Pendahuluan
Gangguan mood akhir- akhir ini semakin di kenali dan di perhatikan. Suatu kriteria gangguan mood pada seseorang adalah suatu kekacauan mood, seperti depresi. Depresi seringkali di pandang sebagai “demam influenza” dalam permasalahan psikologis sebab gejala inilah yang paling banyak pasiennya. Depresi merupakan keadaan yang hebat dan berlangsung lebih alam dibandingkan dengan kesedihan biasa. Biasanya penderita depresi mempunyai perasaan tidak berdaya dan pesimis.mereka merasa waktu berjalan amat lambat, dikarenakan orang yang depresi sangat sulit menghayati kegembiraan atau kenikmatan . akhirnya orang- orang yang depresi lebih sering menarik diri dari berbagai kegiatandan mengabaikan tanggung jawab dan pekerjaannya. Menurut sebuah penelitian, mengungkapkan bahwa seringkali seseorang yang depresi bersikap sangat kritis terhadap dirinya sendiri, merasa bersalah mudah tersinggung dan sulit mengendalikan diri dalam menentukan hidupnya sendiri. Pikiran- pikiran tentang mati, termasuk upaya bunuh diri
A. Gangguan Mood
Gangguan mood merupakan gangguan yang menyebabkan penderita mengalami perubahan mood, yakni keadaan jiwa dan perasaan hati. Gangguan mood mencakup gangguan emosi yang menyebabkan ketidakberfungsian seseorang.
Ekspresi gangguan mood pada seseorang adalah bervariasi tergantung pada usia mereka. Misalnya gangguan mood yang dialami anak kecil yang terdepresi dan lebih jarang ditemukan saat usia mereka bertambah adalah halusinasi audiotorik yang sejalan dengan mood, keluhan somatik, menarik diri dan penampilan sedih, dan keyakinan yang buruk. Gejala yang tampak dengan frekuensi yang sama terlepas dari usia dan status perkembangan adalah ide bunuh diri, mood yang terdepresi atau mudah tersinggung, insomnia, dan menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi. Tetapi, masalah perkembangan adalah mempengaruhi ekspresi semua gejala.
Gangguan mood meningkat dengan bertambahnya usia, dan prevalensi pada semua kelompok usia adalah secara drastik lebih tinggi dalam kelompok psikiatrik dibandingkan populasi umum. Depresi adalah lebih sering pada anak laki- laki dibandingkan anak perempuan pada usia anak sekolah.
Karena gangguan mood pada remaja menyebabkan risiko besar untuk bunuh diri oleh para remaja, perlu untuk mencari bantuan psikologis sesegeragejala gangguan mood pemuda ditemukan. Menaruh perhatian dan membantu anak perempuan yang mengalami depresi mengubah hidup memberikan resolusi dan jadi dokter muda mengalami depresi harus menjadi teladan yang penuh cinta kepada mereka.
Beberapa pusat masyarakat pada saat ini akan memiliki teknik dengan suasana hati mengatasi gangguan sebagai bagian dari pengakuan melawan depresi dan dampaknya. Dalam kasus apapun, selalu terbaik untuk mengikuti jasa seorang konselor untuk manajemen dengan suasana hati, Penyebab Gangguan Mood Young Adult titik tunggal, atau hanya beberapa titik, tidak dapat percaya diri dipandang sebagai bertanggung jawab atas menyebabkan gangguan suasana hati di masa muda. Sebaliknya, variabel genetik (biologis), mental, dan lingkungan / faktor-faktor sosial bertindak bersama-sama untuk mulai suasana gejala pada dewasa muda. Remaja dibesarkan di keluarga dengan pra-adanya gangguan suasana hati lebih mungkin menderita kelainan.
Mood tantangan di adolescents juga telah dikaitkan dengan kurangnya atau miskin membangun hubungan pengembangan keterampilan. Faktor tambahan untuk anak laki-laki dan perempuan adalah gangguan mood atau ditekan kurangnya ekspresi dari seksualitas; lain yang berorientasi pada individu dan ganjil menjadi lebih rentan terhadap penyakit mental pada account ini. Dan demikian, partisipasi dalam olahraga telah ditemukan untuk secara signifikan lebih rendah kemungkinan gangguan di kalangan remaja suasana hati pasien. Sebagai kesimpulan, mungkin, adalah seorang remaja tingkat penyesuaian dengan orang tuanya. Individu muda mengalami kesulitan untuk membangun identitas individu bermasalah karena hubungan dengan orang tua lebih mungkin mengalami gejala depresi.
