
Kegiatan Belajar 2
Model Dasar Komunikasi
Model-model dasar komunikasi yang dibahas dalam materi Kegiatan Belajar 2 ini, masing-masing memberikan gambaran mengenai jalannya proses komunikasi. Barnlund, melalui modelnya menjelaskan tentang pentingnya isyarat-isyarat pribadi dan isyarat-isyarat publik dalam proses komunikasi intrapribadi dan komunikasi antarpribadi. Model komunikasi dari Lasswell menyangkut lima pertanyaan sederhana yaitu: siapa, mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa dan dengan akibat apa. Model komunikasi yang dibuat Gerbner hampir sama bentuknya dengan model Lasswell. Tapi prosesnya lebih kompleks karena melibatkan sebelas (11) elemen komunikasi.
Model komunikasi dari Riley dan Riley lebih bersifat sosiologis. Menurut mereka, aksi dan reaksi para pelaku komunikasi tidak hanya ditentukan oleh dirinya sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar dirinya (faktor lingkungan). Faktor-faktor tersebut terutama yang berkaitan dengan pengaruh kelompok primer dan kelompok-kelompok lainnya yang menjadi rujukan. Sementara itu, menurut Newcomb, komunikasi antara dua orang mempunyai dua bentuk: seimbang dan tidak seimbang. Situasi seimbang terjadi apabila kedua orang tersebut mempunyai sikap atau selera yang sama terhadap objek yang dikomunikasikan. Situasi tidak seimbang terjadi apabila terdapat perbedaan sikap di antara kedua orang tersebut.
Model komunikasi yang dikemukakan oleh Shannon & Weaver hampir sama dengan model komunikasi yang dibuat oleh DeFleur. Kedua model tersebut menggambarkan jalannya proses komunikasi yang melibatkan komponen-komponen: sumber, pesan, saluran, penerima, tujuan, umpan-balik dan gangguan.
Kegiatan Belajar 3
Model-Model Pengaruh Komunikasi
Empat model komunikasi yang dibahas dalam bagian ini memberikan gambaran tentang pengaruh penyebaran pesan melalui media massa terhadap khalayak. Menurut model S-R, dampak atau pengaruh yang terjadi pada pihak penerima, pada dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dari stimulus tertentu yang diterimanya. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi tergantung pada isi dan penyajian stimulus.
Model komunikasi dari Comstock secara khusus menggambarkan pengaruh TV terhadap tingkah laku penontonnya. Diasumsikan bahwa, TV dapat disejajarkan dengan pengalaman, tindakan atau observasi perorangan yang dapat menimbulkan konsekuensi terhadap pemahaman ataupun tingkah laku seseorang.
Model komunikasi dua tahap yang dikemukakan Katz dan Lazarsfeld, memberikan gambaran tentang proses pengaruh media massa terhadap khalayak tidak terjadi secara langsung, tetapi melalui perantara yakni para pemuka pendapat (opinion leaders). Dengan demikian prosesnya mencakup dua tahap. Tahap pertama, dari media massa ke pemuka pendapat. Tahap kedua, dari pemuka pendapat ke orang-orang sekitarnya yang menjadi para pengikutnya.
Model spiral keheningan yang dikemukakan Noelle-Neumann, juga menggambarkan tentang pengaruh media massa. Diasumsikan bahwa semakin dominan pendapat mayoritas dikemukakan dalam media massa, semakin menghilang atau hening suara-suara pendapat yang menentang.
MODUL 4
INFORMASI, PESAN, DAN MAKNA
Kegiatan Belajar 1
Konsep dan Teori Informasi
Pandangan mengenai informasi terbagi atas tiga kelompok: 1) pandangan yang melihat informasi sebagai data atau fakta yang dapat diperoleh selama tindakan komunikasi berlangsung, 2) pandangan yang melihat informasi sebagai makna data, dan 3) informasi menurut teori informasi, yang melihat sebagai sesuatu yang dapat mengurangi ketidakpastian.
Menurut teori informasi ketidakpastian (entropy) disebabkan oleh adanya fakta gangguan (noise). Makin banyak noise makin tinggi entropy, dan makin banyak alternatif pilihan untuk mengurangi ketidakpastian. Karena mengandung ketidakpastian itulah maka informasi bersifat memilih. Dalam memilih informasi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman masa lalu, motif, nilai, kebutuhan, dan tujuan. Tapi noise sendiri dapat diatasi antara lain oleh entropy.
Kegiatan Belajar 2
Pesan dan Makna: Antara Wadah dan Isi
Pesan adalah sesuatu yang dikirimkan dan atau diterima sewaktu tindak komunikasi berlangsung. Pesan dapat dikirimkan baik melalui bahasa verbal maupun non verbal. Pesan itu kemudian ditafsirkan oleh penerimanya dan menghasilkan makna. Makna pesan inilah yang dapat dikatakan informasi. Makna pesan dapat berbeda dari satu orang ke orang lain disebabkan karena beberapa faktor, misalnya perbedaan latar belakang budaya dan tingkat pengenalan pada pesan tersebut.
Pengertian makna memang rumit. Persoalan makna bukan khas komunikasi. Tapi dari segi komunikasi ada tiga jenis makna, yaiu makna referensi, makna yang menunjukkan arti istilah selama merujuk pada konsep lain, dan makna intensional. Disiplin komunikasi juga mengembangkan teori segi tiga makna. Menurut teori ini, makna itu muncul tatkala sebuah simbol yang mengacu pada objek tertentu mengenai pikiran seseorang. Lebih dari itu pemakaian simbol tertentu berarti mempunyai tujuan tertentu pula.
Kegiatan Belajar 3
Masalah Bahasa dan Komunikasi
Bahasa merupakan unsur penting dalam komunikasi. Fungsi bahasa dalam komunikasi adalah untuk mengirim pesan. Ada dua jenis bahasa, yaitu bahasa verbal dan bahasa nonverbal. Jika pesan dikirim dengan bahasa verbal sering disebut pesan verbal; sedangkan jika pesan disampaikan dengan bahasa nonverbal disebut pula pesan nonverbal.
Bahasa verbal itu memiliki keterbatasan, yang disebabkan oleh karakteristiknya sendiri. Bahasa itu statis, realitas dinamis. Bahasa terbatas, realitas relatif tak terbatas.
Bahasa abstrak, realitas merupakan sesuatu yang nyata. Di samping itu, keterbatasan bahasa disebabkan juga oleh pema-kaiannya. Dalam memakai bahasa, seseorang cenderung melakukan abstraksi yang kaku, identifikasi yang tidak layak, penilaian dengan hanya memakai dua nilai, dan mengacaukan dengan dua rujukan.
MODUL 5
KOMUNIKASI ANTAR-PRIBADI
Kegiatan Belajar 1
Definisi Komunikasi Antar-Pribadi
Ada tiga perspektif yang dapat digunakan untuk menjelaskan definisi komunikasi antarpribadi, yaitu:
1. Perspektif komponensial, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat dari komponen-komponennya. Komunikasi antarpribadi dalam definisi ini diartikan sebagai proses mengirim dan menerima pesan-pesan di antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang, dengan berbagai umpan balik dan efek.
2. Pespektif pengembangan, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat dari proses pengembangannya. Komunikasi dalam definisi ini dianggap sebagai proses yang berkembang, yakni dari hubungan yang bersifat impersonal meningkat menjadi hubungan interpersonal. Suatu proses komunikasi dikatakan besifat interpersonal bila berdasarkan pada a) data psikologis, b) pengetahuan yang dimiliki dan c) aturan-aturan yang ditentukan sendiri oleh para pelaku komunikasi.
3. Perspektif relasional, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat dari hubungan di antara dua orang.
Kegiatan Belajar 2
Tujuan Komunikasi Antar-Pribadi
Komunikasi antarpribadi bertujuan untuk:
1. mengenal diri sendiri dan orang lain,
2. mengetahui dunia luar,
3. menciptakan dan memelihara hubungan yang bermakna,
4. mengubah sikap dan perilaku orang lain,
5. bermain dan mencari hiburan, dan
6. membantu orang lain.
Tujuan-tujuan tersebut dapat dikategorikan dalam 2 perspektif:
1. tujuan yang dilihat sebagai motivasi atau alasan mengapa seseorang terlibat dalam komunikasi antarpribadi, dan
2. tujuan-tujuan yang dilihat sebagai hasil atau dari komunikasi antarpribadi.
Kegiatan Belajar 3
Komunikasi Antar-Pribadi sebagai Proses Transaksional
Komunikasi bersifat transaksional karena menuntut adanya tindakan saling memberi dan menerima di antara orang yang terlibat komunikasi. Bila komunikasi adalah transaksional, artinya:
1. komunikasi merupakan proses yang dinamis
2. unsur-unsumya saling berkaitan dan tergantung satu sama lain
3. para partisipan yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi bertindak dan sekaligus memberi reaksi.
Sebagai suatu proses, komunikasi antarpribadi memiliki beberapa prinsip umum, yaitu:
1. komunikasi tidak terelakkan
2. komunikasi tidak dapat diubah
3. komunikasi mempunyai dimensi isi dan hubungan
4. komunikasi merupakan proses penyesuaian diri
5. komunikasi dapat dilihat sebagai hubungan simetris atau hubungan komplementer
Kegiatan Belajar 4
Efektivitas Komunikasi Antar-Pribadi
Efektivitas komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari 2 perspektif:
1. Perspektif Humanistik, yang menuntut adanya:
1. Keterbukaan
Artinya kita harus mau membuka diri pada orang lain, memberikan reaksi-reaksi pada orang lain dengan spontan dan tanpa dalih perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang dimiliki kita.