B. Jenis – Jenis Gangguan Mood
a. Depresi mayor
Depresi mayor atau unipolar dapat menyebabkan penderita mengalami kesedihan yang sangat mendalam serta beberapa masalah lain yangikut berkaitan, seperti halnya gangguan tidur, selera makan, serta kehilangan energi dan harga diri.
b. Gangguan bipolar
Merupakan suatu gangguan yang menyebabkan individu cenderung mengalami berbagai emosi negatif dan positif yang sangat kuat. Para pasien bipolar memiliki pengalaman emosi positif yang lebih kuat dibanding pasien unipolar (a.l.,bagby dkk.,1996 dalam Davidson,Neale,Kring, 2004 ). Meskipun demikian para pasien bipolar yang mengalami depresi menunjukkan peningkatan kader afeksi negatif, sama dengan pasien depresi unipolar (Lozano & Johnson, 2001 dalam Davidson, Neale,Kring, 2004).
c. Gangguan mood kronis
DSM-IV-TR mencantumkan bahwa gangguan mood kronis terbagi menjadi dua, yakni:
F Gangguan siklotimik
Merupakan gangguan mood yang menyebabkan penderita sering mengalami berbagai periode mood tertekan dan hipomania. Penderita yang mengalami gangguan ini dapat mengalami serangkaian sintom berpasangan dalam periode depresi dan hipomania yang mereka alami.
F Gangguan distimik
Orang yang mengalami gangguan ini mengalami depresi kronis. Selain merasa sedih dan hanya merasakan sedikit kesenangan, kalaupun merasakannya, dalam berbagai aktivitas dan hobi yang biasa di lakukan, orang yang bersangkutan mengalami beberapa gejala depresi, misalnya insonmia, kurang energi dan sebagainya.
C. Terapi Terhadap Gangguan Mood
a. Terapi psikologis
Terapi ini mencoba membantu pasien untuk memperoleh insigh atas konflik yang di repres dan mendorong pelepasan agresivitas yang selama ini di asumsikan terarah ke dalam diri.
b. Terapi biologis
Beberapa variasi terapi biologis digunakan untuk menangani depresi dan mania. Dua jenis terapi yang paling umum digunakan adalah terapi kejut elektrikonvulsif dan obat – obatan.
D. Gangguan Bunuh Diri
Perilaku bunuh diri adalah sebuah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai diri sendiri, meliputi baik upaya bunuh diri dan benar-benar bunuh diri. Ide, isyarat, dan usaha bunuh diri sering menyertai gangguan depresif, dan fenomena bunuh diri tersebut, terutama para remaja, adalah merupakan masalah kesehatan mental masyarakat yang semakin banyak.
Bunuh diri langka pada anak sebelum pubertas dan sebagian besar masalah pada remaja, terutama diantara usia 15 dan 19, dan masa dewasa. Meskipun begitu, anak bunuh diri telah terjadi dan seharusnya tidak diabaikan pada sebelum remaja. Ide bunuh diri terjadi dengan frekuensi terbesar jika gangguan depresif adalah parah.
Setelah kecelakaan, bunuh diri adalah penyebab kematian pada remaja, menghasilkan 2.000 kematian per tahun di Amerika Serikat. Hal ini juga mungkin bahwa jumlah kematian menyebabkan kecelakaan, seperti yang berasal dari kendaraan bermotor dan senjata api, adalah bunuh diri yang aktual.
Tetapi bunuh diri yang berhasil adalah jarang sebelum usia 12 tahun. Seorang anak kecil memiliki sedikit kemampuan untuk merancang dan melakukan rencana bunuh diri yang realistik. Kebanyakan orang yang lebih muda berupaya untuk bunuh diri dibandingkan benar-benar sukses.
Sebuah survei dilakukan oleh yayasan pusat pengendalian dan pencegahan penyakit bahwa 28% siswa sekolah menengah atas telah berfikir untuk bunuh diri dan 8.3% telah berusaha untuk bunuh diri. Bunuh diri yang berhasil terjadi kira-kira lima kali lebih sering pada remaja laki-laki dibandingkan perempuan, walaupun angka untuk usaha bunuh diri adalah sekurangnya tiga kali lebih besar pada remaja perempuan dibandingkan laki-laki.
Ide bunuh diri bukanlah fenomena yang statik; ia dapat hilang dan timbul dengan berjalannya waktu. Keputusan untuk melakukan perilaku bunuh diri mungkin impulsif, tanpa pikir panjang atau mungkin merupakan puncak dari perenungan yang lama.
Cara usaha bunuh diri adalah mempengaruhi morbiditas dan angka keberhasilan bunuh diri adalah tidak tergantung dari keparahan maksud unutk mati saat perilaku bunuh diri. Jadi metode bunuh diri yang paling sering berhasil pada anak-anak dan remaja adalah melalui penggunaan senjata api. Cara bunuh diri kedua yang tersering pada anak laki-laki, terjadi kira-kira seperempat dari semua kasus adalah dengan menggantung diri. Pada anak perempuan kira-kira seperempatnya melakukan bunuh diri dengan menelan racun. Keracunan karbon monoksida dalah cara berikutnya yang tersering dilakukan, baik anak laki-laki maupun anak perempuan
.
E. Epidemiologi Gangguan Bunuh Diri
Pada tahun-tahun terakhir angka bunuh diri pada remaja di Amerika Serikat telah meningkat secara dramatis, walaupun pada beberapa negara lain tidak demikian. Telah terdapat peningkatan yang tetap pada angka bunuh diri bagi orang Amerika yang berusia 15 sampai 19 tahun. Angka tersebut sekarang adalah 13, 6 per 100.000 untuk anak laki-laki dan 3,6 per 100.000 untuk perempuan. Lebih dari 5.000 orang remaja melakukan bunuh diri setiap tahunnya di Amerika Serikat, yaitu satu tiap 90 menit. Peningkatan angka bunuh diri dianggap mencerminkan perubahan dalam lingkungan sosial, perubahan sikap terhadap bunuh diri, dan meningkatkan ketersediaan alat untuk bunuh diri; sebagai contohnya, di Amerika Serikat 66% bunuh diri remaja pada anak laki-laki adalah dilakukan dengan senjata api, dibandingkan dengan 6% di Inggris.
Bunuh diri adalah penyebab kematian nomor 3 yang terbanyak di Amerika Serikat pada orang yang berusia 15 sampai 24 tahun dan nomor 2 di antara laki-laki kulit putih pada kelompok usia tersebut
Angka bunuh diri adalah tergantung pada usia, dan angka meningkat secara bermakna setelah pubertas. Bilaman kurang dari 1% bunuh diri yang berhasil per 100.000 untuk usia di bawah 14 tahun, kira-kira 10 per 100.000 bunuh diri yang berhasil terjadi pada remaja yang berusia antara 15 dan 19 tahun. Di bawah usia 14 tahun, usaha bunuh diri sekurangnya adalah 50 kali lebih sering dibandingkan keberhasialn bunuh diri. Tetapi, antara usia 15 dan 19 tahun, angka usaha bunuh diri adalah kira-kira 15 kali lebih besar dibandingkan keberhasialn bunuh diri. Jumlah bunuh diri remaja pada beberapa dekade yang lalu telah meningkat sebesar 3 sampai 4 kali.
F. Etiologi Gangguan Bunuh Diri
Ciri universal pada remaja yang bunuh diri adalah ketidakmampuan mereka untuk mendapatkan pemecahan terhadap suatu masalah dan tidak adanya strategi mengatasi stressor yang segera. Jadi, sempitnya pilihan yang tersedia untuk menghadapi percekcokan keluarga yang rekuren, penolakan, atau kegagalan aalah berperan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan bunuh diri.
Faktor genetik. Bukti-bukti sumbangan genetik pada perilaku bunuh diri adalah didasarkan pada penelitian resiko bunuh diri keluarga dan tingginya angka kesesuaian untuk bunuh diri di antara kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik. Walaupun resiko untuk bunuh diri adalah tinggi pada orang dengan gangguan mental (termasuk skizofrenia), gangguan depresif berat, dan gangguan bipolar I (resiko untuk bunuh diri adalah jauh lebih tinggi pada sanak saudara orang dengan gangguan mood dibandingkan dengan sanak saudara orang dengan skozofrenia.