2. Empati
Kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain.
3. Perilaku suportif
Ditandai dengan sifat deskripsi, spontanitas dan provisionalisme yang mendorong perilaku suportif.
4. Perilaku positif
Adalah ekspresi sikap-sikap positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi;
5. Kesamaan
Kesamaan di sini meliputi 2 hal: 1) kesamaan dalam bidang pengalaman seperti: nilai, sikap, perilaku, pengalaman, dan sebagainya, 2) kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan.
2. Perspektif Pragmatis, yang menuntut adanya:
1. Sikap yakin
Tidak mempunyai perasaan malu dan gelisah dalam menghadapi orang lain, tetapi mempunyai rasa percaya diri yang besar dan bersikap luwes dalam berbagai situasi komunikasi.
2. Kebersamaan
Sifat ini ditandai dengan adanya hubungan dan rasa kebersamaan dengan mempertimbangkan perasaan dan kepentingan orang lain.
3. Manajemen Interaksi
Mengontrol dan menjaga interaksi dengan maksud untuk memuaskan kedua belah pihak, yang ditunjukkan dengan mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten.
4. Perilaku ekspresif
Keterlibatan sunguh-sungguh dalam interaksi dengan orang lain,yang diekspresikan secara verbal dan non-verbal.
5. Orientasi pada orang lain
Kemampuan seseorang untuk beradaptasi pada orang lain selama interaksi, dengan menunjukkan perhatian, kepentingan dan pendapat orang lain.
MODUL 6
KOMUNIKASI NON-VERBAL
Kegiatan Belajar 1
Definisi dan Batasan Umum Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pesan-pesan yang diekspresikan dengan sengaja atau tidak sengaja melalui gerakan-gerakan, tindakan, perilaku atau suara-suara atau vokal yang berbeda dari penggunaan kata-kata dalam bahasa atau komunikasi verbal. Komunikasi non-verbal adalah sangat penting di dalam proses komunikasi manusia. Komunikasi non-verbal akan membantu terbentuknya makna pesan komunikasi secara efektif. Komunikasi non-verbal lebih penting dalam proses komunikasi tatap muka dan hubungan antarpribadi.
Kegiatan Belajar 2
Perbedaan Komunikasi Verbal dan Non-Verbal
Komunikasi verbal dan non-verbal dapat dibedakan ke dalam empat cara, yaitu dilihat dari:
1. maksud dan tujuan pesan;
2. perbedaan simbolik pesan;
3. mekanisme proses pesan di dalam otak; dan
4. komunikasi non-verbal sebagai suatu bentuk perilaku.
Kegiatan Belajar 3
Jenis Komunikasi Non-Verbal dan Fungsinya
Jenis-jenis komunikasi non-verbal sangat banyak, tetapi secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam 5 jenis, yaitu: komunikasi ruang; diam, paralanguage, dan komunikasi temporal atau waktu.
Komunikasi non-verbal mempunyai fungsi melengkapi komunikasi verbal dan enam fungsi: repetisi (pengulangan), kontradiksi (berlawanan), substitusi (pengganti), komplemen (pelengkap), regulasi (pengatur), dan aksentuasi (penekanan).
MODUL 7
KOMUNIKASI MASSA
Kegiatan Belajar 1
Pengertian dan Karakteristik Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa. Media massa dapat dikelompokkan ke dalam; media massa cetak dan media massa elektronika. Media massa cetak meliputi koran, majalah, dan buletin. Media massa elektronika mencakup radio, televisi, dan film. Ada tujuh ciri khas atau karakteristik dari komunikasi massa, yakni : (1) komunikasi melalui media massa ditujukan kepada khalayak luas; (2) bentuk komunikasi melalui media massa bersifat umum bukan pribadi; (3) pola penyampaian pesan secara cepat; (4) penyampaian pesan melalui media massa berjalan satu arah; (5) kegiatan komunikasi massa dilakukan terencana, terjadwal, dan terorganisasi; (6) penyampaian melalui media massa dilakukan secara berkala; dan (7) isi pesan media massa mencakup berbagai bidang kehidupan manusia.
Kegiatan Belajar 2
Proses dan Karakteristik Isi Pesan Komunikasi Massa
Kegiatan melalui media massa dilakukan secara terencana, terjadwal dan terorganisasi. Redaksi yang bertindak sebagai "gatekeeper" menjalankan fungsi decoding, interpreting, dan encoding yakni membaca, menyeleksi dan memutuskan hal-hal yang akan dimuat atau disiarkan media tersebut. Setelah melewati gatekeeper ini, pesan-pesan tersebut disebarkan atau disiarkan pada khalayak. Demikian pula halnya dengan khlayak. Mereka juga akan menyeleksi dan menginterpretasikan pesan-pesan media. Karena proses komunikasi massa ini berlangsung satu arah, umpan balik (feedback) bersifat dugaan atau tertunda. Misalkan, bila seseorang tidak tertarik dengan suatu acara, ia akan berhenti melihat secara tersebut. Secara umum, khalayak akan tertarik pada pesan-pesan media apabila isinya mengandung unsur-unsur sebagai berikut : (1) "novelty" (sesuatu yang baru), (2) kedekatan jarak (fisik dan psikologis), (3) popularitas (mencakup tokoh, organisasi atau kelompok; tempat dan tanggal yang penting dan terkenal); (4) konflik atau pertentangan baik dalam bentuk kekerasan maupun menyangkut perbedaan nilai dan pendapat, (5) humor, (6) seks dan keindahan, (7) emosi dan simpati, (8) nostalgia, dan (9) Human interest.
Kegiatan Belajar 3
Fungsi Komunikasi Massa
Secara garis besar fungsi komunikasi massa ada dua fungsi terhadap masyarakat dan fungsi terhadap individu. Menurut Lasswell dan Wright ada empat fungsi sosial, yaitu: (1) pengawasan lingkungan; (2) korelasi antarbagian dalam masyarakat terhadap lingkungannya; (3) sosialisasi; dan (4) hiburan, kemudian menurut Lazarsfeld dan Merton fungsi sosial komunikasi massa adalah: (1) memberikan status; dan (2) memperkokoh norma-norma sosial. Meskipun komunikasi melalui media massa itu fungsional, tetapi dapat berubah menjadi disfungsional. Sedangkan, fungsi terhadap individu ada tujuh: (1) pengawasan atas pencarian informasi; (2) mengembangkan konsep diri; (3) fasilitas dalam hubungan sosial; (4) substitusi dalam hubungan sosial; (5) membantu melegakan emosi; (6) pelarian dari ketegangan dan keterasingan; dan (7) sebagai bagian dari kehidupan rutin atau ritualisasi.
Kegiatan Belajar 4
Dampak Komunikasi Massa
Dampak media massa dapat dilihat dari 2 aspek, yakni dampak yang berkaitan dengan kehadiran media massa secara fisik dan dampak yang berkaitan dengan pesan-pesan yang disebarkan media massa.
Kehadiran media massa sebagai objek fisik mempengaruhi: 1) bidang ekonomi; 2) struktur dan interaksi sosial; 3) jadwal kegiatan sehari-hari; 4) sebagai penyaluran perasaan tertentu, seperti kecewa, marah, bosan dan sebagainya.
Sedangkan pesan-pesan yang disebabkan media massa berpengaruh pada aspek kogaitif, afektif dan konatif. Dampak dari pesan-pesan media massa akan semakin kuat bila ditunjang beberapa kondisi sebagai berikut: 1) exposure (jangkauan pengenaan); 2) kredibilitas informasi; 3) konsonansi; 4) signifikan dengan kepentingan dan kebutuhan khalayak; 5) menyentuh hal-hal yang bersifat "sensitif"; 6) dalam situasi kritis dan 7) dukungan komunikasi antarpribadi.
MODUL 8
KOMUNIKASI DAN BUDAYA
Kegiatan Belajar 1
Peranan Kebudayaan dalam Kehidupan Manusia
Kebudayaan berasal dari kata buddhayah sebagai bentuk jamak dari buddhi yang artinya budi dan akal. Jadi kebudayaan adalah hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Secara luas kebudayaan artinya pikiran, karya, dan hasil karya manusia. Secara sempit maksudnya ialah sesuatu yang indah atau seni.
Kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu kebudayaan ideal, sistem sosial, dan kebudayaan fisik. Setiap kebudayaan juga mempunyai tujuh unsur universal, yakni unsur-unsur yang selalu ada dalam setiap kebudayaan. Yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian, dan sistem teknologi dan peralatan.
Fungsi kebudayaan terutama kebudayaan ideal adalah mengatur, mengendalikan, dan memberi arah pada tingkah laku dan perbuatan masyarakatnya. Untuk melestarikan nilai-nilai budayanya, setiap kebudayaan memiliki "harapan budaya". Artinya, harapan masyarakat kebudayaan bersangkutan terhadap para anggotanya untuk bertingkah laku sesuai adat istiadat tersebut.
Kegiatan Belajar 2
Pengaruh Kebudayaan terhadap Komunikasi
Keberhasilan komunikasi banyak ditentukan oleh tercapainya persamaan makna (maksud) antara komunikator dan komunikan. Persamaan makna itu sendiri dapat terjadi jika ada persamaan term of reference dan field of experience antara para partisipan komunikasi. Dan persamaan kedua faktor tersebut dapat tercapai jika ada persamaan latar belakang budaya pihak-pihak yang berkomunikasi.