Faktor biologis lain. Temuan neurokimiawi menunjukan adanya tumpang tindih antara orang dengan perilaku agresif dan impulsif dan mereka yang melakukan bunuh diri. Kadar serotonin (5-HT) dan metabolit utamanya, 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA) yang rendah, adalah telah ditemukan dalam otak postmortem orang yang berhasil melakukan bunuh diri. Kadar 5-HIAA yang rendah telah ditemukan dalam cairan serebrospinalis orang terdepresi yang berusaha bunuh diri dengan cara kekerasan. Alkohol dan zat psikoaktif lain dapat menurunkan kadar 5-HIAA, kemungkinan meningkatkan kerentanan terhadap perilaku bunuh diri pada orang yang sebelumnya telah terdisposisi. Mekanisme yang menghubungkan penurunan fungsi serotonergik dan perilaku agresif atau bunuh diri adalah tidak diketahui, dan serotonin yang rendah mungkin hanya merupakan pertanda, bukan suatu penyebab, dari kecenderungan agresi dan bunuh diri.
Tes supresi deksametason menghasilkan temuan yang kurang meyakinkan pada anak-anak dan remaja yang terdepresi dibandingkan pada orang dewasa. Tetapi beberapa penelitian pada anak-anak dan remaja menyatakan adanya suatu hubungan nonsupresi pada tes supresi deksametason dan usaha bunuh diri yang potensial mematikan. Pada anak-anak dan remaja hubungan antara bunuh diri dan nonsupresi adalah tidak selalu dalam konteks gangguan mood berat.
Faktor sosial. Anak-anak dan remaja adalah rentan terhadap lingkungan yang sangat kacau menyiksa, dan menelantarkan. Berbagai macam gejala psikopatologis dapat terjadi sekunder karena pemaparan kepada rumah yang penuh kekerasan dan penyiksaan. Perilaku agresif, menghancurkan diri sendiri, dan bunuh diri tampaknya terjadi dengan frekuensi terbesar pada orang yang mengalami kehidupan keluarga yang penuh dengan stres secara kronis.
G. Faktor Resiko Gangguan Bunuh Diri
Berbagai faktor umumnya saling berhubungan sebelum bunuh diri dipikirkan menjadi perilaku bunuh diri. Sangat sering, terdapat masalah kesehatan mental yang mendasari dan memicu peristiwa yang sangat menekan.
Contoh peristiwa yang sangat menekan termasuk kematian orang yang dicintai, kehilangan teman perempuan atau teman laki-laki, pindah dari lingkungan sekitarnya (sekolah, tetangga, teman), penghinaan oleh keluarga atau teman, gagal di sekolah, dan bermasalah dengan hukum. Peristiwa yang sangat menekan seperti berikut adalah cukup umum diantara anak-anak, meskipun begitu, dan jarang menyebabkan perilaku bunuh diri jika tidak terdapat masalah-masalah lain yang mendasari. Kedua masalah-masalah mendasar yang paling umum adalah depresi dan alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Remaja dengan depresi mengalami perasaan putus asa dan tidak berdaya yang membatasi kemampuan mereka untuk mempertimbangkan solusi lain untuk masalah-masalah dengan segera. Penggunaan alkohol dan obat-obatan merendahkan penghambat melawan tindakan berbahaya dan berhubungan dengan antisipasi pada konsekwensi-konsekwensi. Akhirnya, kendali impuls yang buruk adala sebuah faktor umum dalam perilaku bunuh diri.
Para remaja berupaya bunuh diri adalah umumnya marah dengan anggota keluarga atau teman, tidak mampu untuk menyesuaikan kemarahannya, dan berbalik marah melawan diri sendiri.
Kadangkala perilaku bunuh diri dihasilkan ketika seorang anak mencontoh tindakan orang lain. Misalnya, bunuh diri yang dipublikasikan dengan baik, seperti pada selebritis, seringkali diikuti oleh bunuh diri atau upaya bunuh diri yang lain. Bunuh diri bisa mengikat dalam keluarga dengan sifat mudak terkena luka genetik sampai gangguan suasana hati.
H. Gejala Gangguan Bunuh Diri
Anak yang berusaha bunuh diri memerlukan evaluasi segera di bagian gawat darurat rumah sakit. Setiap jenis usaha bunuh diri harus dilakukan dengan serius, karena sepertiga dari mereka yang benar-benar bunuh diri mengalami usaha bunuh diri sebelumnya-kadangkala tampak sepele, seperti melakukan beberapa garukan dangkal pada pergelangan tangan atau menelan beberapa pil. Ketika orangtua atau pengurus anak meremehkan atau meminimalkan usaha bunuh diri yang tidak berhasil, anak bisa melihat ini sebagai sebuah tantangan, dan resiko pada bunuh diri berikutnya meningkat.
I. Diagnosa Gangguan Bunuh Diri
Orangtua, dokter, guru dan teman kemungkinan pada posisi untuk mengidentifikasi siapa yang mungkin berusaha bunuh diri, terutama pada mereka yang telah melakukan perubahan baru-baru ini dalam perilaku. Anak-anak dan remaja seringkali mempercayai hanya teman sebaya mereka, yang harus diyakinkan untuk tidak menjaga rahasia yang bisa membuat kematian tragis pada anak yang bunuh diri. Anak yang terlalu cepat berpikir bunuh diri seperti ‘saya harap saya tidak pernah dilahirkan’ atau ‘saya ingin tidur dan tidak pernah terbangun’ beresiko, tetapi sehingga anak dengan tanda-tanda ringan, seperti menarik diri dari masyarakat, tinggal kelas, atau terpisah dari barang milik favorite. Pemerhati kesehatan professional memiliki dua kunci peranan : mengevaluasi keselamatan anak bunuh diri dan perlu untuk di opname, dan pengobatan berdasarkan kondisi, seperti depresi atau penyalahgunaan zat-zat terlarang.
Secara langsung menanyakan anak beresiko mengenai pemikiran dan rencana mengurangi, daripada meningkatkan, resiko dimana anak tersebut akan berusaha bunuh diri karena mengidentifikasi pikiran bunuh diri bisa menyebabkan intervensi. Hot line krisis, menyediakan bantuan selama 24 jam, tersedia di banyak perkumpulan, dan menyediakan akses yang siap untuk seorang simpatik yang bisa memberikan konseling segera dan bantuan dalam memperoleh perawatan lebih lanjut. Meskipun hal ini sulit untuk dibuktikan bahwa pelayanan ini secara nyata mengurangi jumlah kematian dari bunuh diri, mereka sangat membantu dalam mengarahkan anak dan keluarga untuk sumber daya yang tepat.
J. Pengobatan Dan Terapi Gangguan Bunuh Diri
Remaja yang mencoba bunuh diri harus diperiksa sebelum diambil keputusan untuk merawat mereka di rumah sakit atau memulangkan mereka ke rumah. Mereka yang masuk ke dalam resiko tinggi harus dirawat di rumah sakit sampai sikap bunuh diri sudah tidak ada lagi. Orang dengan resiko tinggi adalah mereka yang sebelumnya pernah mencoba bunuh diri. Mereka yang berperilaku agresif atau penyalahgunaan zat, mereka yang mencoba bunuh diri dengan senjata api atau menelan zat racun, mereka dengan gangguan depresif berat yang menarik diri dari lingkungan sosial, putus asa, dan tida ada tenaga, dsb. Mereka yang memiliki ide bunuh diri harus dirawat di rumah sakit jika klinisi memiliki keraguan tentang kemampuan keluarga untuk mengawasi anak atau bekerja sama dengan terapi dalam lingkungan rawat jalan. Dalam situasi tersebut, jasa perlindungan anak harus dilibatkan sebelum anak dapat dipulangkan.
Jika remaja dengan ide bunuh diri melaporkan bahwa mereka tidak lagi ingin bunuh diri, pemulangan dapat dipertimbangkan hanya jika rencana pemulangan telah siap. Rencana harus termasuk psikoterapi, farmakoterapi, dan terapi keluarga sesuai yang diindikasikan. Jika opname tidak diperlukan, keluarga dari anak-anak pulang kerumah harus memastikan bahwa senjata api dibuang dari rumah sama sekali dan bahwa onat-obatan dan benda tajam dibuang atau benar-benar dikunci. Selain itu, perjanjian follow-up rawat jalan harus di lakukan sebelum pemulangan, dan nomor telepon yang siap dihubungi 24 jam harus diberikan bagi remaja dan keluarga kalau sewaktu-waktu ide bunuh diri tampak kembali sebelum terapi dimulai.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas Komentar yang anda berikan,,
Semoga dapat menjadi motivasi bagi kami penulis atau pengelola agar lebih baik...
( Maaf Komentar yang berisikan kata tidak senonoh/tidak sopan/mengandung unsur sara tidak dapat kami tampilkan)