Nilai-nilai, norma, dan keyakinan, yang merupakan unsur-unsur kebudayaan mempengaruhi persepsi dan sikap. Unsur-unsur kebudayaan tersebut mempengaruhi positif, negatif, atau netralnya makna (hasil penafsiran).
Di samping sebagai tingkah laku yang diajarkan, komunikasi sekaligus berfungsi sebagai alat untuk meneruskan warisan budaya suatu generasi ke generasi berikutnya. Baik secara verbal maupun non verbal.
Kegiatan Belajar 3
Komunikasi Antar Budaya dan Pemakaiannya
Yang dimaksudkan dengan komunikasi antarbudaya komunikasi antara orang-orang yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda-beda. Perbedaan budaya tersebut dapat mulai dari tingkat individu, kelompok sosial, etnis/ras, negara, hingga dunia. Dalam komunikasi antarbudaya dikenal pula interaksi antara kebudayaan dominan dan kebudayaan sub ordinat.
Perbedaan budaya dapat menimbulkan konflik. Untuk masa kini komunikasi antarbudaya telah menjadi pusat perhatian orang, baik sebagai individu, domestik, maupun internasional. Komunikasi antarbudaya juga penting dalam melaksanakan difusi inovasi.
MODUL 9
PRINSIP DASAR KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Kegiatan Belajar 1
Karakteristik Sumber
Sumber merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan komunikasi. Dalam hal ini, ada 3 (tiga) karakteristik sumber yang perlu diperhatikan yakni: credibility (kredibilitas), attractiveness (daya tarik) dan power (kekuasaan/kekuatan). Dengan demikian dari segi sumber keberhasilan komunikasi ditentukan oleh kredibilitas, daya tarik, serta kekuatan/kekuasaannya untuk mempengaruhi pihak penerima.
Kegiatan Belajar 2
Bentuk dan Teknik Perjanjian Pesan
Bentuk dan teknik penyajian pesan pada dasarnya mencakup 2 (dua) aspek: struktur dan daya tarik (appeals). Struktur pesan menunjuk pada cara mengorganisasikan elemen-elemen pokok dari pesan. Cara pengaturan struktur pesan mencakup 3 (tiga) hal: sisi pesan, urutan penyajian dan penarikan kesimpulan. Sementara itu, ada 4 (empat) pendekatan yang dapat dipergunakan agar penyajian pesan menarik perhatian khalayak. Keempat pendekatan tersebut adalah: fear appeals, Rational appeals, emotional appeals, dan pendekatan humoris.
Kegiatan Belajar 3
Karakteristik Saluran Komunikasi
Terdapat tiga saluran komunikasi yang dapat dipergunakan dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat: saluran komunikasi personal, media massa dan media tradisional. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Kombinasi penggunaan dari ketiga saluran komunikasi tersebut akan menghasilkan dampak yang lebih optimal.
Pemilihan satu atau beberapa media sebaiknya didasarkan atas 2 (dua) pertimbangan. Pertama, pertimbangan yang menyangkut karakteristik media. Kedua, pertimbangan yang menyangkut karakteristik isi dan penyajian pesan yang akan disampaikan (karakteristik kreatif).
Kegiatan Belajar 4
Karakteristik Khalayak
Khalayak bukanlah merupakan sekumpulan individu-individu yang bersikap dan bertindak pasif. Khalayak, aktif dan juga selektif. Terhadap isi pesan yang sama, boleh jadi akan terdapat perbedaan-perbedaan di kalangan khalayak mengenai perhatian, pemahaman anggapan serta tindakan yang timbul.
Terdapat sedikitnya 8 (delapan) karakteristik khalayak yang perlu diketahui. Kedelapan karateristik tersebut adalah: (1) khalayak adalah penggarap informasi (2) khalayak adalah problem solver, (3) khalayak adalah mediator, (4) khalayak selalu mencari pembela, (5) khalayak adalah anggota kelompok, (6) khalayak adalah kelompok (7) khalayak mempunyai selera, dan (8) khalayak adalah, khalayaknya suatu medium.
Tuesday, March 24, 2009
Tuesday, March 17, 2009
BIMBINGAN DAN KONSELING
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan mensyaratkan perkembangan kemampuan siswa secara Optimal, dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Sebagai individu, siswa memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan. Kenyataan yang dihadapi, tidak semua siswa menyadari potensi yang dimiliki untuk kemudian memahami dan mengembangkannya. Disisi lain sebagai individu yang berinterksi dengan lingkungan, siswa juga tidak dapat lepas dari masalah. Menyadari hal di atas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat berindak dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya.
Sekolah sebagai institusi pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan tetapi juga mengembangkan kesluruhan kepribadian anak. Sebagai profesional guru memegang peran penting dalam membantu murid mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertiam Bimbingan dan Konseling
Beberapa pengertian bimbingan diantaranya:
- Jones: guidance is the help given by one person to another in making choice and justment and in solving problems. Pengertian ini mengandung maksud bahwa pembimbing hanya bertugas membantu agar individu mampu membantu dirinya sendiri dan keputusan terakhir tergantung pada individu yang bersangkutan.
- Rochman Natawidjaja: bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan. Supaya individu dapat memahami dirinya dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.
- Bimo Walgito: bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya agar dapat menyesuaikan kesejahteraan hidupnya.
Dari definisi di atas disimpulkan bahwa bimbingan merupakan (a) proses yang berkesinambungan, (b) proses membantu individu, (c) bertujuan agar individu dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuannya dan (d) tujuan utamanya agar individu memahami diri dan menyesuaikan dengan lingkungannya.
Istilah konseling sering diartikan sebagai penyuluhan, walaupun sebenarnya kurang tepat. Untuk menekankan kekhususannya digunakan istilah bimbingan dan konseling. Kegiatan-kegiatan konseling mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Pada umumnya dilaksanakan secara individual
2. Pada umumnya dilaksanakan dalam suatu perjumpaan tatap muka
3. Dibutuhkan orang yang ahli
4. Tujuan diarahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien.
5. Klien pada akhirnya mampu memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri.
B. Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan di Sekolah
Tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia yang seutuhnya. Bimbingan dan konseling secara tidak langsung menunjang tujuan pendidikan dengan menangani masalah dan memberikan layanan secara khusus pada siswa, agar siswa dapat mengembangkan dirinya secara penuh.
Kehadiran koselor sekolah membantu guru dalam memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang erta kaitannya dengan profesi guru, seperti keadaan emosional yang mempengaruhi proses belajar-mengajar, mengembangkan sikap positif dan menangani masalah yang ditemui guru dalam pelaksanaan tugasnya.
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang saling menunjang demi terciptanya pembelajaran yang efektif. Kegiatan bimbingan dan konseling dengan demikian tidak bisa dilepaskan dari kegiatan sekolah.
C. Tujuan Bimbingan di Sekolah
Tujuan bimbingan di sekolah ialah membantu siswa dalam 1) mengatasi kesulitan belajar, 2) mengatasi kebiasaan yang tidak baik pada saat kegiatan belajar maupun dalam hubungan sosial, 3) mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani, 4) hal yang berkaitan dengan kelanjutan studi, 5) kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan pekerjaan dan 6) mengatasi kesulitan masalah sosial-emosional yang berasal dari murid berkaitan dengan lingkunga sekolah, keluarga dan lingkungan yang lebih luas.
Dalam bahasa lain. Downing mengemukakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah sama dengan pendidikan terhadap diri sendiri yaitu membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis, merealisasikan keinginan serta mengembangkan kemampuan dan potensinya.
D. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelejaran
Salah satu problem yang dihadapi siswa di sekolah adalah kesulitan belajar. Ciri yang tampak seperti nilai jelek, hasil tidak sesuai dengan usaha, sikap yang kurang baik; menentang, berdusta dan tingkah laku lain seperti membolos.
Siswa kadang tidak mengetahui bahwa ia bermasalah. Dalam keadaan seperti ini hal yang diperlukan siswa yaitu 1) bimbingan belajar. 2) bimbingan sosial dan 3) bimbingan dalam mengatasi masalah pribadi.
1. Bimbingan belajar
Bimbingan belajar bertujuan mengatasi masalah kegiatan belajar di dalam atau luar sekolah; meliputi bimbingan cara belajar (kelompok atau individual), merencanakan waktu dan kegiatan belajar, kesulitan dalam mata pelajaran tertentu, dan hal yang berkaitan dengan cara, proses, prosedur dalam belajar.
2. Bimbingan sosial
Tujuan bimbingan sosial yang agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok, sehingga tercipta suasana belajar mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi bimbingan sosial dimaksudkan untuk memperoleh kelompok belajar dan bermain, persahabatan dan kelompok sosial yang sesuai dan yang akan membantu dalam menyelesaikan masalah tertentu.
3. Bimbingan dalam mengatasi masalah pribadi
Beberapa masalah pribadi menimbulkan konflik, misalnya antara intelektual dan emosi, bakat dan aspirasi lingkungan, antar kehendak, antar situasi. Menurut Downing, layanan bimbingan pribadi bermanfaat terutama dalam membantu menciptakan hubungan sosial yang menyenangkan, menstimulasi siswa meningkatkan partisipasi, mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna, meninggalkan motivasi belajar dan menstimulasi tumbuhnya minat bakatnya.
E. Landasan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan di sekolah mengikuti prinsip atau landasan yang akan menentukan pendekatan dalam membantu klien, yaitu:
- Memperhatikan perkembangan siswa sebagi individu mandiri yang berpotensi
- Bimbingan berkisar pada dunia subjektif individu
- Bimbingan dilaksanakan atas kesepakatan dua pihak
- Bimbingan berlandaskan pengakuan atas hak asasi
- Bimbingan bersifat ilmiah dengan mengintegrasikan ilmu-ilmu psikologis
- Pelayan untuk semua siswa, tidak hanya yang bermalah saja
- Bimbingan merupakan proses, terus menerus, berkesinambungan dan mengikuti tahapan perkembangan anak.
F. Prinsip-prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Prinsip ini mengatur landasan teoritis pelaksanaan layanan bimbingan konseling. Terdapat empat prinsip yaitu prinsip umum, prinsip yang berhubungan dengan individu yang dibimbing. Individu pembimbing dan prinsip yang berkaitan dengan organisasi dan administrasi bimbingan.
Prinsip umum antara lain mengatur tentang pengkajian masa lalu sebagai pembentuk aspek kepribadian, pemahaman atas perbedaan karakter tiap individu, bantuan diberikan agar individu mampu mandiri, bimbingan harus disesuaikan dengan program pendidikan, bimbingan dipimpin orang yang profesional dan terhadap program bimbingan harus selalu diadakan penilaian antara pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan.
Prinsip yang berkaitan dengan individu yang dibimbing: bimbingan haruslah ditujukan pada seluruh siswa, ada kriteria prioritas layanan. Bimbingan harus berpusat pada siswa, haruslah dapat memenuhi kebutuhan tiap individu yang beragam. Keputusan terakhir haruslah pada klien dan klien berangsung-angsur harus mampu untuk mandiri.
Prisnip bagi pembimbing meliputi kualifikasi yang memadai, kesempatan mengembangkan diri lewat berbagai pelatihan. Pembimbing perlu memanfaatkan semua sumber, berbagai metode dan teknik bimbingan bagi efektivitas pemberian bantuan pada siswa. Konselor harus menjaga asas kerahasiaan klien.
Prinsip dalam organisasi dan administrasi bimbingan meliputi prinsip kesinambungan, ada kartu pribadi bagi setiap siswa, bimbingan harus disesuikan dengan kebutuhan sekolah. Ada pembagian waktu yang baik, berbagai metode bimbingan baik individual dan kelompok. Sekolah perlu bekerja sama dengan lembaga lain diluar sekolah dan kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelakasanaan bimbingan.
G. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan. Menurut Prayitno ada beberapa asas yang harus diperhatikan:
1. Asas kerahasiaan
Asas ini merupakan asas kunci, karena klien mampu mengungkap masalahnya pada orang yang dipercaya klien. Dengan adanya keterbukan masalah akan dapat diselesaikan dengan baik.
2. Asas keterbukaan
Asas ini didasarkan atas asas kerahasiaan. Klien dan konselor perlu suasana keterbukaan untuk mengungkapkan perasaan, pemikiran dan keinginan yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin diselesaikan.
3. Asas kesukarelaan
Asas ini lebih terkait dengan pribadi konselor. Konselor perlu memiliki sikap sukarela dalam membantu menyelesaikan permasalahan klien. Dengan sikap sukarela dari konselor klien akan dengan sukarela pula menceritakan dan mencari solusi atas permasalahannya.
4. Asas kekinian
Fokus pemecahan permasalahan klien adalah pada masa saat ini. Apa yang saat ini dirasakan dan menjadi permasalahan klien adalah hal yang perlu diselesaikan dalam pertemuan konseling.
5. Asas kegiatan
Konseling dapat berlangsung baik apabila klien mau melaksanakan tugas yang diberikan. Konselor hendaknya mampu memotivasi klien melakukan kegiatan yang disarankan dalam sesi konseling demi tujuan penyelesaian masalah klien.
6. Asas kedinamisan
Dinamis merupakan perubahan menuju pada kemajuan yang terjadi pada klien. Konselor hrus memberikan layanan yang sesuai dengan sifat keunikan tiap individu demi perubahan ke arah perkembangan pribadi yang lebih baik.
7. Asas keterpaduan
Dalam pemberian layanan, konselor perlu memperhatikan aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan dan keterpaduan. Keterpaduan ini berkaitan dengan aspek klien maupun mengenai keterpaduan isi dan proses layanan.
8. Asas kenormatifan
Usaha layanan tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlalu sehingga tidak terjadi penolakan dari pihak yang dibimbing. Asas ini berkaitan dengan proses dan saran atau keputusan yang dibahas dalam konseling.
9. Asas keahlian
Proses konseling harus dilakukan dengan profesional dan oleh orang yang profesional yang menntut ketrampilan khusus dan terlatih untuk melakukan konseling.
10. Asas alih tangan
Asas ini bertujuan agar tidak terjadi pemberian layanan yang tidak tepat. Bila permasalahan klien perlu penanganan dari ahli yang lain maka pengalihtanganan kepada pihak yang lebih ahli perlu dilaksanakan.
11. Asas tut wuri handayani
Makna layanan bimbingan dan konseling tidak hanya berkaitan dengan permasalahan saat tertentu melainkan makna tersebut tetap dirasakan oleh klien pada masa yang akan datang.
H. Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling berorientasi pada perkembangan individu. Berdasarkan atas hal tersebut, layanan bimbingan konseling disekolah akan menekankan pada 1) orientasi individual, 2) orientasi perkembangan siswa dan 3) orientasi permasalahan yang dihadapi.
1. Orientasi individual
Tiap individu berbeda, didasarkan atas latar belakang pengalaman dan sifat kepribadian yang dimiliki. Hal ini harus menjadi perhatian yang besar dalam memberikan konseling karena perbedaan dasar ini akan mempengaruhi cara konseling dan cara menganalisis masalah.
2. Orientasi perkembangan siswa
Tiap individu dalam tahapan usia tertentu memiliki tugas perkembangan. Pencapaian tugas perkembangan merupakan tolak ukur dalam mendeteksi permasalahan klien. Bertolak dari hal ini konselor dapat mendiagnosis sumber timbulnya permasalahan klien agar pemecahan masalah berlangsung dengan efektif dan efisien.
3. Orientasi permasalahan yang dihadapi
Proses konseling harus berfokus pada permasalahan yang saat ini dihadapi klien. Hal ini berkaitan dengan asas kekinian. Konselor harus arif dan bijaksana menanggapi klien dan mengarahkan situasi pada arah sasaran yang dituju untuk memecahkan masalah klien.
I. Peranan Guru dalam Bimbingan dan Konseling
1. Perkembangan pendidikan
Perkembangan pendidikan akan selalu terkait dengan perkembangan lingkungna secara umum. Salah satu ciri perkembangan pendidikan adalah perubahan dalam berbagai komponen sistem pendidikan seperti kurikulum, strategi belajar-mengajar, alat bantu mengajar dan sebagainya. Perkembangannya ini akan mempengaruhi kehidupan siswa baik dalam bidang akademik. Sosial maupun pribadi. Dengan demikian siswa diharapkan mampu melakukan penyesuaian diri untuk mencapai sukses yang berarti dalam keseluruhan proses belajarnya.
Proses penyesuaian diri para siswa memerlukan bantuan yang sistematis melalui pelayanan bimbingan dan konseling bagi para siswa. Yang pada hakikatnya merupakan salah satu konsekuensi dari perkembangan pendidikan.
2. Peranan guru
Tugas dan tanggung jawab pendidik yang paling utama ialah mendidik siswa untuk mencapai kedewasaan. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik guru perlu memahami segala aspek pribadi anak didik. Guru hendaknya mengenal dan memahami tingkat perkembangna anak didik, hal yang terkait dengan motovasi, kecakapan, kesehatan mental dan sebagainya.
Tiga hal pokok yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dilihat dari segi pendidikan. Pertama, dilihat dari hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar dalam mengembangkan kepribadian. Proses pendidikan menuntut adanya pendekatan yang lebih luas dari sekedar pengajaran, yaitu pendekatan senantiasa berkembang secara dinamis, dengan demikian siswa sebagai subjek didik memerlukan bantuan dalam penyesuaian diri melalui layanan bimbingan. Ketiga, guru tudak hanya sebagai pengajar namun juga sebagai pendidik. Guru seyogyanya dapat menggunakan pendekatan pribadi dalam mendidik para siswanya melalui layanan bimbingan.
Salah satu tugas guru yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu guru perlu mengenai dan memahami dirinya sendiri. Guru harus punya informasi yang cukup untuk dirinya sehubungan dengan peranannya, pekerjaannya, kebutuhan dan motivasinya, kesehatan mentalnya dan tingkat kecakapan mental yang harus dimilikinya.
Dilihat dari segi dirinya, seorang guru harus berperan sebagai:
a. Petugas sosial
Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, guru senantiasa merupakan petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya.
b. Pelajar dan ilmuan
Guru harus senantiasa belajar untuk mengikuti pengetahuan dan menjadi spesialis sesuai dengan bidang yang dikuasainya.
c. Orang tua
Sekolah merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga. Dalam arti luas sekolah merupakan keluarga dan guru sebagai orang tua bagi siswa-siswanya
d. Pemberi keteladanan
Guru senantiasa menjadi teladan bagi siswa dan menjadi ukuran bagi norma tingkah laku.
e. Pemberi keamanan
Guru senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswanya, menjadi tempat berlindung bagi siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya.
Ditinjau dari aspek psikologi, guru dapat dipandang sebagai:
a. Ahli psikologi pendidikan
Guru sebagai petugas psikologi pendidikan yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.
b. Seniman
Guru diharap mampu membuat hubungan antara manusia untuk tujuan tertentu dengan menggunakan teknik tertentu khususnya dalam kegiatan pendidikan.
c. Pembentuk kelompok
Guru berperan sebagai pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.
d. Catalytic agent
Guru sebagai orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan
e. Petugas kesehatan mental
Guru bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya bagi siswanya.
J. Guru Sebagai Direktur Belajar
Proses belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar-mengajar tersirat adanya suatu kesatuan aktivitas yang tak terpisahkan dan interaksi antara guru dan siswa. Dalam hal ini akan terjadi proses perubahan tingkah laku.
Dalam peranannya sebagai direktur belajar, guru hendaknya senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara dan meningkatkan motivasi anak untuk belajar. Pendekatan yang digunakan guru dalam proses belajar-mengajar tidak hanya melalui pendekatan instruksional tetapi juga dengan pendekatan pribadi. Melalui pendekatan pribadi diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya.
Sebagai direktur belajar guru sekaligus berperang sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing dalam belajar, guru diharuskan mampu untuk:
1. Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu dan kelompok
2. Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar
3. Memberi kesempatan yang memadai agar tiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.
4. Membantu siswa dalam menghadapi masalah pribadinya
5. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
K. Program Bimbingan di Sekolah
Program bibmbingan dan konseling perlu disusun dengan baik. Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pemberian layanan bimbingan dan konseling. Dijelaskan oleh Winkel bahwa program bimbingna merupakan suatu rangkaian kegiatan terencana, terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu.
Program bimbingan menyangkut dua faktor yaitu 1) faktor pelaksana atau orang yang akan memberikan bimbingan dan 2) faktor yang berkaitan dengan perlengkapan. Metode, bentuk layanan dan sebagainya. Program bimbingan akan memberikan arah yang jelas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan efisien dan efektif. Program bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberi banyak keuntungan seperti:
- Menghemat waktu, usaha, biaya, menghindari kesalahan da usaha coba-coba
- Membuat siswa mendapat layanan secara seimbang dan menyeluruh
- Membuat setiap petugas mengetahui dan memahami peran masing-masing
- Memungkinkan para petugas menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuan diri dan kepentingan siswa yang dibimbing.
Miller mengemkukakan langkah-langkah penyusunan program bimbingan sebagai berikut:
- Tahap persiapan
Langkah ini dilakukan dengan mengadakan survai untuk menginventarisasi tujuan, kemampuan dan kebutuhan sekolah serta kesiapan dalam melakukan program bimbingan.
- Pertemuan awal dengan para konselor
Tujuan pertemuan ini ialah untuk menyamakan pemikiran tentang perlunya program bimbingan serta merumuskan arah program yang akan disusun.
- Pembentukan panitia
Panitia bertugas merumuskan tujuan program, mempersiapkan bagan organisasi dan membuat kerangka dasar program bimbingan.
- Pembentukan panitia penyelenggara program
Panitia bertugas mempersiapkan program tes, mempersiapkan dan melaksanakan sistem pencatatan dan melatih para pelaksana program bimbingan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
L. Variasi Program Bimbingan Menurut Jenjang Pendidikan
Secara ideal program bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan secara berkesinambungan mulia dari TK sehingga jenjang pendidikan tinggi. Hal ini terkait dengan kebutuhan dan perkembangan anak untuk setiap jenjang pendidikan berbeda. Dalam menentukan dan menyusun program bimbingan di tingkat pendidikan tertentu, perlu memperhatikan rambu-rambu berikut:
- Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu.
- Menyusun tugas perkembangan dan kebutuhan siswa pada tahap usia tertentu
- Menyusun pola dasar sebagai pedoman dalam memberikan layanan
- Menentukan komponen bimbingan yang diprioritaskan
- Menentukan bentuk bimbingan yang diutamakan
- Menentukan tenaga bimbingan yang dapat dimanfaatkan misalnya konselor, guru dan tenaga ahli lainnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan proses yang berkesinambungan dalam membantu individu agar dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuannya dan agar individu memahami diri dan menyesuaikan dengan lingkungannya. Di sekolah, bimbingan dan konseling secara tidak langsung menunjang tujuan pendidikan dengan menangani masalah dan memberikan layanan secara khusus pada siswa, agar siswa dapat mengembangkan dirinya secara penuh.
Tujuan bimbingan di sekolah ialah membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar. Megatasi kebiasaan yang tidak baik dalam belajar dan hubungan sosial. Mengatasi kebiasaan yang tidak baik dalam belajar dan hubungan sosial, mengatasi kesulitan dengan kesehatan jasmani, masalah kelanjutan studi, kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan pekernaan.
Sumber : http://makalah85.blogspot.com
PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan mensyaratkan perkembangan kemampuan siswa secara Optimal, dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Sebagai individu, siswa memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan. Kenyataan yang dihadapi, tidak semua siswa menyadari potensi yang dimiliki untuk kemudian memahami dan mengembangkannya. Disisi lain sebagai individu yang berinterksi dengan lingkungan, siswa juga tidak dapat lepas dari masalah. Menyadari hal di atas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat berindak dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya.
Sekolah sebagai institusi pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan tetapi juga mengembangkan kesluruhan kepribadian anak. Sebagai profesional guru memegang peran penting dalam membantu murid mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertiam Bimbingan dan Konseling
Beberapa pengertian bimbingan diantaranya:
- Jones: guidance is the help given by one person to another in making choice and justment and in solving problems. Pengertian ini mengandung maksud bahwa pembimbing hanya bertugas membantu agar individu mampu membantu dirinya sendiri dan keputusan terakhir tergantung pada individu yang bersangkutan.
- Rochman Natawidjaja: bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan. Supaya individu dapat memahami dirinya dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.
- Bimo Walgito: bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya agar dapat menyesuaikan kesejahteraan hidupnya.
Dari definisi di atas disimpulkan bahwa bimbingan merupakan (a) proses yang berkesinambungan, (b) proses membantu individu, (c) bertujuan agar individu dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuannya dan (d) tujuan utamanya agar individu memahami diri dan menyesuaikan dengan lingkungannya.
Istilah konseling sering diartikan sebagai penyuluhan, walaupun sebenarnya kurang tepat. Untuk menekankan kekhususannya digunakan istilah bimbingan dan konseling. Kegiatan-kegiatan konseling mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Pada umumnya dilaksanakan secara individual
2. Pada umumnya dilaksanakan dalam suatu perjumpaan tatap muka
3. Dibutuhkan orang yang ahli
4. Tujuan diarahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien.
5. Klien pada akhirnya mampu memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri.
B. Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan di Sekolah
Tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia yang seutuhnya. Bimbingan dan konseling secara tidak langsung menunjang tujuan pendidikan dengan menangani masalah dan memberikan layanan secara khusus pada siswa, agar siswa dapat mengembangkan dirinya secara penuh.
Kehadiran koselor sekolah membantu guru dalam memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang erta kaitannya dengan profesi guru, seperti keadaan emosional yang mempengaruhi proses belajar-mengajar, mengembangkan sikap positif dan menangani masalah yang ditemui guru dalam pelaksanaan tugasnya.
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang saling menunjang demi terciptanya pembelajaran yang efektif. Kegiatan bimbingan dan konseling dengan demikian tidak bisa dilepaskan dari kegiatan sekolah.
C. Tujuan Bimbingan di Sekolah
Tujuan bimbingan di sekolah ialah membantu siswa dalam 1) mengatasi kesulitan belajar, 2) mengatasi kebiasaan yang tidak baik pada saat kegiatan belajar maupun dalam hubungan sosial, 3) mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani, 4) hal yang berkaitan dengan kelanjutan studi, 5) kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan pekerjaan dan 6) mengatasi kesulitan masalah sosial-emosional yang berasal dari murid berkaitan dengan lingkunga sekolah, keluarga dan lingkungan yang lebih luas.
Dalam bahasa lain. Downing mengemukakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah sama dengan pendidikan terhadap diri sendiri yaitu membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis, merealisasikan keinginan serta mengembangkan kemampuan dan potensinya.
D. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelejaran
Salah satu problem yang dihadapi siswa di sekolah adalah kesulitan belajar. Ciri yang tampak seperti nilai jelek, hasil tidak sesuai dengan usaha, sikap yang kurang baik; menentang, berdusta dan tingkah laku lain seperti membolos.
Siswa kadang tidak mengetahui bahwa ia bermasalah. Dalam keadaan seperti ini hal yang diperlukan siswa yaitu 1) bimbingan belajar. 2) bimbingan sosial dan 3) bimbingan dalam mengatasi masalah pribadi.
1. Bimbingan belajar
Bimbingan belajar bertujuan mengatasi masalah kegiatan belajar di dalam atau luar sekolah; meliputi bimbingan cara belajar (kelompok atau individual), merencanakan waktu dan kegiatan belajar, kesulitan dalam mata pelajaran tertentu, dan hal yang berkaitan dengan cara, proses, prosedur dalam belajar.
2. Bimbingan sosial
Tujuan bimbingan sosial yang agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok, sehingga tercipta suasana belajar mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi bimbingan sosial dimaksudkan untuk memperoleh kelompok belajar dan bermain, persahabatan dan kelompok sosial yang sesuai dan yang akan membantu dalam menyelesaikan masalah tertentu.
3. Bimbingan dalam mengatasi masalah pribadi
Beberapa masalah pribadi menimbulkan konflik, misalnya antara intelektual dan emosi, bakat dan aspirasi lingkungan, antar kehendak, antar situasi. Menurut Downing, layanan bimbingan pribadi bermanfaat terutama dalam membantu menciptakan hubungan sosial yang menyenangkan, menstimulasi siswa meningkatkan partisipasi, mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna, meninggalkan motivasi belajar dan menstimulasi tumbuhnya minat bakatnya.
E. Landasan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan di sekolah mengikuti prinsip atau landasan yang akan menentukan pendekatan dalam membantu klien, yaitu:
- Memperhatikan perkembangan siswa sebagi individu mandiri yang berpotensi
- Bimbingan berkisar pada dunia subjektif individu
- Bimbingan dilaksanakan atas kesepakatan dua pihak
- Bimbingan berlandaskan pengakuan atas hak asasi
- Bimbingan bersifat ilmiah dengan mengintegrasikan ilmu-ilmu psikologis
- Pelayan untuk semua siswa, tidak hanya yang bermalah saja
- Bimbingan merupakan proses, terus menerus, berkesinambungan dan mengikuti tahapan perkembangan anak.
F. Prinsip-prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Prinsip ini mengatur landasan teoritis pelaksanaan layanan bimbingan konseling. Terdapat empat prinsip yaitu prinsip umum, prinsip yang berhubungan dengan individu yang dibimbing. Individu pembimbing dan prinsip yang berkaitan dengan organisasi dan administrasi bimbingan.
Prinsip umum antara lain mengatur tentang pengkajian masa lalu sebagai pembentuk aspek kepribadian, pemahaman atas perbedaan karakter tiap individu, bantuan diberikan agar individu mampu mandiri, bimbingan harus disesuaikan dengan program pendidikan, bimbingan dipimpin orang yang profesional dan terhadap program bimbingan harus selalu diadakan penilaian antara pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan.
Prinsip yang berkaitan dengan individu yang dibimbing: bimbingan haruslah ditujukan pada seluruh siswa, ada kriteria prioritas layanan. Bimbingan harus berpusat pada siswa, haruslah dapat memenuhi kebutuhan tiap individu yang beragam. Keputusan terakhir haruslah pada klien dan klien berangsung-angsur harus mampu untuk mandiri.
Prisnip bagi pembimbing meliputi kualifikasi yang memadai, kesempatan mengembangkan diri lewat berbagai pelatihan. Pembimbing perlu memanfaatkan semua sumber, berbagai metode dan teknik bimbingan bagi efektivitas pemberian bantuan pada siswa. Konselor harus menjaga asas kerahasiaan klien.
Prinsip dalam organisasi dan administrasi bimbingan meliputi prinsip kesinambungan, ada kartu pribadi bagi setiap siswa, bimbingan harus disesuikan dengan kebutuhan sekolah. Ada pembagian waktu yang baik, berbagai metode bimbingan baik individual dan kelompok. Sekolah perlu bekerja sama dengan lembaga lain diluar sekolah dan kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelakasanaan bimbingan.
G. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan. Menurut Prayitno ada beberapa asas yang harus diperhatikan:
1. Asas kerahasiaan
Asas ini merupakan asas kunci, karena klien mampu mengungkap masalahnya pada orang yang dipercaya klien. Dengan adanya keterbukan masalah akan dapat diselesaikan dengan baik.
2. Asas keterbukaan
Asas ini didasarkan atas asas kerahasiaan. Klien dan konselor perlu suasana keterbukaan untuk mengungkapkan perasaan, pemikiran dan keinginan yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin diselesaikan.
3. Asas kesukarelaan
Asas ini lebih terkait dengan pribadi konselor. Konselor perlu memiliki sikap sukarela dalam membantu menyelesaikan permasalahan klien. Dengan sikap sukarela dari konselor klien akan dengan sukarela pula menceritakan dan mencari solusi atas permasalahannya.
4. Asas kekinian
Fokus pemecahan permasalahan klien adalah pada masa saat ini. Apa yang saat ini dirasakan dan menjadi permasalahan klien adalah hal yang perlu diselesaikan dalam pertemuan konseling.
5. Asas kegiatan
Konseling dapat berlangsung baik apabila klien mau melaksanakan tugas yang diberikan. Konselor hendaknya mampu memotivasi klien melakukan kegiatan yang disarankan dalam sesi konseling demi tujuan penyelesaian masalah klien.
6. Asas kedinamisan
Dinamis merupakan perubahan menuju pada kemajuan yang terjadi pada klien. Konselor hrus memberikan layanan yang sesuai dengan sifat keunikan tiap individu demi perubahan ke arah perkembangan pribadi yang lebih baik.
7. Asas keterpaduan
Dalam pemberian layanan, konselor perlu memperhatikan aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan dan keterpaduan. Keterpaduan ini berkaitan dengan aspek klien maupun mengenai keterpaduan isi dan proses layanan.
8. Asas kenormatifan
Usaha layanan tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlalu sehingga tidak terjadi penolakan dari pihak yang dibimbing. Asas ini berkaitan dengan proses dan saran atau keputusan yang dibahas dalam konseling.
9. Asas keahlian
Proses konseling harus dilakukan dengan profesional dan oleh orang yang profesional yang menntut ketrampilan khusus dan terlatih untuk melakukan konseling.
10. Asas alih tangan
Asas ini bertujuan agar tidak terjadi pemberian layanan yang tidak tepat. Bila permasalahan klien perlu penanganan dari ahli yang lain maka pengalihtanganan kepada pihak yang lebih ahli perlu dilaksanakan.
11. Asas tut wuri handayani
Makna layanan bimbingan dan konseling tidak hanya berkaitan dengan permasalahan saat tertentu melainkan makna tersebut tetap dirasakan oleh klien pada masa yang akan datang.
H. Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling berorientasi pada perkembangan individu. Berdasarkan atas hal tersebut, layanan bimbingan konseling disekolah akan menekankan pada 1) orientasi individual, 2) orientasi perkembangan siswa dan 3) orientasi permasalahan yang dihadapi.
1. Orientasi individual
Tiap individu berbeda, didasarkan atas latar belakang pengalaman dan sifat kepribadian yang dimiliki. Hal ini harus menjadi perhatian yang besar dalam memberikan konseling karena perbedaan dasar ini akan mempengaruhi cara konseling dan cara menganalisis masalah.
2. Orientasi perkembangan siswa
Tiap individu dalam tahapan usia tertentu memiliki tugas perkembangan. Pencapaian tugas perkembangan merupakan tolak ukur dalam mendeteksi permasalahan klien. Bertolak dari hal ini konselor dapat mendiagnosis sumber timbulnya permasalahan klien agar pemecahan masalah berlangsung dengan efektif dan efisien.
3. Orientasi permasalahan yang dihadapi
Proses konseling harus berfokus pada permasalahan yang saat ini dihadapi klien. Hal ini berkaitan dengan asas kekinian. Konselor harus arif dan bijaksana menanggapi klien dan mengarahkan situasi pada arah sasaran yang dituju untuk memecahkan masalah klien.
I. Peranan Guru dalam Bimbingan dan Konseling
1. Perkembangan pendidikan
Perkembangan pendidikan akan selalu terkait dengan perkembangan lingkungna secara umum. Salah satu ciri perkembangan pendidikan adalah perubahan dalam berbagai komponen sistem pendidikan seperti kurikulum, strategi belajar-mengajar, alat bantu mengajar dan sebagainya. Perkembangannya ini akan mempengaruhi kehidupan siswa baik dalam bidang akademik. Sosial maupun pribadi. Dengan demikian siswa diharapkan mampu melakukan penyesuaian diri untuk mencapai sukses yang berarti dalam keseluruhan proses belajarnya.
Proses penyesuaian diri para siswa memerlukan bantuan yang sistematis melalui pelayanan bimbingan dan konseling bagi para siswa. Yang pada hakikatnya merupakan salah satu konsekuensi dari perkembangan pendidikan.
2. Peranan guru
Tugas dan tanggung jawab pendidik yang paling utama ialah mendidik siswa untuk mencapai kedewasaan. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik guru perlu memahami segala aspek pribadi anak didik. Guru hendaknya mengenal dan memahami tingkat perkembangna anak didik, hal yang terkait dengan motovasi, kecakapan, kesehatan mental dan sebagainya.
Tiga hal pokok yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dilihat dari segi pendidikan. Pertama, dilihat dari hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar dalam mengembangkan kepribadian. Proses pendidikan menuntut adanya pendekatan yang lebih luas dari sekedar pengajaran, yaitu pendekatan senantiasa berkembang secara dinamis, dengan demikian siswa sebagai subjek didik memerlukan bantuan dalam penyesuaian diri melalui layanan bimbingan. Ketiga, guru tudak hanya sebagai pengajar namun juga sebagai pendidik. Guru seyogyanya dapat menggunakan pendekatan pribadi dalam mendidik para siswanya melalui layanan bimbingan.
Salah satu tugas guru yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu guru perlu mengenai dan memahami dirinya sendiri. Guru harus punya informasi yang cukup untuk dirinya sehubungan dengan peranannya, pekerjaannya, kebutuhan dan motivasinya, kesehatan mentalnya dan tingkat kecakapan mental yang harus dimilikinya.
Dilihat dari segi dirinya, seorang guru harus berperan sebagai:
a. Petugas sosial
Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, guru senantiasa merupakan petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya.
b. Pelajar dan ilmuan
Guru harus senantiasa belajar untuk mengikuti pengetahuan dan menjadi spesialis sesuai dengan bidang yang dikuasainya.
c. Orang tua
Sekolah merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga. Dalam arti luas sekolah merupakan keluarga dan guru sebagai orang tua bagi siswa-siswanya
d. Pemberi keteladanan
Guru senantiasa menjadi teladan bagi siswa dan menjadi ukuran bagi norma tingkah laku.
e. Pemberi keamanan
Guru senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswanya, menjadi tempat berlindung bagi siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya.
Ditinjau dari aspek psikologi, guru dapat dipandang sebagai:
a. Ahli psikologi pendidikan
Guru sebagai petugas psikologi pendidikan yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.
b. Seniman
Guru diharap mampu membuat hubungan antara manusia untuk tujuan tertentu dengan menggunakan teknik tertentu khususnya dalam kegiatan pendidikan.
c. Pembentuk kelompok
Guru berperan sebagai pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.
d. Catalytic agent
Guru sebagai orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan
e. Petugas kesehatan mental
Guru bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya bagi siswanya.
J. Guru Sebagai Direktur Belajar
Proses belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar-mengajar tersirat adanya suatu kesatuan aktivitas yang tak terpisahkan dan interaksi antara guru dan siswa. Dalam hal ini akan terjadi proses perubahan tingkah laku.
Dalam peranannya sebagai direktur belajar, guru hendaknya senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara dan meningkatkan motivasi anak untuk belajar. Pendekatan yang digunakan guru dalam proses belajar-mengajar tidak hanya melalui pendekatan instruksional tetapi juga dengan pendekatan pribadi. Melalui pendekatan pribadi diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya.
Sebagai direktur belajar guru sekaligus berperang sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing dalam belajar, guru diharuskan mampu untuk:
1. Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu dan kelompok
2. Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar
3. Memberi kesempatan yang memadai agar tiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.
4. Membantu siswa dalam menghadapi masalah pribadinya
5. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
K. Program Bimbingan di Sekolah
Program bibmbingan dan konseling perlu disusun dengan baik. Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pemberian layanan bimbingan dan konseling. Dijelaskan oleh Winkel bahwa program bimbingna merupakan suatu rangkaian kegiatan terencana, terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu.
Program bimbingan menyangkut dua faktor yaitu 1) faktor pelaksana atau orang yang akan memberikan bimbingan dan 2) faktor yang berkaitan dengan perlengkapan. Metode, bentuk layanan dan sebagainya. Program bimbingan akan memberikan arah yang jelas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan efisien dan efektif. Program bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberi banyak keuntungan seperti:
- Menghemat waktu, usaha, biaya, menghindari kesalahan da usaha coba-coba
- Membuat siswa mendapat layanan secara seimbang dan menyeluruh
- Membuat setiap petugas mengetahui dan memahami peran masing-masing
- Memungkinkan para petugas menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuan diri dan kepentingan siswa yang dibimbing.
Miller mengemkukakan langkah-langkah penyusunan program bimbingan sebagai berikut:
- Tahap persiapan
Langkah ini dilakukan dengan mengadakan survai untuk menginventarisasi tujuan, kemampuan dan kebutuhan sekolah serta kesiapan dalam melakukan program bimbingan.
- Pertemuan awal dengan para konselor
Tujuan pertemuan ini ialah untuk menyamakan pemikiran tentang perlunya program bimbingan serta merumuskan arah program yang akan disusun.
- Pembentukan panitia
Panitia bertugas merumuskan tujuan program, mempersiapkan bagan organisasi dan membuat kerangka dasar program bimbingan.
- Pembentukan panitia penyelenggara program
Panitia bertugas mempersiapkan program tes, mempersiapkan dan melaksanakan sistem pencatatan dan melatih para pelaksana program bimbingan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
L. Variasi Program Bimbingan Menurut Jenjang Pendidikan
Secara ideal program bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan secara berkesinambungan mulia dari TK sehingga jenjang pendidikan tinggi. Hal ini terkait dengan kebutuhan dan perkembangan anak untuk setiap jenjang pendidikan berbeda. Dalam menentukan dan menyusun program bimbingan di tingkat pendidikan tertentu, perlu memperhatikan rambu-rambu berikut:
- Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu.
- Menyusun tugas perkembangan dan kebutuhan siswa pada tahap usia tertentu
- Menyusun pola dasar sebagai pedoman dalam memberikan layanan
- Menentukan komponen bimbingan yang diprioritaskan
- Menentukan bentuk bimbingan yang diutamakan
- Menentukan tenaga bimbingan yang dapat dimanfaatkan misalnya konselor, guru dan tenaga ahli lainnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan proses yang berkesinambungan dalam membantu individu agar dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuannya dan agar individu memahami diri dan menyesuaikan dengan lingkungannya. Di sekolah, bimbingan dan konseling secara tidak langsung menunjang tujuan pendidikan dengan menangani masalah dan memberikan layanan secara khusus pada siswa, agar siswa dapat mengembangkan dirinya secara penuh.
Tujuan bimbingan di sekolah ialah membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar. Megatasi kebiasaan yang tidak baik dalam belajar dan hubungan sosial. Mengatasi kebiasaan yang tidak baik dalam belajar dan hubungan sosial, mengatasi kesulitan dengan kesehatan jasmani, masalah kelanjutan studi, kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan pekernaan.
Sumber : http://makalah85.blogspot.com
Monday, March 16, 2009
Jenis-jenis Penelitian Ilmiah
Penelitian dapat digolongkan / dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain berdasarkan: (1) Tujuan; (2) Pendekatan; (3) Tempat; (4) Pemakaian atau hasil / alasan yang diperoleh; (5) Bidang ilmu yang diteliti; (6) Taraf Penelitian; (7) Teknik yang digunakan; (8) Keilmiahan; (9) Spesialisasi bidang (ilmu) garapan. Berikut ini masing-masing pembagiannya.
Berdasarkan hasil/alasan yang diperoleh:
1. Basic Research (Penelitian Dasar), Mempunyai alasan intelektual, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan;
2. Applied Reseach (Penelitian Terapan), Mempunyai alasan praktis, keinginan untuk mengetahui; bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, efektif, efisien.
Berdasarkan Bidang yang diteliti:
1. Penelitian Sosial, secara khusus meneliti bidang sosial: ekonomi, pendidikan, hukum, dsb.
2. Penelitian Eksakta, secara khusus meneliti bidang eksakta: Kimia, Fisika, Teknik, dsb.
Berdasarkan Tempat Penelitian :
1. Field Research (Penelitian Lapangan), langsung di lapangan;
2. Library Research (Penelitian Kepustakaan), dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) dari penelitian sebelumnya;
3. Laboratory Research (Penelitian Laboratorium), dilaksanakan pada tempat tertentu / lab, biasanya bersifat eksperimen atau percobaan;
Berdasarkan Teknik yang digunakan :
1. Survey Research (Penelitian Survei), tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti.
2. Experimen Research (Penelitian Percobaan), dilakukan perubahan (ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti.
Berdasarkan Keilmiahan :
1. Penelitian Ilmiah
Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah/meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu:
1. Kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang diteliti:
2. Kemampuan untuk meramalkan: sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat/waktu lain;
Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah:
1. Purposiveness, fokus tujuan yang jelas;
2. Rigor, teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik;
3. Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas
4. Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis;
5. Objectivity, Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional;
6. Generalizability, Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;
7. Precision, Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat;
8. Parsimony, Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.
2. Penelitian non ilmiah (Tidak menggunakan metode atau kaidah-kaidah ilmiah)
• Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen, Pemasaran), Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan/PR, Periklanan), Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional), Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman), Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll.
• Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) : variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang. Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan / menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan/menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian eksperimen.
PENELITIAN SECARA UMUM :
o Penelitian Survei:
• Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada;
• Mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok, daerah dsb.
• Melakukan evaluasi serta perbandingan terhadap hal yang telah dilakukan orang lain dalam menangani hal yang serupa;
• Dilakukan terhadap sejumlah individu / unit baik secara sensus maupun secara sampel;
• Hasilnya untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan;
• Penelitian ini dapat berupa :
1. Penelitian Exploratif (Penjajagan). Terbuka, mencari-cari, pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti masih terbatas. Pertanyaan dalam studi penjajagan ini misalnya : Apakah yang paling mencemaskan anda dalam hal infrastruktur di daerah Kalbar dalam lima tahun terakhir ini? Menurut anda, bagaimana cara perawatan infrastruktur jalan dan jembatan yang baik.
2. Penelitian Deskriptif. Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena; pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat. Peneliti mengembangkan konsep, menghimpun fakta, tapi tidak menguji hipotesis.
3. Penelitian Evaluasi. Mencari jawaban tentang pencapaian tujuan yang digariskan sebelumnya. Evaluasi di sini mencakup formatif (melihat dan meneliti pelaksanaan program), Sumatif (dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur pencapaian tujuan).
4. Penelitian Eksplanasi (Penjelasan). Menggunakan data yang sama, menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesis.
5. Penelitian Prediksi. Meramalkan fenomena atau keadaan tertentu;
6. Penelitian Pengembangan Sosial. Dikembangkan berdasarkan survei yang dilakukan secara berkala: Misal: Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalbar, 1998-2003;
o Grounded Research
Mendasarkan diri pada fakta dan menggunakan analisis perbandingan; bertujuan mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep, membuktikan teori, mengembangkan teori; pengumpulan dan analisis data dalam waktu yang bersamaan. Dalam riset ini data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data. Ciri-cirinya : Data merupakan sumber teori dan sumber hipotesis, Teori menerangkan data setelah data diurai.
TUJUAN PENELITIAN :
Secara umum ada empat tujuan utama :
1. Tujuan Exploratif (Penemuan) : menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu
2. Tujuan Verifikatif (Pengujian): menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada
3. Tujuan Developmental (Pengembangan) : mengembangkan sesuatu dalam bidang yang telah ada
4. Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi)
PERANAN PENELITIAN
1. Pemecahan Masalah, meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait-mengkait;
2. Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan, meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut;
3. Mendapatkan pengetahuan / ilmu baru :
PERSYARATAN PENELITIAN :
1. Mengikuti konsep ilmiah
2. Sistematis/Pola tertentu
3. Terencana
Penelitian dikatakan baik bila :
1. Purposiveness, Tujuan yang jelas;
2. Exactitude, Dilakukan dengan hati-hati, cermat, teliti;
3. Testability, Dapat diuji atau dikaji;
4. Replicability, Dapat diulang oleh peneliti lain;
5. Precision and Confidence, Memiliki ketepatan dan keyakinan jika dihubungkan dengan populasi atau sampel;
6. Objectivity, Bersifat objektif;
7. Generalization, Berlaku umum;
8. Parismony, Hemat, tidak berlebihan;
9. Consistency, data/ungkapan yang digunakan harus selalu sama bagi kata/ungkapan yang memiliki arti sama;
10. Coherency, Terdapat hubungan yang saling menjalin antara satu bagian dengan bagian lainnya.
PROSEDUR / LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN :
Garis besar :
1. Pembuatan rancangan;
2. Pelaksanaan penelitian;
3. Pembuatan laporan penelitian
Bagan kegiatan penelitian
1. Memilih Masalah; memerlukan kepekaan
2. Studi Pendahuluan; studi eksploratoris, mencari informasi;
3. Merumuskan Masalah; jelas, dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa
4. Merumuskan anggapan dasar; sebagai tempat berpijak, (hipotesis);
5. Memilih pendekatan; metode atau cara penelitian, jenis / tipe penelitian : sangat menentukan variabel apa, objeknya apa, subjeknya apa, sumber datanya di mana;
6. Menentukan variabel dan Sumber data; Apa yang akan diteliti? Data diperoleh dari mana?
7. Menentukan dan menyusun instrumen; apa jenis data, dari mana diperoleh? Observasi, interview, kuesioner?
8. Mengumpulkan data; dari mana, dengan cara apa?
9. Analisis data; memerlukan ketekunan dan pengertian terhadap data. Apa jenis data akan menentukan teknis analisisnya
10. Menarik kesimpulan; memerlukan kejujuran, apakah hipotesis terbukti?
11. Menyusun laporan; memerlukan penguasaan bahasa yang baik dan benar.
Sumber: ( abdulhamid.files.wordpress.com)
( infoskripsi.com )
Berdasarkan hasil/alasan yang diperoleh:
1. Basic Research (Penelitian Dasar), Mempunyai alasan intelektual, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan;
2. Applied Reseach (Penelitian Terapan), Mempunyai alasan praktis, keinginan untuk mengetahui; bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, efektif, efisien.
Berdasarkan Bidang yang diteliti:
1. Penelitian Sosial, secara khusus meneliti bidang sosial: ekonomi, pendidikan, hukum, dsb.
2. Penelitian Eksakta, secara khusus meneliti bidang eksakta: Kimia, Fisika, Teknik, dsb.
Berdasarkan Tempat Penelitian :
1. Field Research (Penelitian Lapangan), langsung di lapangan;
2. Library Research (Penelitian Kepustakaan), dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) dari penelitian sebelumnya;
3. Laboratory Research (Penelitian Laboratorium), dilaksanakan pada tempat tertentu / lab, biasanya bersifat eksperimen atau percobaan;
Berdasarkan Teknik yang digunakan :
1. Survey Research (Penelitian Survei), tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti.
2. Experimen Research (Penelitian Percobaan), dilakukan perubahan (ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti.
Berdasarkan Keilmiahan :
1. Penelitian Ilmiah
Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah/meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu:
1. Kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang diteliti:
2. Kemampuan untuk meramalkan: sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat/waktu lain;
Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah:
1. Purposiveness, fokus tujuan yang jelas;
2. Rigor, teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik;
3. Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas
4. Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis;
5. Objectivity, Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional;
6. Generalizability, Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;
7. Precision, Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat;
8. Parsimony, Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.
2. Penelitian non ilmiah (Tidak menggunakan metode atau kaidah-kaidah ilmiah)
• Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen, Pemasaran), Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan/PR, Periklanan), Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional), Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman), Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll.
• Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) : variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang. Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan / menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan/menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian eksperimen.
PENELITIAN SECARA UMUM :
o Penelitian Survei:
• Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada;
• Mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok, daerah dsb.
• Melakukan evaluasi serta perbandingan terhadap hal yang telah dilakukan orang lain dalam menangani hal yang serupa;
• Dilakukan terhadap sejumlah individu / unit baik secara sensus maupun secara sampel;
• Hasilnya untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan;
• Penelitian ini dapat berupa :
1. Penelitian Exploratif (Penjajagan). Terbuka, mencari-cari, pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti masih terbatas. Pertanyaan dalam studi penjajagan ini misalnya : Apakah yang paling mencemaskan anda dalam hal infrastruktur di daerah Kalbar dalam lima tahun terakhir ini? Menurut anda, bagaimana cara perawatan infrastruktur jalan dan jembatan yang baik.
2. Penelitian Deskriptif. Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena; pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat. Peneliti mengembangkan konsep, menghimpun fakta, tapi tidak menguji hipotesis.
3. Penelitian Evaluasi. Mencari jawaban tentang pencapaian tujuan yang digariskan sebelumnya. Evaluasi di sini mencakup formatif (melihat dan meneliti pelaksanaan program), Sumatif (dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur pencapaian tujuan).
4. Penelitian Eksplanasi (Penjelasan). Menggunakan data yang sama, menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesis.
5. Penelitian Prediksi. Meramalkan fenomena atau keadaan tertentu;
6. Penelitian Pengembangan Sosial. Dikembangkan berdasarkan survei yang dilakukan secara berkala: Misal: Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalbar, 1998-2003;
o Grounded Research
Mendasarkan diri pada fakta dan menggunakan analisis perbandingan; bertujuan mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep, membuktikan teori, mengembangkan teori; pengumpulan dan analisis data dalam waktu yang bersamaan. Dalam riset ini data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data. Ciri-cirinya : Data merupakan sumber teori dan sumber hipotesis, Teori menerangkan data setelah data diurai.
TUJUAN PENELITIAN :
Secara umum ada empat tujuan utama :
1. Tujuan Exploratif (Penemuan) : menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu
2. Tujuan Verifikatif (Pengujian): menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada
3. Tujuan Developmental (Pengembangan) : mengembangkan sesuatu dalam bidang yang telah ada
4. Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi)
PERANAN PENELITIAN
1. Pemecahan Masalah, meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait-mengkait;
2. Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan, meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut;
3. Mendapatkan pengetahuan / ilmu baru :
PERSYARATAN PENELITIAN :
1. Mengikuti konsep ilmiah
2. Sistematis/Pola tertentu
3. Terencana
Penelitian dikatakan baik bila :
1. Purposiveness, Tujuan yang jelas;
2. Exactitude, Dilakukan dengan hati-hati, cermat, teliti;
3. Testability, Dapat diuji atau dikaji;
4. Replicability, Dapat diulang oleh peneliti lain;
5. Precision and Confidence, Memiliki ketepatan dan keyakinan jika dihubungkan dengan populasi atau sampel;
6. Objectivity, Bersifat objektif;
7. Generalization, Berlaku umum;
8. Parismony, Hemat, tidak berlebihan;
9. Consistency, data/ungkapan yang digunakan harus selalu sama bagi kata/ungkapan yang memiliki arti sama;
10. Coherency, Terdapat hubungan yang saling menjalin antara satu bagian dengan bagian lainnya.
PROSEDUR / LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN :
Garis besar :
1. Pembuatan rancangan;
2. Pelaksanaan penelitian;
3. Pembuatan laporan penelitian
Bagan kegiatan penelitian
1. Memilih Masalah; memerlukan kepekaan
2. Studi Pendahuluan; studi eksploratoris, mencari informasi;
3. Merumuskan Masalah; jelas, dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa
4. Merumuskan anggapan dasar; sebagai tempat berpijak, (hipotesis);
5. Memilih pendekatan; metode atau cara penelitian, jenis / tipe penelitian : sangat menentukan variabel apa, objeknya apa, subjeknya apa, sumber datanya di mana;
6. Menentukan variabel dan Sumber data; Apa yang akan diteliti? Data diperoleh dari mana?
7. Menentukan dan menyusun instrumen; apa jenis data, dari mana diperoleh? Observasi, interview, kuesioner?
8. Mengumpulkan data; dari mana, dengan cara apa?
9. Analisis data; memerlukan ketekunan dan pengertian terhadap data. Apa jenis data akan menentukan teknis analisisnya
10. Menarik kesimpulan; memerlukan kejujuran, apakah hipotesis terbukti?
11. Menyusun laporan; memerlukan penguasaan bahasa yang baik dan benar.
Sumber: ( abdulhamid.files.wordpress.com)
( infoskripsi.com )
Subscribe to:
Posts (Atom)